Zayyan yang tengah asyik memainkan game di ponselnya sambil rebahan di kasur, tiba-tiba merasa ada sesuatu yang ganjil. Perasaannya seperti tertarik ke arah lain, membuatnya sulit berkonsentrasi pada permainan. Dengan satu gerakan malas, ia meletakkan ponselnya di samping kepala."Kenapa ya, kok rasanya nggak enak begini?" gumamnya, alisnya berkerut. Dadanya terasa berat, seperti ada kejadian besar yang sedang menimpa seseorang. Tapi siapa? Pikiran Zayyan segera terarah pada satu nama Dika. Sahabatnya itu.
Zayyan bangkit dari kasur, meraih ponselnya lagi, kali ini bukan untuk bermain game. Jempolnya cepat-cepat mengetik pesan singkat.
Zayyan: Dik,Lo aman kan?
Ia menatap layar ponsel, menunggu balasan dengan cemas. Namun, centang satu di aplikasi itu membuatnya semakin tidak tenang. "Ada apa ini?" tanyanya pada diri sendiri, sambil mondar-mandir di kamar. Perasaannya benar-benar tak bisa dibohongi.
Zayyan merasa semakin gelisah. Centang satu di pesannya kepada Dika tidak berubah, menambah firasat buruk yang terus menghantuinya. Tanpa pikir panjang, ia meraih jaket yang tergeletak di kursi dan bergegas keluar kamar.
"Ma,zayyan keluar dulu yaa bentar aja",sambil ingin berlari menuju pintu,belum sempat zayyan melangkah mamanya yang sedang menonton televisi itu pun menghentikan nya.
"Mau kemana sih zayyan?,ini udah malam loh!", serunya sambil memperhatikan putranya itu.
Zayyan menghentikan langkahnya sejenak, menatap mamanya dengan wajah gelisah. "Zayyan mau ke rumah Dika, Ma. Rasanya nggak enak, kayak ada yang salah. Dika nggak bales chat zayyan sama sekali," jelasnya cepat, suaranya terdengar serius.
Mamanya mengernyitkan dahi, ragu sejenak. "Tapi ini udah malam, Zayyan.Kenapa nggak tunggu besok pagi aja?"
Zayyan menggeleng tegas. "Nggak bisa, Ma. Firasat Zayyan nggak enak banget. Biasanya dia selalu bales pesan zayyan cepet, tapi sekarang dia nggak ngasih kabar sama sekali."
Melihat sorot mata anaknya yang penuh kekhawatiran, mamanya akhirnya menyerah. "Yaudahh, tapi jangan lama-lama ya. Kalau ada apa-apa, langsung kabarin Mama,okee".
"Iya, Ma. Zayyan pergi dulu yaa, asalamualaikum." Ucapnya sambil mencium tangan mamanya itu setelah selesai Dengan cepat, Zayyan melangkah keluar menuju ke garasi , mengenakan helmnya, dan melajukan motor ke arah rumah Dika.
Sepanjang perjalanan, pikirannya terus berputar. Kenapa Dika nggak bales? Dia nggak pernah kayak gini sebelumnya. Lampu-lampu jalan yang redup dan suasana malam yang sepi hanya menambah ketegangan dalam dirinya.
15 menit kemudian,zayyan telah sampai di depan rumah Dika tapi rumah Dika terlihat berbeda, suasananya tampak aneh dan tidak seperti biasanya. Rumah itu gelap, hanya ada satu lampu teras kecil yang menyala. Setelah memarkirkan motornya Zayyan mengetuk pintu beberapa kali. "Dika? Lo di rumah, nggak? Ini gue, Zayyan!"
Tidak ada jawaban. Rumah itu terasa terlalu sunyi. Ponselnya kembali ia cek, tapi pesan terakhirnya masih centang satu. Dengan frustasi, ia mencoba menelepon. Sama saja tidak diangkat.
Zayyan pun mondar mandir di depan rumah Dika,sambil frustasi seperti tidak dapat melakukan hal apapun,tapi tak lama ada tetangga rumah Dika yang kenal juga dengan zayyan.
"Ehh mas zayyan", sapa mbak Wati
Zayyan yang mendengar sapaan itu pun segera berhenti mondar-mandir dan segera melihat siapa yang menyapanya itu.
Zayyan melihat sosok Mbak Wati, tetangga Dika, yang tampak sedang berjalan membawa kantong belanjaan. "Eh, Mbak Wati," Zayyan menyapa, suaranya terdengar lega bercampur harap.

KAMU SEDANG MEMBACA
SECRET PROTECTER (HIATUS)
Novela JuvenilAku akan selalu Disini melindungimu walaupun engkau tidak akan pernah menyadarinya- Dika Terima kasih Karena kau telah melindungiku- Rasya Semoga suka ya sama ceritanya