CHAPTER 19

252 31 1
                                    

Sesampainya di rumah, Rasya memarkirkan motornya di garasi dengan hati-hati. Udara malam yang sejuk menyambutnya, membuat ia sedikit mengusap lengannya yang terkena angin. Setelah memastikan motor sudah terkunci, ia segera masuk ke dalam rumah. Suara televisi samar terdengar dari ruang keluarga, menandakan bundanya masih terjaga.

"Bun, aku pulang,"sapa Rasya sambil melepas sepatu di depan pintu.

"loh kok udah pulang sayang? Bukannya tadi siang izinnya pulangnya larut malam yaa?" suara lembut bundanya terdengar dari arah ruang keluarga.

Rasya berjalan mendekati ruang keluarga sambil tersenyum tipis. "Iya, Bun. Tadi pas seleksi yang habis MOS itu gak jadi karena pak Adrian nya lagi gak bisa,jadi di gantinya malam ini deh.Tapi bunda tenang aja yaa seleksinya gak bakalan lama kok paling jam 10 aku pulang".

Bundanya menoleh, wajahnya sedikit khawatir. "Jam 10? Rasya, itu kan udah malam banget. Besok kan kamu masih sekolah. Apa nggak capek kalau harus balik lagi malam-malam begini?"

Rasya duduk di sofa, menyandarkan tubuhnya sejenak. "Capek sih, Bun. Tapi nggak apa-apa, aku kan cuma bantuin. Lagian aku juga nggak enak sama Pak Adrian dan anak anak yang lainnya kalau aku gak bantuin."

Bundanya menghela napas sambil duduk di samping Rasya. "Bunda ngerti kamu anak yang bertanggung jawab, tapi jangan sampai terlalu memaksakan diri, ya. Udah makan belum? Kalau belum, Bunda bikinin sesuatu dulu deh."

"Udah kok, Bun. Tadi udah makan sama Naura sebelum pulang ke sini, Sekarang Rasya cuma mau mandi habis itu siap siap buat kesekolahan lagi", jawab Rasya sambil bersiap untuk ke kamarnya.

"Makan apa?, udah makan nasi kan?", tanya bundanya lagi memastikan bahwa Rasya bener bener sudah makan nasi.

Rasya yang di tanya hanya diam saja dan Alice pun mengetahui kalau Rasya diam saja itu tandanya anak nya itu memang belum makan nasi lagi kecuali nasi goreng yang di bikin tadi pagi.

Bundanya menghela napas panjang sambil memandang Rasya dengan tatapan penuh arti. Tuh kan, pasti belum makan nasi lagi, ya? Rasya, kamu tuh butuh energi. Nggak cukup cuma makan yang ringan-ringan aja. Tunggu sebentar, Bunda bikinin nasi sama lauk biar kamu kuat nanti malam."

"Bun, nggak usah repot-repot, Rasya tadi udah makan kok Bun sumpah yaa walaupun cuma makan martabak aja tadi",jawab Rasya mencoba mengelak, tetapi bundanya memandang nya dengan tatapan tegas

Bundanya tetap memandang Rasya dengan tatapan penuh perhatian, tidak terpengaruh oleh jawaban anaknya. "Martabak? Itu kan cuma camilan, Nak. Kamu butuh yang lebih dari itu. Kalau kamu terus-terusan nggak makan yang cukup, nanti kamu bisa drop. Bunda nggak mau kamu sakit," ujar bundanya sambil bangkit dari tempat duduk.

Rasya menunduk, merasa tidak enak. Ia tahu bundanya selalu khawatir dan ingin yang terbaik untuknya. "Yaudah deh Bun,Rasya makan deh", ucapnya pasrah

Alice berjalan ke dapur dengan langkah cepat. "Nahh ini baru anak bunda,tunggu disini yaa bunda ambilin dulu nasinya".

Rasya hanya bisa mengangguk sambil duduk kembali di sofa. Ia merasa agak bersalah karena sudah membohongi bundanya tentang makanannya. Walaupun martabak tadi memang mengenyangkan, tapi ia tahu bundanya ingin memastikan ia makan dengan baik, apalagi sebelum keluar lagi malam ini.

Tak kemudian, Alice kembali dengan piring nasi hangat lengkap dengan ayam goreng dan sayur. "Nih dimakan nasinya yaa sayang, habis makan baru kamu boleh ke kamar buat siap siap dan satu lagi pesan bunda jangan sampai telat makan atau gak makan nasi ya nak,bunda gak mau kamu sakit lagi" katanya sambil tersenyum lembut, meskipun wajahnya tetap menunjukkan kekhawatiran.

Rasya pun segera menerima piring itu dari bundanya,ia pun segera memakannya dengan lahap seperti seseorang yang sudah lama tidak makan sampai sampai Alice takut kalau anaknya itu nanti bisa tersedak karena makan terlalu cepat itu.

SECRET PROTECTER (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang