CHAPTER 18

195 23 1
                                    

Rasya kini sedang duduk di lapangan sambil menunggu bel pulang berbunyi dan tak lama bel pulang pun berbunyi dan keluar semua murid murid harapan bangsa termasuk Naura kekasihnya, Naura yang melihat Rasya masih menunggunya di lapangan itu pun terkejut tapi senang juga karena pacarnya itu tetap perhatian dengannya walaupun Naura tahu kalau Rasya bisa saja pulang terlebih dahulu karena ia di kasih kompensasi untuk tidak mengikuti pelajaran selama MOS berlangsung.

Naura berjalan mendekati Rasya yang sedang duduk bersandar di bangku panjang di sisi lapangan. Ia membawa tasnya di satu pundak, senyum kecil menghiasi wajahnya saat melihat pacarnya itu masih menunggunya meskipun hari sudah sore.

"Rasya," panggil Naura sambil melambaikan tangan.

Rasya menoleh, langsung tersenyum begitu melihat Naura mendekat. "Akhirnya keluar juga. Aku kira kamu bakal belajar tambahan lagi," ujarnya setengah bercanda.

Naura tertawa pelan, lalu duduk di samping Rasya. "Sayangg aku nggak nyangka loh kamu masih di sini. Harusnya kamu pulang aja duluan, kan kamu nggak ikut pelajaran selama MOS?"

"Ya emang bisa sih, tapi siapa yang bakal jagain kamu sayangg kalau aku pulang duluan?" jawab Rasya sambil menatapnya. "Aku nggak mau kamu capek pulang sendirian."

Naura tersipu, wajahnya memerah sedikit. "Aduh, perhatian banget sih. Tapi aku nggak apa-apa, sayangg. Aku kan udah biasa juga kalau pulang sendirian."

Rasya mengangkat bahu, memasukkan tangannya ke saku. "Tetep aja, sayang Kalau aku masih bisa nemenin, kenapa nggak?"

Naura hanya bisa tersenyum kecil mendengar jawaban itu. Ia merasa bersyukur punya pacar seperti Rasya, yang selalu memastikan ia merasa aman dan diperhatikan.

"Kamu capek nggak, sayangg? MOS-nya berat banget kan buat panitia?" tanya Naura, suaranya penuh perhatian.

Rasya mengangguk kecil. "Lumayan sih, tapi aku seneng liat anak-anak baru pada semangat, apalagi Dika. Dia keliatan makin pede, kayak aku pas waktu pertama kali jadi panitia dulu."

Naura tertawa kecil. "Dika? Sahabatnya zayyan ya?"

"Iyaa,Dika yang itu", kok kamu tahu Dika, kamu kenal? Tanya Rasya

"Iyaa, beberapa hari lalu aku pernah di kenalin Dika sama zayyan", jawab Naura jujur

"Ohh gitu",ucap Rasya singkat dan sedikit kaget.

"Maaf ya sayangg,aku gak cerita soal Dika,maafin aku", ucap Naura merasa bersalah.

Rasya menggeleng pelan, mencoba tersenyum untuk menenangkan Naura. "Kamu nggak perlu minta maaf, sayang. Nggak ada yang salah kok. Lagian wajar aja kalau Zayyan ngenalin Dika ke kamu, mereka kan temenan deket."

Naura tetap terlihat sedikit gelisah, tapi ia mencoba membaca ekspresi Rasya untuk memastikan pacarnya itu tidak benar-benar marah. "Tapi aku takut kamu salah paham. Aku cuma ngobrol sebentar waktu itu. Zayyan juga yang ngajak kenalan."

Rasya menatap Naura dengan lembut, lalu menggenggam tangannya. "Aku ngerti, sayang. Kamu nggak perlu khawatir. Aku percaya sama kamu, kok. Kalau aku kelihatan agak kaget tadi, itu cuma karena aku nggak nyangka aja. Tapi aku nggak ada pikiran macem-macem."

Naura akhirnya tersenyum lega. "Makasih ya, sayang. Kamu emang selalu bisa bikin aku ngerasa tenang."

Rasya mengusap punggung tangan Naura dengan ibu jarinya, memberi sentuhan lembut. "Ya iyalah, tugas aku kan bikin kamu nyaman. Udah, yuk kita pulang. Hari ini capek banget, aku cuma pengen istirahat sambil ngobrol santai sama kamu."

Naura tertawa kecil dan mengangguk. "Iya, aku juga pengen cepet pulang. Kita beli minuman dingin dulu ya di jalan, kayaknya seger banget kalau sekarang."

SECRET PROTECTER (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang