Joanna berlari tanpa arah. Yang penting baginya hanya satu, kabur dari Rion. Kakinya terus bergerak meski tubuhnya mulai lelah. Sesekali ia menoleh ke belakang, memastikan Rion tidak mengejarnya. Rasa takut menyergapnya, bagaimana jika Rion berhasil membuka pintu dan mengejarnya?
“WOI! BERHENTI!”
Suara teriakan membuatnya terkejut. Dua pria kemungkinan suruhan Rion, berlari mengejarnya. Panik, Joanna mempercepat langkahnya, berusaha menjauh sejauh mungkin.
Nafasnya mulai memburu. Saat ia melihat sebuah bangunan kosong di depannya, tanpa pikir panjang Joanna segera berbelok dan bersembunyi di balik tembok besar di salah satu sudut. Tubuhnya merosot perlahan hingga ia berjongkok, berusaha menyembunyikan dirinya sebaik mungkin.
Nafasnya berat, tapi ia harus menahannya agar tak terdengar. Tangannya menutupi mulutnya, mencoba mengendalikan degup jantungnya yang menggila. Suara langkah kaki dua pria itu terdengar semakin mendekat. Mereka saling berbicara, membahas keberadaannya.
“Dia pasti di sekitar sini. Cari baik-baik!” salah satu pria terdengar berkata.
Joanna menggigit bibirnya, menahan air mata yang hampir tumpah. Langkah kaki mereka berputar-putar di dekat tempatnya bersembunyi. Semakin dekat… dan semakin dekat…
Hingga tiba-tiba sebuah tangan membekap mulutnya dari belakang.
Habislah Joanna, pikirnya. Ia mencoba berontak, tapi tubuhnya membeku oleh ketakutan. Air matanya jatuh, membasahi tangan yang membekapnya.
“Ini gue, Janu,” bisik laki-laki itu di dekat telinganya.
Joanna terkejut, nyaris tidak percaya. Namun, suara itu jelas milik Janu. Ia langsung menoleh ke belakang, dan benar saja, pria itu berdiri di sana. Joanna menghela nafas lega, meski tubuhnya masih gemetar.
Tanpa banyak bicara, Janu melepas jaketnya dan memakaikannya ke tubuh Joanna, menutupi crop top yang ia kenakan. Matanya penuh dengan kekhawatiran.
“Jo…” Janu ingin bertanya, tapi suaranya tersendat, tidak sanggup melanjutkan.
Joanna hanya menggeleng, air matanya terus mengalir tanpa suara.
“It’s okay,” bisik Janu lembut. “Lo ceritain semuanya nanti. Yang penting sekarang, gue bawa lo pergi dari sini.”
Ia memegang erat tangan Joanna, memberikan rasa aman. “Nyokap lo udah lapor polisi. Mereka lagi nyari lo, juga Phavita. Tapi, sampai sekarang, dia belum ketemu.”
Joanna mengangguk kecil, suara pelannya nyaris tak terdengar. “Thanks…”
“Udah, gak usah takut lagi,” kata Janu sambil menyapu pandangan ke sekitar, memastikan tidak ada ancaman lain. Ia mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Riki, mengabarkan lokasi mereka.
Tak lama kemudian, lampu mobil sedan hitam menyorot ke arah mereka. Mobil itu berhenti, dan Riki melongok dari kursi pengemudi.
“Guys, cepet naik,” katanya tanpa basa-basi.
Joanna dan Janu segera masuk ke dalam mobil. Saat kendaraan melaju menjauh dari tempat itu, Joanna merasa beban berat di dadanya perlahan terangkat.
“Lo udah aman sekarang,” ujar Janu, berusaha menenangkannya.
“Jo? Are you okay?” tanya Riki sambil tetap fokus menyetir.
“So far, gue baik-baik aja,” jawab Joanna, meski suaranya masih bergetar.
“Lo ceritain semuanya ke polisi nanti,” kata Janu tegas. “Kita ambil jalur hukum buat mereka yang udah jahat sama lo.”
Joanna mengangguk pelan, setuju.

KAMU SEDANG MEMBACA
OUT OF THE BLUE | 05 LINE
FanficIf something happens out of the blue, it's completely unexpected. Kematian Gemima datang begitu mendalam dan tiba-tiba, memaksa Joanna untuk menghadapi kenyataan yang menyakitkan. Tanpa peringatan, kehidupan mereka berubah drastis, dan Joanna terpak...