Hari minggu yang biasa saja, ennoshita menemani shirabu mengerjakan tugas-tugas nya yang menumpuk.
Hanya berdua saja, karna akaashi punya kesibukan nya sendiri, perempuan itu memikirkan banyak tentang pesantren ini jadi tidak pengangguran seperti kedua temannya.
"Kamu tahun depan koas kan bu?"
Shirabu melirik, menampilkan netra lelah yang sangat jelas "Perasaan gw udah sepuluh kali deh jawab pertanyaan lu yang itu."
"Boyong dong?" Lanjut ennoshita yang tadinya rebahan entah sejak kapan sudah bangun, dia mendekat melihat sesulit apa pelajaran yang tengah shirabu selesaikan
"Ga tau gw, apalagi sekarang pesantren dalam masa sulit gini, mba akaashi ga akan kasih izin gw boyong ga sih?"
"Iya" Jawab ennoshita semangat "Udah nanti aja, bareng kita."
"Sue, nungguin lu mah, bisa sampe lebaran monyet."
"Mba Enno!!"
Keduanya menoleh, melihat siapa yang dengan tergesa-gesa datang menemui mereka.
"Mba, ini ada surat dari seseorang."
Shirabu yang posisinya lebih dekat dengan pintu mengambil kertas tersebut "Dari siapa?"
"Santri putra, ga tau siapa mba."
Tentu jawaban tadi membuat ennoshita dan shirabu terkejut, lagi pula siapa santri putra gila yang berani memberi surat cinta untuk seorang ennoshita?
"Oke, makasih ya."
Sepeninggalan adik kelas nya, ennoshita berdiri hendak meletakan surat itu ke kotak tempat biasa barang-barang di sita, dia tidak punya niat untuk membaca sampai shirabu tiba-tiba saja mencegah.
"Baca dulu coba."
"Ngapain, kaya bocah." Tolak ennoshita
"Siapa tau isinya bener, baca aja dulu mumpung ga ada mba akaashi."
"Ga ah." Ennoshita masih keu-keuh menolak, tapi shirabu juga tidak menyerah begitu saja, ia dengan gesit merebut surat itu
"Buka lah enn, kepo gw."
Walaupun sudah shirabu rebut, milik orang lain tidak boleh asal di buka, gadis itu masih tau adab "Baca buru." lalu ia serahkan kembali pada si pemilik.
Dengan berat hati ennoshita membuka lipatan demi lipatan kertas putih tersebut "Aku baca nih."
"Teruntuk ustazah ennoshita, semesta ku....
"Haha!"
Blum ada satu bait, shirabu sudah tertawa, begitu juga dengan ennoshita yang langsung memicing sambil menjauhkan kertas tadi "Merinding banget, kamu aja yang baca nih."
"Gw nih?"
"Iya."
Shirabu meredam suara tawanya, lalu mulai melanjutkan kalimat yang ada di surat tersebut. "Ekhem, semestaku... semenjak melihat mu malam-malam gelapku kini terasa sangat indah"
Kakinya ennoshita ajak jongkok, dengan tangan yang kini menutup telinga sambil merinding-merinding kek orang sawan.
"Bagaikan rembulan yang juga menjelma menjadi bintang-bintang kejora."
Shirabu menghentikan bacaannya sejenak "Ga jelas banget cowo yang suka lu enn" Jangankan ennoshita, shirabu aja merinding, takut banget dia rayuan ini surat persis jamet-jamet Citayem yang suka di wawancarai di tiktok
"Kan aku juga bilang ga usah di baca."
"Kamu begitu indah sedangkan aku hanya sebuah butiran debu, yang menghilang di sapu angin" Geli-geli juga tetep aja di lanjut "Tidak bisa melihat mu, tidak juga bisa melihat senyum indah mu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Kiblat cinta [Haikyu Religi]
Fanficcinta yang sesungguhnya datang hanya dari Allah semata, kata orang kalau kamu mencintai dia dan dia membawa kamu lebih dekat dengan Allah berarti dia orang yang tepat cerita ini berkisah tentang para pemuda yang tidak sengaja bertemu di tempat menca...