16. Never Enough

21 2 0
                                    

Langit siang itu terasa sedikit menyengat. Axella menyipitkan mata saat wajahnya terkena sinar matahari dari celah dedaunan di atas sana. Langkahnya stabil di sepanjang trotoar kecil yang membentang melewati tepi lapangan sekolah.

Axella baru saja selesai makan siang bersama Mesha. Hazel tidak ikut karena harus mengikuti rapat ekstrakurikuler. Entah kenapa alasan itu membuat Axella merasa bahwa Hazel sengaja menjaga jarak, apalagi setelah mengingat kata-kata kemarin yang harusnya tidak perlu dia ucapkan pada teman beda kelasnya itu.

Seperti biasa, Axella memilih perpustakaan untuk menghabiskan sisa waktunya. Bagi Axella, perpustakaan adalah ruang yang dapat membuat pikiran lebih tenang, tempat dia merasa punya kendali di tengah dinamika sekolah yang penuh intrik sosial.

Namun, niatnya untuk menikmati kesendirian tiba-tiba dirusak oleh seseorang. Axella terdiam sejenak, berusaha menajamkan pendengaran, sebelum akhirnya suara yang sama meneriaki namanya lagi dari belakang.

"Axella!"

Axella menoleh, mendapati seorang gadis berambut hitam panjang digerai. Penampilannya tidak mencolok, tetapi cukup modis untuk ukuran anak SMA. Dari kejauhan, Nelly mungkin terlihat seperti seseorang yang mudah didekati, tetapi raut wajahnya menceritakan hal lain. Ada sesuatu di tatapannya yang membuat orang memilih untuk tidak berurusan dengan gadis itu terlalu lama.

"Lo sibuk nggak? Nggak apa-apa, kan, kalau kita ngobrol sebentar?" Nelly sudah berjalan tanpa menunggu jawaban. Senyumannya terlalu ramah untuk dinilai tulus.

Axella tidak bisa mengelak. Dia berhenti di pinggir lapangan, mencoba menjaga ekspresinya agar tetap netral. Dalam hitungan detik, percakapan mulai mengalir. Lebih tepatnya, Nelly memonopoli pembicaraan dengan gaya khasnya yang memaksa orang lain untuk mendengarkan.

"Jadi, gimana akhir-akhir ini? Kayaknya lo masih lagi persiapan cerdas cermat, ya?" tanya Nelly dengan nada seolah mereka teman lama, padahal ini adalah kali pertama mereka berbicara.

Axella mengangguk pelan. "Iya, ini juga mau belajar lagi."

"Oh, gitu." Sepertinya Nelly tidak peka kalau Axella ingin memutuskan percakapan ini secara halus. Dia malah menyerempet ke topik lain. "Btw, gue denger lo sering bareng sama Sunghoon belakangan ini?"

Axella terdiam sesaat, merasakan ketidakwajaran dalam pertanyaan itu.

"Hm, ga juga, sih. Kita cuma ketemu beberapa kali," jawab Axella akhirnya.

"Gue kira kalian deket. Soalnya gue lihat dia sering banget sama lo." Kata-kata itu disampaikan oleh Nelly dengan senyum kecil, seolah hanya candaan belaka. Namun, Axella tahu kalau Nelly sedang menggali informasi, mencoba memancing reaksi, atau mungkin keduanya.

Di sisi lain, ada Sunghoon yang sedang berjalan menuju kantin untuk membeli permen favoritnya. Tidak ada hal lain yang bisa dia andalkan selain permen pada saat matahari bersinar seterik ini.

Dalam perjalanan, entah kenapa mata Sunghoon beralih ke seberang lapangan. Langkahnya langsung berhenti saat dia mendapati Axella dan Nelly bercakap-cakap di bawah pohon. Sunghoon memicingkan mata, mencoba membaca situasi dari jauh.

Teringat bagaimana Nelly sering mendekatinya dengan paksaan, Sunghoon merasa ada yang salah. Nalurinya mengatakan bahwa percakapan itu bukan percakapan biasa. 

Diam-diam Sunghoon mengubah arah langkahnya dan mendekat perlahan, berusaha untuk tidak menarik perhatian. Dari jarak yang cukup dekat, dia mendengar sepotong kalimat dari Nelly.

"Gue cuma penasaran aja kenapa Sunghoon jadi seperhatian itu sama lo." Nada suara Nelly dibuat sehalus mungkin, tetapi Sunghoon bisa menangkap keinginan terselubung di baliknya.

Lovestruck | Sunghoon ENHYPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang