Kelas 11.1 memang sedang sepi karena jam istirahat. Sebagian besar siswa memilih berbondong-bondong ke kantin, mencari camilan untuk mengisi perut atau sekadar nongkrong sambil bercanda dengan teman.
Di sudut ruangan itu, ada Axella yang duduk sendirian. Dia menenggelamkan wajahnya di lipatan siku, mencoba menenangkan diri. Kepalanya masih terasa berat, seperti ada gumpalan awan tebal yang menekan.
Tiba-tiba, suara pintu digeser memecah keheningan. Axella mendongak. Di depan sana, Sunghoon masuk dengan langkah santai, wajahnya tetap seperti biasa, tanpa ekspresi, tanpa basa-basi.
Axella sedikit terkejut. Lelaki itu tidak mengucapkan sepatah kata pun, tetapi langsung berjalan mendekatinya. Tanpa peringatan, Sunghoon memakaikan jaket abu-abunya ke pundak Axella. Gerakannya tegas, seolah ini sudah direncanakan. Axella hanya bisa terdiam, tak sempat menolak.
Lalu, tanpa izin, Sunghoon mengambil tas punggung Axella yang tergeletak di meja.
"Kak? Nggak perlu berlebihan," ucap Axella, nada suaranya mencampur antara canggung dan bingung.
Sunghoon tidak merespons. Dia justru menarik tangan Axella, membuat gadis itu berdiri dan mengikutinya tanpa banyak protes.
Di parkiran sekolah, Axella akhirnya bersuara lagi. "Lo marah apa gimana?" tanyanya pelan, memecah keheningan di antara mereka. Sunghoon masih sibuk mencari kunci mobil di sakunya.
"Enggak," jawab lelaki itu singkat, nyaris datar.
Axella mendengus kecil. Jelas dia merasa aneh, tetapi tidak ingin mempermasalahkannya. Sunghoon membukakan pintu mobil, membuat Axella ragu sejenak sebelum akhirnya masuk dan duduk di kursi samping kemudi.
Belum sempat Axella meraih sabuk pengaman, Sunghoon sudah lebih dulu melakukannya. Gerakannya cepat dan terarah, membuat jarak di antara mereka begitu dekat. Napas Sunghoon yang teratur terdengar di telinga Axella, membuat gadis itu tertegun sejenak.
Jantungnya tiba-tiba berdegup kencang. Apa-apaan ini, Park Sunghoon? Kenapa selalu membuatnya salah tingkah?
"M-Makasih," gumam Axella akhirnya, mencoba mengalihkan perasaan yang tiba-tiba muncul.
"Hm." Itu satu-satunya respons dari Sunghoon. Tanpa menoleh, dia menyalakan mesin mobil dan mulai menjalankan kendaraan itu keluar dari halaman sekolah.
Di dalam mobil, keheningan kembali menyelimuti. Hanya ada suara alunan musik dari playlist Sunghoon yang menjadi latar. Lagu-lagu bernada melankolis itu mengisi udara, menyempurnakan suasana canggung di antara mereka. Axella menyandarkan punggungnya ke kursi, jemarinya sibuk memainkan ujung jaket Sunghoon yang dikenakannnya. Dia gelisah, berusaha mencari topik untuk dibicarakan agar suasana tidak terasa begitu sunyi.
"Mesha tadi juga dihukum bareng lo?" tanyanya tiba-tiba, mencoba membuka pembicaraan.
Sunghoon menoleh sekilas, kemudian kembali fokus pada jalan di depan. "Tanya ke orangnya langsung," jawabnya santai, seperti biasa dengan nada datar.
Axella mendengus kecil, merasa sedikit sebal dengan respons Sunghoon yang selalu seperti itu. "Nggak sempet, dia langsung ke ruang OSIS tadi," balasnya, mencoba terdengar santai meskipun sedikit kesal.
Mata Sunghoon melirik sekilas ke arah Axella, hanya cukup untuk menangkap ekspresi gadis itu yang tampak kesal, sebelum dia kembali fokus menyetir. Dia sebenarnya tidak berniat memperpanjang percakapan, tetapi raut wajah Axella yang sedikit lesu entah bagaimana membuatnya luluh. Dia akhirnya membuka suara.
"Lo tau dari mana dia dihukum?" tanyanya, kali ini nada suaranya sedikit lebih lembut.
Axella melirik Sunghoon sekilas, lalu menatap jalanan yang mulai padat oleh kendaraan. "Dia baru balik pas istirahat," jelasnya. Axella sempat berhenti, tetapi akhirnya menambahkan, "Dia juga pakai jaket item, dan gue tau itu jaket Kak Jay."

KAMU SEDANG MEMBACA
Lovestruck | Sunghoon ENHYPEN
FanfictionSunghoon tidak pernah menyangka perebutan kue tiramisu di kafetaria akan membawa perasaan yang rumit. Awalnya Axella hanya gadis judes yang selalu menyendiri dengan buku-bukunya. Namun, makin Sunghoon memperhatikannya, makin besar pula rasa penasar...