Yakutsk, 1 September 1991 - Roti karavai sejatinya bukan makanan sehari-hari, namun lebih untuk perayaan dan penghormatan saat pejabat penting datang, seperti yang dihidangkan untuk Mikhail Anatolyevich Koslov, Sekretaris Pertama Komite Partai Daerah dari CPSU, partai tunggal yang berkuasa di Uni Soviet, menginspeksi kesiapan pemerintah setempat dalam menghadapi musim dingin.
Roti ini beraneka bentuk, dengan hiasan menarik, sekalipun sebenarnya rasanya biasa saja. Namun bagi bangsa Russia, roti ini adalah bentuk penghormatan. Tamu yang menerimanya diharapkan memakannya walaupun cuma sedikit, dengan taburan sejumput garam.
"Saya sendiri sehari-hari lebih suka memakan roti dengan selai atau mentega, apalagi kalau dipanggang." ungkap ajudan Tuan Koslov, Dmitri Pavlovich Zaitsev. Penambahan garam lebih sebagai ungkapan mensyukuri karunia dari Tuhan, sebab dulunya bahan ini sangat mahal dan sulit didapat, demikian keterangan dari Lenka, salah satu mahasiswa yang mendalami kebudayaan di daerah Siberia.
Lenka mengungkap fakta bahwa sehari-harinya roti agak jauh dari kuliner rakyat Uni Soviet, terutama setelah krisis ekonomi yang menyusul berbagai drama politik di sini. "Harus disyukuri penahanan dan kudeta terhadap Gorbachev tanggal 19-21 Agustus tidak berhasil. Jika tidak situasi akan semakin kacau," ungkapnya.
Kunjungan ini sedikit banyak memperlihatkan bahwa pemerintahan masih terus berjalan, karena musim dingin tidak menunggu lama, akan mulai datang dalam hitungan minggu.
(Tirta)
Tirta mengganti kertas di mesin ketik dan beralih ke surat berikutnya,
Yakutsk,
1 September 1991
Yang tersayang Ibunda,
Aku mulai banyak beradaptasi dengan kehidupan di Yakutsk. Cuacanya makin dingin setiap hari. Dalam tiga minggu lagi musim dingin akan menjelang,. Mantel bulu yang dibelikan saat hari-hari pertama di Uni Soviet tentu sangat membantu.
Ibunda tidak perlu khawatir, sampai saat ini dinginnya masih terasa sejuk dan paket makanan masih banyak dikirimkan oleh kantor. Kadang aku harus membaginya dengan penghuni lain karena tidak sanggup menghabiskannya sendirian. Porsi makanan mereka jauh lebih banyak dari kita.
Babushka, nenek tua penjaga tempatku menginap berkirim salam untuk Ibunda. Dia menitipkan kartu pos ini, dan mengundang Ibunda untuk berkunjung kapan-kapan.
Salam sayang dari anandamu,
Tirta
Kembali, Tirta menghela napas. Apa yang dia tulis sebenarnya tidak mencerminkan seluruh kenyataan. Dia tidak ingin memberi kesan yang keliru mengenai Uni Soviet yang sebenarnya sudah di ambang keruntuhan.
Tapi bagaimana caranya? Jika dia akan memberitakan sesuatu yang negatif, setidaknya dia akan dideportasi dari negara ini, kalau pun tidak berujung dituduh mata-mata.
"Harus sesuatu yang benar-benar luar biasa dan membuka mata dunia. Tapi apa?" pikirnya memijat kepalanya yang sebenarnya tidak sakit. Lolongan anjing liar dan serigala di kejauhan, membuatnya makin sulit tidur. Dia kemudian memutuskan berjalan-jalan sebentar, mumpung salju belum turun. Belum pernah Tirta menjelajahi kondisi malam di Yaktusk.
"Oh, kalau mau keluar malam sebaiknya hati-hati, jangan sampai membawa uang terlalu banyak dan perhiasan mencolok," pesan Babushka yang hendak beranjak ke unitnya untuk tidur. Tirta mengangguk, untuk menunjukkan bahaa dia memahami peringara dari Babushka. Setelah kembali ke kamar untuk menaruh sebagian besar uang di sakunya, Tirta kemudian keluar dari pintu belakang, dan menguncinya dua kali, untuk memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat-Surat dari Yakutsk
Historical FictionUntuk bisa memahami mengapa sosok Tirta adalah yang paling berhasil mengatasi luka dan trauma di dalam dirinya di dalam novel Jurang Salak Satu, kita perlu memahami latar belakang hidup Tirta yang dipenuhi pengkhianatan, direndahkan, bahkan diasingk...