Yakutsk, 2 September 1991 — Sekalipun banyak yang mengenal Uni Soviet sebagai negara komunis, nyatanya di titik-titik tertentu, kegiatan reliji dan spiritual begitu terlihat, mulai dari sekolah minggu di pusat kota Yakutsk, ritual persiapan berburu oleh Suku Yakut hingga Suku Tatar yang terus dengan tenang melaksanakan salat di masjid di pinggiran kota. Di sini masjid terlihat begitu penuh, sekalipun Ramadhan telah berlalu.
Suku Tatar sendiri memiliki kebiasaan yang begitu unik, yaitu menyajikan penganan kecil, baik untuk sahur bagi yang ingin melakukan puasa, maupun sekadar sarapan bagi yang baru selesai Salat Subuh.
Kegiatan-kegiatan ini terlihat tidak mengalami gangguan berarti, baik dari masyarakat setempat maupun dari petugas keamanan.
Ini menunjukkan toleransi yang semakin signifikan, mengingat berdasarkan sensus, populasi kedua suku asli ini merupakan minoritas, bahkan lebih sedikit lagi untuk Suku Yakut, meskipun sesekali diskriminasi terhadap suku asli tetap terjadi.
"Terima kasih kepada Tuhan, dalam kondisi Uni Soviet seperti apapun, kami tetap bisa menjalankan ibadah dengan tenang," demikian keterangan Alaksei Romanov, salah seorang pemuda di pinggiran Kota Yakutsk.
(Tirta)
Tirta mengetikkan lembaran berikutnya untuk ibunya.
Yakutsk
2 September 1991,
Ibunda tercinta,
Aku baru tahu bahwa salat memang membawa kita kepada ketenangan yang luar biasa. Bahkan saat bersama-sama sekumpulan orang yang sama sekali tidak kita kenali. Memang aku sudah lama sekali melupakan Tuhan dalam kehidupan.
Maafkan anandamu ini yang terus menumpuk dosa dan mengabaikan banyak anjuranmu, Ibunda. Sekalipun hidup terasa semakin lama semakin berat, berserah kepadaNya memang jalan yang terbaik dan melegakan.
Anandamu ini mungkin belum bisa melaksanakan seluruh permintaanmu untuk salat secara rutin, tapi paling tidak, rasa dekat dengan Yang Maha Pencipta itu terasa makin kuat. Malam-malam di Yakutsk mulai hari ini tidak lagi terasa begitu sepi.
Andanda yang selalu merindukanmu
Tirta
Tirta kemudian berbaring di kasur dan menutup matanya sambil menghisap napas dalam-dalam. Hari ini dia merasa begitu lelah, jadi ingin sekali tidur sebentar sebelum menghadiri kuliah Profesor Ivanova nanti siang.
***
"Jadi bagaimana paper yang saya tugaskan, sudah sejauh mana?" Tanya Profesor Ivanova setelah kelas usai.
"Ah, saya masih bingung dengan isu represi yang terjadi. Kemarin malam baru saja saya menonton ritual berburu Suku Yakut," kata Tirta sambil memperlihatkan foto-foto yang sengaja dia cetak dua kali, satu untuk dikirimkan ke Indonesia, satu untuk ditunjukkan ke Profesor Ivanova.
Profesor Ivanova melihat-lihat foto tersebut dengan cermat, bersama foto-foto Suku Tatar yang juga terlihat tenang beribadah tanpa gangguan. Namun foto Suku Yakut lebih menarik perhatiannya.
"Sebenarnya jarang sekali Suku Yakut melakukan ritual ini pada malam hari. Mereka menganggap waktu berburu seharusnya pagi sampai sore," jelasnya. Dia melanjutkan keterangan bahwa Suku Yakut hanya berburu malam hari hanya bila terjadi hal khusus.
"Misalnya?" Tanya Tirta.
"Anda harus cari tahu sendiri. Tapi perkiraan saya, bisa jadi hewan buruan yang biasa mereka tangkap sudah jauh menurun populasinya, sehingga mereka beralih memburu hewan-hewan nokturnal. Tapi sekali lagi, itu hanya asumsi, harus dipastikan," jawab Profesor Ivanova.
KAMU SEDANG MEMBACA
Surat-Surat dari Yakutsk
Historical FictionUntuk bisa memahami mengapa sosok Tirta adalah yang paling berhasil mengatasi luka dan trauma di dalam dirinya di dalam novel Jurang Salak Satu, kita perlu memahami latar belakang hidup Tirta yang dipenuhi pengkhianatan, direndahkan, bahkan diasingk...