Jiyoung POV
Aku tidak tau bagaimana perasaanku terhadap Sunggyu. Jinjja dia membuatku gila. Aku tidak tau harus bersikap seperti apa. Ah ini memuakkan.
Pintu lift seketika berbunyi dan terbuka. Aku dapat melihat jelas lobby apertemen yang terang dan orang-orang yang berjalan kesana kemari. Aku melepaskan tangan Sunggyu yang memelukku dengan kasar dan meninggalkannya di lift.
"Jangan ikuti aku, tolong." ucapku lirih dan berlari pelan keluar.
Jujur, aku belum bisa memaafkannya. Ya aku tau ini terdengar terlalu berlebihan tapi, aku benar-benar butuh waktu untuk memikirkan dan memproses semua ini.
Tak terasa aku berlari dan sampai pada halte bus. Tampaknya Sunggyu tidak mengikutiku lagi, syukurlah. Tiba-tiba sebuah bus datang dari kejauhan dan berhenti tepat di tempatku berdiri. Aku masuk dan mencari tempat duduk. Aku menemukan satu tempat di sebelah wanita tua. Aku akhirnya duduk disebelahnya.
"Annyeong." ucap wanita tua itu.
"Oh, annyeonghaseyo, halmoni." jawabku ramah.
"Kau anak yang baik. Aku harap hidupmu semuanya berjalan dengan baik." kata wanita itu dengan senyumannya.
"Aku harap begitu, walaupun itu tidak mungkin."
"Wae? Kau sedang ada masalah?"
"Yah, mungkin bisa dibilang seperti itu. Ini mungkin memang kesalahanku yang mengawali masalah ini." jawabku tertunduk. "Oh, halmoni, apakah kau turun disini?" lanjutku.
"Oh iya, kamsahamnida. Apakah kamu juga turun disini?" tanyanya pelan.
"Iya, mari turun bersama."
Aku dan wanita tua itu turun dari bus. Aku membantunya untuk turun, melihat kakinya yang jalan saja sudah bergetar. Aku menceritakan kejadian yang ku alami kepadanya. Sungguh, ia sangat baik dan mendengarkan ceritaku perlahan.
"Oh itu dia rumahku, terima kasih telah membantuku nak..?"
"Jiyoung, Shin Jiyoung." ucapku sembari membungkukan badanku.
"Ah, terima kasih Jiyoung, aku duluan ya."
Aku dapat melihat tepat didepan pintu rumahnya ada seorang perempuan yang kira-kira berumur 16 tahun serta seorang laki-laki tampan yang menunggu wanita itu untuk masuk. Mereka benar-benar terlihat harmonis. Aku melambaikan tanganku kepadanya.
"Kamsahamnida, eonni." ucap perempuan itu. Aku pun akhirnya pergi dan berjalan ke arah apertemenku. Rumah halmoni itu tidak terlalu jauh dari apertemenku. Mungkin lain kali aku akan mengunjunginya.
Tak terasa aku sudah berjalan sampai ke apertemen. Seketika aku baru ingat kalau aku belum membayar apertemenku. Aku segera ke meja resepsionis.
"Annyeonghaseyo, ada yang bisa saya bantu?"
"Em, saya belum bayar bulanan." jawabku sembari mengambil dompetku. Sebenarnya aku tidak yakin aku punya uangnya atau tidak.
"Atas nama siapa?"
"Shin Jiyoung."
Perempuan itu segera mencari namaku di tumpukan kertas-kertas yang kemungkinan besar, para pemilik kamar di apertemen ini.
"Shin Jiyoung? Disini kau sudah membayarnya. Bahkan kau membayarnya hingga bulan desember tahun ini." ucap si resepsionis yang membuatku menganga.
"Kau yakin? Shin Jiyoung. Sh-in-Ji-You-ng." jawabku sembari mengeja namaku.
"Iya, Shin Jiyoung." ucap si resepsionis agak jengkel.
"Baiklah, kamsahamnida."
Aku segera pergi ke kamar Sunggyu. Aku tidak tau bagaimana harus menyikapi ini. Sesampainya di depan pintu kamarnya, aku segera mengetuk-ngetuk agak kencang. Akhirnya pintu itu terbuka dan terlihatlah Sunggyu dengan kaos kebesarannya serta celana pendek selutut. Dia menggaruk-garuk kepalanya dan matanya terlihat sembab sehabis bangun tidur.
"Jiyoung?" tanyanya dengan suaranya yang agak berat.
"Kau membayar sewaan kamarku?" tanyaku datar.
"Iya."
"Kau mau pamer uangmu?" ucapku agak emosi.
"Tidak, mian."
Deg. Entah kenapa setiap dia berkata mian, pikiranku langsung kosong.
"Aish, jinjja."
Aku segera pergi kembali ke lift. Aku berencana untuk tidak tinggal di kamarku, aku ingin menginap di rumah Soojin terlebih dahulu.
"Hati-hati ya." kata Sunggyu dan menutup pintunya.
Aku hanya mendiamkannya dan segera pergi ke rumah Soojin. Aku ingin mengumpulkan uang untung mengganti bayaran Sunggyu. Aku merasa tidak enak jika menempati kamarku dan Sunggyu yang membayarnya. Tunggu, kenapa aku merasa seperti itu? Aish, Jiyoung bukankah kau membenci nya? Ah kau sudah gila Jiyoung.
Apakah kau memaafkannya, Jiyoung?
***
A/N: Pertama, IYA I KNOW INI GAJE IYA IYA SAYA NGERTI. Kedua, maaf banget slow update karena saya baru masuk sekolah jadi rada ribet gitu dehh. Maaf banget ya kalo alurnya gajelas, miannn!! :'
Makasih ya yang udah mau vomment dan nge read cerita asal-asalan ini HAHAHA. Tolong beri saya kritik dan saran. Mau nge post ini tapi ga pede aja. Soalnya takut ngecewain HAHA /emang udah ngecewain/
Oke segini aja ya~ DADAHHH
p.s 1.FIX WAJIB DENGERIN MULMED, NGE FEEL ABIS. gajuga sih. Judulnya INFINITE-Love Letter~
2. ini sebenernya ada spoiler, jadi saya lagi ngerjain cerita terkait dengan BTS <33 ya nanti deh pokoknya ada. tunggu ya HAHAHA /gaje
KAMU SEDANG MEMBACA
Inception
FanfictionAwalnya benci, tapi jadi cinta. Awalnya jengkel, tapi jadi sayang. Saat pertama kali kita bertemu, benci serta jengkel sudah terpendam dalam hatiku. Apakah perasaan itu akan terganti menjadi cinta dan sayang? Copyright © 2015 by Plantaehyung