6. Terpikat Setangkai Mawar

127 41 43
                                    

𝐓𝐚𝐩𝐢 𝐝𝐢𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧𝐤𝐮, 𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐮 𝐭𝐮𝐦𝐛𝐮𝐡

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

𝐓𝐚𝐩𝐢 𝐝𝐢𝐭𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧𝐤𝐮, 𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐮 𝐭𝐮𝐦𝐛𝐮𝐡

𝐍𝐚𝐝𝐢𝐧 𝐀𝐦𝐢𝐳𝐚𝐡-

Sedikit catatan :

Mawar. Dia cantik, menawan, dan kadang cepat kering dan sedikit lemah. Biasa diperuntukkan untuk perumpamaan gadis - gadis pribumi. Lalu, ada satu jenis bunga yang mahal, berkilau lalu dianggap langka, itu bunga Tulip. Biasa diperuntukkan untuk perempuan - perempuan Eropa masa Kolonial.






"Wat?!"

Pria berparas Eropa yang bernama Maurice itu berjengit. Netranya tergeser pada seseorang didepannya. Dia simpan cangkir berisi cairan cokelat panas itu keatas meja. Kemudian tangannya meraih kacang goreng yang dia pesan dan mulai menyemilinya.

"Will, kau mengagetkanku"

Namun sang teman yang diajak bicara tak kunjung menjawab. Pria itu seperti memerhatikan sesuatu dengan serius. Maka Maurice mengikuti pandangan William, mencari sosok manakah yang sedang William perhatikan.

"Apa yang sedang kau lihat, Will?" Keningnya berkedut, terlihat berpikir.

William menempelkan jari telunjuknya dibibir, "Hou je mond!, ik ben aan het afluisteren" (Diam! Aku sedang menguping) katanya, sedikit berbisik.

"Siapa?"

"Sir Jenandra Bersama seorang gadis pribumi"

Sir Jenandra? Maurice memang sempat melihat residen Belanda itu. Tapi dia tidak menyangka jika yang duduk didepannya adalah seorang gadis pribumi. Sepertinya gadis itu adalah seorang babu? Namun, sang residen terlihat sangat bersahaja dengan gadis pribumi didepannya itu.

Maurice menggeserkan kembali netranya pada sang lawan bicara, "Lalu?"

"Aku mendengar Sir Jenan mengajak gadis itu tinggal bersamanya."

Maurice kembali dibuat berpikir keras dengan apa yang dikatakan William. Dia mengedutkan keningnya, "Lalu, Will?" tanyanya lagi, heran. "Apa urusanmu?"

William mendecak, dia menggulirkan bola matanya kesal. "Stomme" (Bodoh)

Pletak!

Satu kacang polong kering berhasil mendarat pada dahi William. Membuat sang empunya mengernyit kesakitan. Dia menggosok dahinya yang masih terasa sedikit ngilu.

"Eikel, Maurice!" (Brengsek, Maurice)

"Kau baru saja mengataiku bodoh?" terlihat gurat kekesalan dalam ekspresi Maurice meski terlihat samar.

"Iya, memang kenapa? Aku salah?"

"Aku hanya bertanya! Apa urusan mereka denganmu?"

William menyesap sedikit cokelat panasnya, kemudian dia berucap "Aku hanya penasaran sebenarnya apa hubungan mereka?"

Melia : Sebuah Cinta yang TertinggalWhere stories live. Discover now