7. Dia, yang Mengambil Peran

91 33 42
                                    

"𝐃𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐮, 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐦𝐛𝐢𝐥 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐧"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"𝐃𝐚𝐧 𝐤𝐚𝐮, 𝐦𝐞𝐧𝐠𝐚𝐦𝐛𝐢𝐥 𝐩𝐞𝐫𝐚𝐧"


Jangan lupa vote komen ya sengg🌷







Brakk!

Pria muda berdarah Eropa itu berjalan tergesa sampai melemparkan kedua sepatunya asal hingga membuat para jongosnya terkejut sekaligus memekik takut. Tangannya terkepal kuat sampai buku - buku jarinya memutih. Hatinya panas bak terbakar api menyala - nyala didalam sana. Napasnya senantiasa terburu, lalu tetes keringat sebesar biji jagung bercucuran dari pelipisnya.

Dia mengitarkan pandangannya, mencari sosok yang dia ingin hantam sekarang juga dengan tangan kosongnya sendiri. Membayangkan wajahnya saja William sudah sangat ingin melayangkan celuit jika sosok yang dia ingin temui sekarang adalah orang asing.

"Will kau k-"

Bugh!

Belum sempat pria Belanda paruh baya itu menyelesaikan kalimatnya, satu pukulan telah mendarat di pipinya. Membuat bagian itu terasa kebas dan panas.

"APA YANG TELAH KAU LAKUKAN?"

Mendengar suara menggelegar William, Heer Bert sedikit memekik kaget. Dia memegangi kulit pipinya yang masih terasa kebas karena pukulan sang putra barusan.

"Bukankah aku yang seharusnya bertanya kepadamu, William?"

"Berani - beraninya kau mengizinkan dia keluar dari rumahku!"

Pria berdarah Eropa itu mondar - mandir. Dia terlihat gelisah, matanya memancarkan aura kehitaman. Kentara bahwa saat ini dia ketakukan.

"Je bent gek geworden William!" (Kau sudah gila William!)

Heer Bert berteriak. Tepat didepan wajah putranya, dia cengkram bahu yang semakin bergetar hebat itu, "Hentikan semua ini, kau tidak bisa seperti ini terus."

Pria berdarah Eropa itu menukik alis tajam, dia hempaskan cengkraman ayahnya. "Tidak... aku tidak bisa!"

Semua jongos dan babu dirumah itu tahu jika para tuannya sedang bertengkar. Tapi mereka tidak mengerti apa yang sedang kedua orang berkulit putih itu debatkan. Mereka hanya bisa menjauh, takut - takut jika akhirnya mereka yang dijadikan pelampiasan oleh kedua orang itu.

"Kau hanya menyakitinya, bagaimana jika rakyat mengetahui perilaku busukmu itu!" Heer Bert tak kalah terlihat frustasi.

"Ooohhh ayah mulai mengasihaninya sekarang? Atau...Ayah akan menjadikannya sebagai Wanita simpanan Ayah?!"

Plak!

Satu tamparan melayang dan berhasil mendarat dengan sempurna pada sudut bibir William, meninggalkan bekas kemerahan dan darah segar yang menetes dari ujung sudut bibirnya. Saking kerasnya tamparan itu, dia sampai terhuyung mundur beberapa Langkah.

Melia : Sebuah Cinta yang TertinggalWhere stories live. Discover now