.. 01.02 ..

182 19 2
                                    

setelah bercerai renjun hidup seorang diri di tempat kelahirannya, jauh dari siapapun yang ia kenal. renjun juga sempat frustasi dengan bayinya yang tidak memperlihatkan pertumbuhan sedikitpun, hal itulah yang membuatnya dipertemukan dengan jeno ─pengusaha kaya yang menyewa dirinya.

saat itu jeno menerima tawaran koleganya untuk menikmati malam dengan menyewa pelacur sebagai perayaan keberhasilan mereka, tentu jeno terima sebagai bentuk formalitas saja untuk menghargai rekan bisnisnya.

pertemuan yang cukup mengejutkan.

jeno pikir renjun sudah gila karena menjadi submisive sewaan disaat kondisinya tengah mengandung, namun beruntunglah renjun yang menyewanya itu jeno bukan dominan menjijikan lain diluar sana. karena pada dasarnya jeno sendiri tidak pernah dengan sengaja membayar submisive manapun untuk tidur dengannya.

ia ingat malam itu renjun dengan suka hati menanggalkan semua pakaiannya begitu saja, bahkan sebelum jeno memintanya. dihadapan jeno, submisive itu telanjang dengan perut buncitnya seraya mengatakan bahwa didalam sana ada bayinya. jadi─

" saya harap anda tidak keberatan kalau kita harus 'bermain' dengan hati-hati."

melihat wajah putus asa submisive itu lantas jeno bertanya alasan apa yang membuat renjun menjual dirinya, dan renjun pun menjawab bahwa ia harus menyelamatkan anaknya.

jeno rasa jawaban itu tidak membuatnya puas, namun tanpa bertanya lebih dalam lagi ia langsung meninggalkan submisive itu ─tanpa menyentuhnya sama sekali─ dengan beberapa gepok uang ia simpan diatas tempat tidur yang ada disana.

tubuh renjun meluruh kelantai.

ia rasa sudah kehilangan akalnya.

namun hanya itu cara terakhir yang ia punya, renjun sudah melakukan apapun untuk mempertahankan bayinya, ia juga kehilangan waktu untuk semua hal hanya demi melahirkan bayi itu ke dunia. jisung adalah satu-satunya alasan renjun berasal, termasuk menjual dirinya disaat mereka sudah tidak punya apapun lagi untuk sekedar bertahan hidup.

namun tanpa sepengetahuannya, setelah itu jeno selalu memperhatikannya dengan alasan kebetulan. hingga saat renjun bisa bekerja lagi disebuah perusahaan, jeno juga menyebutnya dengan "kebetulan mereka dipertemukan lagi dengan keadaan yang lebih baik."

padahal itu memang rencananya.

₍ D I D Y M O ₎
──────────
©__abcdeann

" ..lalu jinju mengajariku."

" benarkah?" renjun bertanya antusias saat mendengarkan cerita anaknya, sementara matanya masih fokus memperhatikan jalan. jisung mengangguk, mengeluarkan kertas origami yang sudah dibentuk angsa.

" hng! bunda, boleh tidak aku menyimpan ini di sana?" tanya anak itu dengan jari mungilnya menunjuk dashboard. renjun belum sempat menoleh karena ia harus fokus menyetir dihari kerja yang cukup padat ini. namun submisive itu tetap mengijinkan sang anak untuk melakukan apapun yang ia mau.

" tentu saja." jawabnya.

setelah mendapatkan izin, jisung segera menyimpan origami angsa buatannya di dashboard mobil. tidak ada lagi ocehan kecil keluar dari mulutnya, secara naluri anak itu paham bahwa sang ibu tengah sibuk membagi fokusnya.

dulu saat jisung masih bayi, renjun selalu membawanya bekerja. sesibuk apapun ibu muda itu di kantor, jisung selalu nemplok diperutnya. namun setelah usianya dua tahun, renjun selalu menitipkan jisung di daycare yang ada didekat kantornya.

renjun tak enak hati ketika teman kerjanya terganggu dengan tangisan jisung, bahkan kadang ia memberi bayinya asi atau hal lain yang dapat menunda pekerjaannya. meski mereka terlihat senang dengan adanya bayi dikantor, tapi renjun tahu bahwa terkadang keberadaan jisung menyulitkan mereka. terlebih setelah bekerja dikantor, ia cukup mampu hanya untuk sekedar menitipkan anaknya di daycare.

demi kenyamanan semua orang.

renjun menghentikan mobilnya, mereka telah sampai. submisive itu lantas turun dari mobil dan segera membukakan pintu penumpang yang ada disebelahnya, " sudah siap menjalani hari ini?" tanyanya sambil menatap sang anak setelah melepaskan sabuk pengamannya.

jisung mengangguk, " aku berjanji tidak akan nakal, dan semoga aku dan bunda selalu bahagia dimanapun kita berada." ucap jisung membuat renjun tersenyum seraya mengusap pucuk kepala anaknya dengan bangga, itu merupakan kebiasaan mereka sebelum berpisah dan berakhir dengan kecupan-kecupan lainnya ia bubuhkan di wajah sang anak.

" dah, sayang!"

" babay~ bundaa!!"

setelah mengantarkan jisung hingga pintu depan daycare tersebut, tak buang waktu lama renjun segera melajukan kembali mobilnya. ia sudah terlambat, jeno pasti mengomelinya hari ini.

₍ D I D Y M O ₎
──────────
©__abcdeann

" sedang apa hm?" tanya dominan dengan suara berat yang kini tengah menumpukan dagunya pada bahu sempit submisive nya, tangannya dengan lihai masuk kedalam baju, mengelus kulit halus istrinya, juga mencium aroma yang keluar dari ceruk lehernya.

" sedang masak lah, dad."

mark menoleh saat ia tak menyadari keberadaan chenle dimeja makan, ia kira anaknya itu belum turun karena emang makan malam belum siap semuanya. kini pipinya terasa panas karena telah terciduk anaknya sendiri tengah menggoda haechan.

" anak kecil."

ayah satu anak itu langsung menghampiri chenle, memperhatikan apa yang sedang anaknya mainkan. " simpan mainan mu, segera cuci tangan." ucap haechan setelah menyelesaikan masakan terakhirnya.

chenle langsung menurut.

sementara mark kini menatap haechan yang tengah mengalaskan nasi pada piring piring disana, " kenapa kau makin cantik saja ya?" tanyanya dengan tatapan mesum tak lepas sejak tadi.

" jangan menggodaku, aku sedang tidak mau melakukannya." ucap haechan yang masih enggan menatap suaminya. " icel, jangan bermain air!" teriaknya saat sang anak terasa terlalu lama dengan kegiatan mencuci tangannya.

" memangnya aku hanya menggoda mu saat ingin melakukan 'itu'?" tanya mark lagi.

haechan menatap malas, " memang."

" baiklah, maafkan aku."

tak ada balasan, haechan segera menyuruh chenle duduk dan makan saat anak itu datang dengan protes bahwa ia tidak main air. namun wastafel mereka terlalu tinggi, ia jadi kesulitan untuk mencuci tangannya sendiri.

atau mungkin dia yang terlalu pendek?

setelah itu mereka makan dengan sunyi.

haechan yang lebih dulu menghabiskan makannya, ia langsung pergi ke dapur untuk mencuci piring kotornya. tak lama mark menyusul dan langsung menghimpit tubuh haechan pada wastafel.

" sesuatu mengganggu pikiranmu?"

haechan berdecak, " tidak."

dipeluknya tubuh haechan dari belakang, sebenarnya ia belum selesai makan namun melihat submisivenya yang diam saja sejak tadi membuatnya agak cemas. " kau terlihat kelelahan."

kali ini tubuh yang lebih kecil darinya itu berbalik menghadap mark, " maka dari itu berhenti menggodaku, mark! aku tidak mau melakukannya malam ini."

mark menyernyit heran, " haechan, aku tidak sedang menggoda atau apapun itu. aku hanya khawatir dan berusaha untuk membuatmu tetap merasa nyaman. aku sungguh tidak bersikap seperti ini untuk hal itu. apa yang sedang kau pikirkan hah?"

haechan menghembuskan nafasnya berat, entah kenapa ia merasa sedikit emosional dengan tiba-tiba. " biarkan aku sendiri dulu untuk saat ini." ucapnya pelan lantas pergi meninggalkan mark yang masih bingung dengan sikap istrinya itu.

" apa yang mengganggu pikirannya kali ini."

to be continue..
with love, deya

DIDYMO ─ JAEMRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang