11-Nyore Bareng si kecoa

195 30 2
                                    

Indahnya cakrawala sore hari yang mampu membuat para anak senja terpanah oleh pesona yang langit sore tebarkan.

Dibawah langit oranye dua insan berjenis kelamin laki-laki berboncengan mengendarai motor Vario bewarna merah.

Pemuda rambut pirang bergradasi pink mencolok membonceng pria berambut hitam yang lebih besar darinya, si rambut mencolok pun melirik ke kaca spion yang menampilkan wajah pria berambut hitam tengah fokus mengamati kendaraan berlalu lalang.

Setelah itu mata sang pemuda kembali fokus ke depan, ke jalanan yang ramai. Namun mulutnya terbuka, bertanya kepada pria yang ia bonceng kan.

"Mas! Ini jadinya makan dimana?" tanya nya sambil berteriak.

Yang ditanya pun menatap si pemuda dari kaca spion, namun dengan muka yang bingung.

"Hah? Apa, Do?" jawab si pria yang malah balik bertanya.

Lantas si pemuda yang bernama Shido itu kembali mengulang pertanyaannya dengan suara yang lebih keras agar si pria, mas (m/n) dapat mendengar suaranya.

"Ini jadinya mau makan apa? Terus dimana?" tanya ulang Shido.

Namun sayang karena angin yang kencang disebabkan laju kendaraan masih membuat mas (m/n) tak dapat mendengar dengan jelas suara Shido.

"Hah?" jawab mas (m/n) dengan muka bego.

Siklus itu terjadi beberapa kali sampai pada akhirnya Shido mulai kesal dan bertanya dengan suara yang sangat keras sampai dilihat pengendara lain dan pejalan kaki.

"Tai mau tai?!!" sungut Shido dengan nada keras.

Dan entah kenapa mas (m/n) mendengar jelas suara Shido, langsung dijawab oleh mas (m/n) dengan wajah syok.

"Kok gitu?! Ish...tak patut, tak patut," tutur mas (m/n), menggelengkan kepala dengan wajah kecewa.

Muka Shido udah gak enak nih, pengen nonjok mukanya pemilik kosan nya. Tapi takut nantinya bakal di kick dari kosan.





Setelah menempuh jarak 3,7 km dari kos, secara random Shido membelokkan motornya ke kiri ke tempat dimana ada warung nasi liwet yang lumayan ramai. Shido memberhentikan motornya dan memarkirkan nya di depan warung nasi liwet itu.

Mas (m/n) turun dari jok motor begitu Shido mematikan motornya, begitu pula Shido. Dan keduanya pun ikut mengantri untuk memesan. //Bukan antri sembako ya. Itu mah kapan-kapan.

Antriannya cukup panjang, sepertinya 7 deret antrian termasuk mas (m/n) dan Shido. Mereka gak tau aja kalau warung nasi liwet ini tuh legend dan cukup terkenal, makanya ramai.

Lima belas menitan keduanya mengantri yang masih ada 4 antrian lagi didepan mereka. Untuk menunggu dan menghilangkan kebosanan, keduanya memainkan ponsel mereka.

Ya, sesekali ngobrol lah biar gak canggung-canggung amat.

"Mas, pernah liat burungnya si Otoy belum?" tanya Shido yang membuat beberapa orang yang mendengar menoleh dengan wajah terkejut dan beberapa menatap dengan wajah gak percaya.

"Ohh! Pernah, pernah. Kecil sih kataku mah," jawab mas (m/n) santai, tanpa menyadari orang-orang yang mendengar ikut menatapnya.

'Ehh, ya ampun,' batin orang-orang.

'Ehh, ya ampun,' batin orang-orang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kost Mas (m/n)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang