Baca aja
Cuma kumpulan cerita receh mas (m/n) yang di penuhi kegilaan penghuni kostnya dan tetangganya.
"Mas suka kucing gak?" -Yukimiya Kenyu
"Suka, apalagi yang manis." -✨
"Kok pake beliin kue segala?" -Oliver Aiku
"Selamat ulang tahun ya." -✨
"Pi...
Kedekatan (m/n) dengan keluarga Itoshi bukan hal baru lagi. Ibu (m/n) dan bunda Itoshi berteman baik yang secara otomatis (m/n) kenal bunda Itoshi dan keluarga Itoshi yang lainnya. Sejak Sae berumur 5 tahun dan Rin berumur 4 tahun sudah akrab dengan (m/n). Hubungan mereka terjalin cukup erat.
Kini, meskipun (m/n) sibuk dengan karir menulis dan mengurus kos-kosannya, sesekali doi mampir kerumah keluarga Itoshi sekedar buat ngasih makanan kayak martabak atau nasi goreng.
Contohnya kayak sekarang, (m/n) yang baru pulang dari kantor ibunya memutuskan untuk mampir ke rumah keluarga Itoshi buat apa lagi kalau bukan buat ngobrol ringan sambil ngasih martabak telur.
"Mas (m/n), sini masuk. Malah bengong di depan pintu." titah bunda Itoshi yang gemes lihat si bujang malah bengong gegara salfok sama Sae yang makai celana pendek setengah paha. Aduh, pahanya bleber kemana-mana itu.
(m/n) yang lagi bengong kembali tersadar karena suara ibu Itoshi. "Eh...gapapa, Tan. Ini (m/n) mau pulang aja, toh, udah malem nanti malah ganggu." balas (m/n), merasa tidak enak menolak tawaran wanita anak dua itu.
Dari sofa ayah Itoshi yang sedang menonton berita PPN naik pun langsung menyahut. "Wahh, ada anak kesayangan om sama tante nih. Sini masuk."
Lah...si Sae sama si Rin bukan anak kesayangan? Awokawokawok kasian.
Yang tadinya gak enak buat nolak sekarang makin gak enak nolak tawarannya. Yaudah lah, (m/n) pun masuk sambil mengucap permisi.
Ayah Itoshi pun terkekeh karena kedatangan (m/n) dan langsung menepuk kepala Rin yang lagi ngerjain tugas sekolah di meja ruang tengah.
"Buatin mas (m/n) kopi sana." perintah si ayah. Rin ngedumel dulu baru beranjak ke dapur buat bikinin kopinya.
"Kok aku sih! Kan ada mas Sae." gerutu Rin saat jalan ke dapur.
Si sulung yang tadi fokus nonton TV pun menoleh ke (m/n), sebentar doang tapi habis itu balik nonton TV. Gak peduli akan kedatangan (m/n).
Bunda Itoshi yang melihat ketidak pedulian Sae akhirnya menegur putra sulungnya. "Itu loh, mas (m/n) bertamu mbok ya disapa gitu."
Males banget Sae buat ngomong tuh sebenernya, tapi daripada kena omel bundanya mending Sae nurut aja. Ia menghela nafas malas lalu menoleh pada (m/n).
(m/n) lalu duduk di single sofa yang didekat sofa yang Sae duduki. Sementara itu dari arah dapur Rin yang nyiapin kopi buat (m/n) masih ngedumel.
"Mas (m/n) datang kenapa aku yang ribet?! Kan aku lagi ngerjain tugas sekolah. Lagian ada mas Sae yang gak sibuk." protes Rin dengan nada kesal.
Ayah Itoshi terkekeh mendengar protes dari anak bungsunya dari arah dapur. "Itu namanya latihan buat jadi tuan rumah yang baik, Rin."
Sae yang juga mendengar itu pun ikut ngomporin. "Kalau disuruh ayah jangan ngelawan. Lagian aku capek baru pulang dari kampus."
'Mas bangke' batin Rin kesal dengan si kakak sampai rasanya pengen Rin jambak.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dikira Rin juga gak capek apa? Kasian dedek emes :(
Tak lama kemudian Rin dengan raut cemberut muncul dari dapur membawa secangkir kopi hitam untuk (m/n). Dengan rasa kesal yang masih ada ia meletakkan cangkir kopi itu di meja depan (m/n) dengan sedikit hentakan.
"Nih, kopinya! Udah aku bikinin yang enak." kata Rin ketus.
(m/n) tertawa kecil melihat tingkah Rin. "Makasih, dek Rin."
Diambilnya cangkir berisi kopi hangat itu lalu (m/n) menyeruput sedikit isinya, membuat rasa pahit menabrak indra perasanya. Pahit bukan sekedar pahit, tapi pahit dengan rasa asin yang amat asin. Ini kayaknya si Rin salah masukin gula.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
'udu kopi Iki cuk, air Laut iki.' batin (m/n) yang mati-matian menahan biar gak memuntahkan kopinya.
Tapi karena gak mau mengecewakan akhirnya (m/n) menelan kopi asin tersebut dan memaksakan wajahnya untuk tersenyum serta agar tak membuat raut wajah mau muntah.
"Emm...~ rasanya joss banget. Kamu ada bakat buat jadi barista." puji (m/n) sambil memberikan satu jempol kepada Rin.
Pujian itu sukses membuat Rin salting dan rona merah tipis menyebar di pipinya. Aduh lucunya. Rin yang gak mau ketahuan salting karena pujian (m/n) mendengus pelan.
"Halah, gak usah muji-muji. Aku sekolahnya jurusan akuntansi bukan perhotelan." balas Rin yang kembali lesehan di lantai buat ngerjain tugas sekolahnya yang sempat tertunda.
Bunda Itoshi melihat interaksi menggemaskan anak bungsunya dengan bujang depan rumahnya hanya bisa tertawa kecil.
"Aduh, mas (m/n) pinter banget ngambil hatinya. Jadi gak heran kalau anak-anak bunda betah sama mas (m/n)." kata bunda Itoshi sambil melirik kedua anaknya.
Sae hanya mendengus pelan tanpa mengalihkan pandangan dari TV, meski diam-diam salting. Sementara Rin pura-pura sibuk membolak-balikkan bukunya biar gak ketahuan kalau lagi salting setengah mampus.
(m/n) tersenyum menampilkan lesung pipi miliknya menambah pesonanya. Tak dipungkiri berada di tengah keluarga Itoshi membuat (m/n) merasa nyaman dan merasa bagian dari mereka meskipun tak memiliki hubungan darah.
• • • • •
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sedang memikirkan keadaan dunia yang lagi tidak daijobu