XIX

16.8K 1K 151
                                    

sorry typos

.

Sekarang Lily tinggal dengan sangat sederhana. Dia tinggal di rumah Harry yang jauh dari kata mewah. Sebelumnya Harry menawarkan mau atau tidak tinggal dirumahnya yang jauh dari kota. Tanpa berpikir dua kali Lily langsung menyetujui untuk tinggal di rumah Harry.

"Orang tuamu dimana? Kau anak tunggal?" tanya Lily yang tengah duduk bersender di pundak Harry. Kini mereka berdua tengah asik menonton tv.

"Aku tidak tinggal dengan orang tuaku semenjak usia 18 tahun. Aku punya seorang adik perempuan, Fee namanya. Mungkin dia sudah berusia 9 tahun sekarang. " Jelas Harry mengusap-usap pundak Lily dengan sayang. Lily semakin mendekatkan dirinya dengan Harry.

"Kalau boleh aku bertanya, berapa usiamu? Tahun ini aku baru akan menginjak 20 tahun." Ucap Lily.

"26 tahun. Terlalu tua untukmu, Lily? Jawab aku Lily." Goda Harry menciumi puncak kepala dan pipinya bergantian. "Tidak. Aku tetap akan mencintaimu. Meskipun kau tak pernah mencintaiku." Ucap Lily menangkup wajah Harry bak seperti melihat batu berlian nan mahal.

Lily menarik Harry semakin mendekat padanya. Bisa dirasakannya nafas Harry yang berhembus diwajahnya. Ya, dia tahu Harry mempertahankan dirinya hanya karena nafsu biologisnya agar terpuaskan saja. Meskipun begitu Lily bersedia melakukan karena rasa cintanya.

Lily memberanikan diri untuk mencium Harry dahulu. Matanya terpejam menikmati adegan yang mereka lakukan. Dia juga tidak menolak saat jemari-jemari Harry membuka kancing piyama Lily. Harry menekan kepala Lily untuk terus menciuminya dengan apa yang sudah dia ajarkan selagi tangannya menelusuri kulit putih bersih Lily.

Kalau sudah malam seperti ini tidak ada arti piyama yang di pakai Lily. Selalu berakhir di lantai ketika pagi menjelang. Tak segan-segan Lily juga menyentuh perut Harry dan mengelus perut six packnya yang mengakibatkan Harry menggeram beberapa kali.

Pakaian Harry sudah tidak terlihat lagi. Hanya tersisa boxer yang memperlihatkan lekuk kehidupannya disana begitu menginginkan Lily sesegera mungkin. Lily yang berada di bawah Harry tidak bisa menyembunyikan semburat merahnya melihati dirinya yang tidak mengenakan apapun.

"Harry, pintunya belum dikunci--" Ucap Lily di sela-sela foreplay yang mereka lakukan.

"Persetan dengan pintu itu, Lily. Aku tau, kau dan aku menginginkan pelepasan secepat mungkin--Oh Damn!" Pekik Harry ketika miliknya berhasil memasuki Lily yang sudah benar-benar siap di bawahnya.

Tak sampai 1 menit pun Harry dan Lily berhasil mencapai titik yang mereka ingin.

"Harry, bagaimana jika aku pergi?" tanya Lily disela-sela percintaan mereka. Diliriknya Harry yang tengah melakukan aktifitasnya di atas dirinya.

"Kau tidak boleh pergi. Aku membutuhkanmu. Lily singkirkan tanganmu dari sana, jangan buat aku bercinta dengan kasar!" Ucap Harry mengambil tangan Lily dan menahan di samping kepalanya.

Aku membutuhkanmu, itu kalimat yang terngiang di pikiran Lily. Dia akan menunggu Harry akan bosan padanya.

.

Dapur Harry yang besar sudah diubah Lily menjadi tempat pembuatan roti dan kue kering. Lily merelakan setengah uang cash yang ia punya sebagai modal untuk membuat usaha ini. Harry tidak meminta, hanya saja Lily yang mau.

Lily mengatakan, kalau aku tidak denganmu lagi kau sudah punya usaha jadi kau tidak bekerja sebagai penembak jitu.

"Aku berjanji akan mengganti uang yang sudah kau berikan, Lily." Ucap Harry sembari membantu Lily membersihkan rumah Harry agar semakin bersih.

"Anggap saja ini bagian dari kesepakatan kita. Aku membayarmu ya seperti dulu." Balas Lily menyudahi beres-beresnya.

Rasa senang melihat rumah Harry yang sudah rapi membuat ketenangan dalam hatinya. Setidaknya Harry akan bangga dengan apa yang sudah dia rapikan.

"Kau masih ingat kontrak itu?" tanya Harry menyapu keringat Lily yang ada di puncak kepalanya dengan tissue.

Senyum Lily mengembang melihat Harry yang begitu tampan sedekat ini dengannya. Dengan nakal Lily menepuk milik Harry karena melihat kerlingan mata Harry seakan memberi kode. Harry tersenyum saja dan sibuk menyeka air mata Lily yang mengucur belum mau berhenti.

"Tentu aku masih ingat. Kalau tidak karena kontrak itu bagaimana bisa aku mencium, memukulmu sesuka hatiku." Jawab Lily memukul milik Harry sekali lagi.

Harry melempar tissue yang dia pegang sembarangan. Segera di gendongnya Lily menuju kamar mandi, tanpa penolakan.

"Kau harus memandikanku semaksimal mungkin, Lily. Pijat dimana pun kau ingat memijatku, sugar."

.

Tbc

I dunno why kalo Niall dibikin nakal terus 'nananina' rasanya flat aja kalo Harry dibikin nakal terus 'nananina' malah dagdigdug

PERVERTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang