04

74 52 16
                                    

"jadilah orang paling ikhlas, bukan yang paling baik , karena dalam kebaikan belum tentu ada ke ikhlasan tetapi di dalam keihklasan pasti sudah ada kebaikan ".
_habib ummar bin hafidz _

.
.
.
.
Happy reading

"Aya, nanti kamu masuk pondok. Kamu sudah bersiap-siap?" tanya ibuk dengan suara penuh perhatian.

"Alhamdulillah, sudah, Buk," ujar Ayyasha sambil berjalan mendekati ibunya yang sedang memasak di dapur.

"Ibuk, Ayya bantu ya," ujar Ayyasha sambil menggulung lengan bajunya, siap membantu ibunya memasak.

"Gak usah, kamu duduk aja sama nenek. Ini udah mau siap," jawab ibuk sambil tersenyum, melanjutkan memasak dengan cekatan.

"Yah," gumam Ayyasha dengan nada sedikit kecewa, lalu berbalik menuju neneknya sambil tersenyum tipis.

"Makanannya siap. Ayok sarapan," panggil ibuk sambil menata hidangan di meja makan.

"Yee, makan!" seru Ayyasha dengan wajah ceria sambil mendekati meja makan.

Ibuk tersenyum hangat melihat Ayyasha yang begitu penuh semangat, namun di balik senyumannya tersimpan kesedihan mendalam. Hatinya pilu mengingat kenyataan bahwa Ayyasha harus ditinggalkan oleh ayahnya sendiri.

Saat ibuk menglamun, ia terkejut mendengar suara Ayyasha.

"Ibuk, kenapa ngelamun?" tanya Ayyasha dengan penasaran, melihat ibunya yang tiba-tiba tampak jauh dalam pikirannya.

"Gak papa, ayok makan," jawab ibuk, berusaha tersenyum dan mengalihkan perhatian Ayyasha agar tidak terlalu memperhatikan ekspresinya yang sedih.

Begitulah keluarga Ayyasha, meski kini bersama ibunya yang sederhana, tapi penuh dengan kegembiraan dan kasih sayang. Mereka saling menguatkan, menjalani hidup dengan penuh kebersamaan meski dalam keterbatasan.

___di pesantren ____

Di pesantren, seperti biasa, mereka mengantri untuk mengambil makanan. Namanya juga pesantren, makan harus ngantri, kekamar mandi juga ngantri, semuanya dilakukan dengan sabar dan penuh kedisiplinan.

"Hilya, putri, sangat panjang antriannya," ujar Aqila dengan wajah lusuh, terlihat lelah menunggu giliran.

"Yaudah, kita harus sabar," jawab Putri dengan tenang, berusaha menenangkan Aqila yang tampak kesal dengan panjangnya antrian.

"Aku laper banget, cacing di perutku udah gak tahan lagi, pengen diisi dengan makanan," keluh Aqila sambil memegang perutnya, berharap antrian cepat selesai.

"Iya, aku juga lapar," ujar Hilya sambil menatap panjang ke arah meja makan, berharap giliran mereka segera tiba.

"Kamu kenapa nggak sarapan di dalem aja? Hilya kan enak, nggak usah antri panjang-panjang," tanya Putri, mencoba memberi saran agar mereka tidak kelaparan terlalu lama.

"Iya, betul. Kalo aku jadi Hilya, lebih memilih sarapan di dalem," jawab Aqila setuju, sambil melirik Hilya yang tampak tenang menunggu giliran.

"Gak ah, di dalem nggak ada orang. Kemungkinan Abah sama Umma baru pulang sore, Abang Aslam udah berangkat ke Mesir kemarin," jawab Hilya dengan suara pelan, merasa sepi tanpa kehadiran mereka.

"Emangnya Gus Aslam berapa lama tinggal di Mesir?" tanya Putri dengan penasaran, mencoba memahami rencana perjalanan Gus Aslam.

"Katanya sih 4 tahun," ujar Hilya, menjelaskan dengan nada sedikit kecewa, merasa lama akan berpisah dengan Abangnya

"Is okay, Aqila masih ada orang kami kok yang akan nemenin kamu, kita keun, besti!" ujar Aqila dengan heboh, mencoba menghibur Hilya dan memberi semangat agar tetap merasa ceria.

"Iya bener itu, kata Aqila," ujar Putri sambil tersenyum, ikut memberikan dukungan dan semangat kepada Hilya.

Tanpa terasa, sekarang giliran mereka. Ayyasha, Hilya, Aqila, dan Putri langsung bergerak cepat menuju meja makan, merasa lega akhirnya bisa menikmati makanan setelah menunggu lama.

Setelah sarapan, mereka bersiap-siap untuk ke sekolah, merapikan tas dan berpakaian seragam, sambil saling mengingatkan agar tidak terlambat.

"Udah, ayok!" ujar Putri yang sudah bersiap dengan seragam putih biru, sambil menunggu teman-temannya yang masih merapikan barang-barangnya.

"Ayok!" ujar Aqila dan Hilya yang sudah rapi, siap berangkat ke sekolah bersama Putri .

"Hilya, nanti kamu ikut MTQ gak kira?" tanya Putri dengan penasaran, sambil berjalan

"Gak tau," jawab Hilya singkat, tampak berpikir sejenak apakah dia akan ikut atau tidak.

"Hilya pasti ikut, keun, dia pinter," ujar Aqila memuji sahabatnya, percaya bahwa Hilya akan mampu melakukannya dengan baik.

"Aamiin," jawab Hilya sambil tersenyum, merasa senang dengan dukungan dan pujian dari Aqila.

"Kata Abah, lomba nya kali ini di ponpes kita, sehabis kita ujian," ujar Hilya, menjelaskan dengan antusias tentang rencana lomba yang akan datang.

"Wiih, asik dong! Nanti pesantren lain akan datang ke ponpes kita, pasti rame banget!" ujar Aqila dengan semangat, membayangkan betapa serunya acara lomba itu nanti.

"Nanti banyak cogan," tambah Aqila dengan senyum lebar, membuat Hilya dan Putri tertawa mendengar candaan Aqila.

"Semoga kita kali ini ponpes kita menang lagi, seperti tahun kemarin," ujar Putri dengan penuh harap, berharap prestasi mereka bisa terulang.

"Aamiin, semoga kita menang," jawab Hilya dan Aqila ,berharap keberuntungan dan usaha mereka akan membuahkan hasil yang terbaik.

Tanpa terasa, mereka sudah sampai di sekolah. Sekolah tidak terlalu jauh, masih di dalam area pesantren, jadi mereka bisa berjalan kaki dengan mudah setiap harinya.

Mereka langsung duduk sambil bercerita, berbagi cerita dan tawa, menunggu ustadzah yang akan memulai pelajaran.

Saat mereka asik berbincang, Ustadzah Sarah masuk ke kelas dengan senyum ramah, membuat suasana langsung menjadi lebih serius dan siap untuk dimulai pelajaran.

"Siap! Beri salam," ujar Putri sebagai ketua kelas, memimpin teman-temannya untuk memberikan salam kepada Ustadzah Sarah.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ujar mereka sekelas serentak, dengan suara yang penuh kekompakan, sebelum memulai pelajaran.

"Wa'allaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Ustadzah Sarah dengan senyum hangat, lalu memulai pelajaran dengan penuh semangat.

Sebelum belajar, mereka berdoa dulu, memohon kelancaran dan keberkahan dalam ilmu yang akan dipelajari hari itu.

"Ustadzah ingin menyampaikan sesuatu," kata Ustadzah Sarah dengan serius, menarik perhatian seluruh siswa di kelas.

"Kira-kira apa ya?" bisik Putri dengan penasaran, berharap ada kabar menarik yang akan disampaikan oleh Ustadzah Sarah.

"Kita kedatangan teman baru," ujar Ustadzah Sarah dengan senyum, memperkenalkan siswa baru yang akan bergabung di kelas mereka.

"Masuk," ujar Ustadzah Sarah, mempersilakan teman baru itu untuk masuk dan memperkenalkan dirinya kepada seluruh kelas.

___bersambung______

"Kira-kira, siapa yang akan menjadi murid baru?"

Jangan lupa vote dan komenn

Babay assalamualaikum


Power Jalur Langit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang