White berjalan terseok-seok menuju pintu gerbang Kota Bintang Jatuh. Tubuhnya banyak mengalami luka-luka. Rasanya benar-benar sangat menyakitkan. Dari kejauhan tampak dua sosok penjaga gerbang yang memegang tombak dan perisai.
Ia berhasil mencapai level 10 dengan sangat cepat setelah membunuh puluhan FurBall dan beberapa binatang kecil lainnya dalam perjalanan hanya dengan belati miliknya, mulai dari level rendah hingga level sedang. Sepertinya HP-nya tinggal sedikit.
"Status!" serunya dengan suara serak yang menyiksa, disertai suara mendengung seperti biasa.
WHITE (ELF)
LEVEL 10
JOB: NONEGILL: 4750
EXP: 570HP: 18/174
MP: 100/100ATK: 62
PDF: 50
MAG: 57
MDF: 53
AGI: 44
TECH: 48
ACC: 50
EVA: 49
LUCK: 104HP-nya tinggal 18. Tubuhnya terasa lemah tak bertenaga sama sekali. Apalagi luka-luka ditubuhnya yang benar-benar luar biasa sakit.
Pakaian yang digunakan White juga mengalami perkembangan
Beberapa saat kemudian, dia sudah tiba di tengah Kota Bintang Jatuh. Ramai sekali disini, ada berbagai macam ras yang berlalu-lalang. Tapi ras manusia tampaknya paling banyak. Entah mereka itu pemain atau hanya NPC. NPC ialah Non-Player Character atau karakter yang bukan pemain, dalam kata lain karakter tersebut dikendalikan oleh diatur komputer. Tapi kalau NPC biasanya tidak pernah berlalu-lalang di jalanan. Seperti pedagang, penjaga gerbang, serta pemilik penginapan.
Ia harus mencari toko obat dimana ia bisa mendapatkan Green Potion untuk menambah 100 HP setiap botolnya, seperti yang tertulis di buku panduannya.
Ketika sekumpulan pemain laki-laki yang kebetulan lewat, White segera mendekat. "Permisi. Kalian tahu dimana letak toko obat?"
"Kau jalan terus saja beberapa meter, nanti kau akan menemukan toko obat di kiri jalan," jawab salah satu dari mereka sambil menatap White yang terluka dengan kasihan. "Mau aku antar sampai ke sana?"
"Tidak usah. Aku bisa ke sana sendirian. Terimakasih sudah atas bantuanmu," balas White lalu kembali berjalan lagi hingga ia tiba di toko obat. Ia langsung mendekat ke meja penjual.
"Permisi, bisa aku membeli dua Green Potion?" pinta White pada penjual obat itu, seorang wanita gemuk berbusana serba merah muda, serta bandana bermotif bunga yang ia ikatkan di kepala.
"Tolong tunggu sebentar," ujar penjual itu dengan nada lembut sambil berjongkok beberapa saat, lalu kembali berdiri sambil menaruh dua botol Green Potion di atas meja kasir. "Semuanya lima ratus gill."
White langsung memberikan wanita itu uang sebanyak 500 gill, lalu cepat-cepat menegak dua botol Green Potion tadi sampai habis dan membuangnya ke sembarang arah. Rasanya sedikit pahit dan masam, dicampur sensasi sejuk seperti daun mint.
Mendadak, tubuhnya terasa melayang beberapa senti di atas tanah dengan beberapa kilauan cahaya hijau yang mengelilingi tubuhnya. Rasa sakit di sekujur semakin lama semakin tak terasa dan mulai menghilang.
Dengan cepat luka-luka ditubuhnya sepertu mengering dan menghilang. Tubuhnya pulih seperti sedia kala. Ia mencoba menggerak-gerakkan tubuhnya. Tak sakit lagi. Benar-benar sembuh seperti sedia kala.
"Hm.. Aku ingin bertanya sesuatu. Dimana letak kuil magician? Aku sudah mencapai level sepuluh dan ingin segera mengganti job-ku," katanya pada si ibu pemiliki toko itu.
"Oh, jadi kau ingin menjadi magician? Tempatnya ada di tepi utara kota. Nanti keluar dari sini, berjalanlah lurus terus sampai tiba di persimpangan jalan. Nanti sebelum persimpangan itu, ada bangunan kuil dengan dominasi warna putih di kanan jalan. Itulah kuil magician. Tapi apa kau yakin ingin mengambil job sebagai magician?"
"Tentu saja, memangnya kenapa?" tanya White. Walaupun hanya NPC, tapi perilaku ibu ini tampak seperti pemain.
"Jarang sekali ada laki-laki yang menginginkan job sebagai magician. Tapi aku merasa kamu memang sangat cocok dengan job itu. Semoga beruntung," ujarnya. White hanya tersenyum kecil lalu berjalan menuju pintu keluar setelah membeli lagi sepuluh botol Green Potion untuk persediaan.
Setibanya di luar, mendadak langkahnya terhenti ketika melihat seorang wanita dengan rambut di gulung dan ditusuk dengan konde, dengan pakaian terusan panjang yang memiliki desain sedikit ramai dengan berbagai aksesoris tambahan di pakaiannya, seperti pakaian wanita bangsawan Korea Selatan jaman dulu, namun tidak terlalu mengembang. Sepertinya dari ras manusia.
Selain itu ia juga memegang kipas klasik merah di tangan kanannya yang selalu ia ayun-ayunkan di depan dadanya dengan gaya anggun, bak bangsawan sungguhan. Wanita itu berjalan mendekat ke arahnya dan tidak sengaja memandang White.
White yakin sekali kalau itu adalah kakak perempuannya, Delmora. Ia pun langsung menunduk dan menutupi sebagian wajahnya dari wanita itu dan berjalan cepat ke utara menuju kuil magician.
"Hei, kau! Tunggu!" teriak wanita itu pada White. Dari suaranya, ia semakin yakin kalau itu adalah kakaknya.
Mampus!! White berjalan lebih cepat lagi. Semakin lama semakin cepat hingga akhirnya ia memutuskan untuk berlari tunggang langgang sambil melongok sebentar ke belakang. Wanita masih tetap mengejarnya.
Adrenalinnya terpacu. Ia berlari sekuat yang ia bisa. Ia hampir sampai. Di depannya sekarang ada banguan dengan dominasi warna putih pada desain eksteriornya. Di pekarangannya ada banyak orang yang memiliki kostum sama dengan kostum milik White. Itu artinya mereka sama dengan White, pemain pemula yang masih belum memiliki job dan sedang antre masuk kuil.
"Sedikit lagi!" ujarnya lirih sambil terus berlari dan mengatur napasnya ketika ia mulai menyentuh gerbang masuk kuil.
"Hei! Berhenti kau!" teriak wanita itu sambil melempar sebuah senjata shuriken ke arahnya.
Nahas, White tidak sempat menghindar dan senjata itu menancap tepat di pundak kanan bagian belakang dengan begitu keras hingga membuatnya terlempar ke dalam kuil dengan kuat dan terjatuh di teras kuil. Semua para pemain pemula yang ada di situ memandang White dengan terkejut.
Rasanya sungguh sakit sekali. Ia tidak pernah membayangkan akan merasakan sakit yang luar biasa mengerikan seperti ini. HP -170.
Gila! Dalam satu kali serang, White hampir mati. Sialan benar kakaknya itu! White terkulai lemas tak berdaya.
"Log-Out," ujar White lirih dengan sisa-sisa suara yang dimilikinya. Pada saat yang sama, telinganya seperti mendengar suara 'buff'.
Tubuhnya menghilang dari tempat itu seperti pemain yang kalah dan mati.
Di tempat lain, Tenggara langsung membuka matanya selebar mungkin. Ia melepas konsol GS di kepalanya lalu duduk di pinggiran tempat tidur. Napasnya terengah-engah seperti baru saja mendapatkan mimpi buruk.
Di raba punggungnya yang tadi sempat terkena senjata shuriken. Untunglah punggungnya masih utuh. Tubuhnya bahkan masih sesegar seperti saat ia memulai game tadi.
Game yang membuatnya senam jantung. Tapi sungguh, game itu adalah game terbaik yang pernah ia mainkan.
Tapi sepertinya untuk sekarang ia tidak ingin main dulu. Soalnya kalau dia masuk lagi, dia pasti akan kembali berada di teras kuil magician, tempat ia melakukan Log-Out tadi. Dan pasti kakaknya sudah menunggunya di sana dan mengira kalau ia sedang melakukan ritual untuk menjadi magician. Lebih baik nanti saja ia main lagi.
Tenggara merasa perutnya lapar sekali. Ia melirik jam dinding yang ada di samping pintu kamarnya. Pukul 02.15 siang.
Pantas saja ia lapar! Ini sudah lewat jam makan siang! Langsung saja ia berlari menuju dapur, mencari makanan untuk mengisi perutnya yang terasa hampa.
(Bersambung...)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secondary (boyxboy)
AdventureBaru-baru ini sebuah konsol permainan yang sedang IN, release di Indonesia. Walaupun Tenggara tidak terlalu 'ngeh' dengan yang namanya games, akhirnya dia ikutan juga main game ini. Dan siapa sangka game ini ternyata begitu menarik. Bahkan game ini...