Secondary 11

5.3K 581 2
                                    

Semilir angin berhembus mengenai wajah White yang langsung membuatnya terbangun setelah tertidur selama delapan jam lamanya. Ia merasa tubuhnya segar kembali. Punggungnya tak lagi terasa pedih, juga tak ada bekas luka sedikitpun.

Ia masih berada di penginapan itu. Di kamar itu tidak ada orang sama sekali selain dirinya.

Ketika ia beranjak dari ranjangnya menuju pintu kamar, ia melihat sobekan kertas yang tertempel di pintu itu. Ia berjalan mendekat dan membaca huruf-huruf yang tertulis disana.

=@@@=
Kami sudah Log-Out. Nanti akan Log-In lagi jam 12 dunia nyata. Pakaianmu yang sobek-sobek sudah dijahit oleh Angela, ada di dalam lemari.

Mastrix, Laydrown, Angela
=@@@=

Seulas senyum tersungging di bibirnya. Walaupun ini hanya dunia game, tapi ternyata kakaknya baik sekali. Meski terkadang menjengkelkan dan suka marah-marah tak jelas.

White langsung menunduk menatap pakaian yang ia kenakan sekarang. Ia hanya memakai kaos dan celana sederhana, persis seperti kuli angkut.

Selain itu, rambut putihnya yang panjang tampak tergerai manis, menutupi kedua telinga runcingnya. Sepertinya satu di antara mereka ada yang sudah melepas kuncirnya.

Tapi ia jadi kepikiran dengan kejadian tadi sebelum ia tertidur lelap disini. Saat ia mengalahkan Totem dan teman-temannya. Dengan mengendalikan manusia-manusia tengkorak. Bahkan ia sendiri tidak terlalu sadar dengan perbuatannya.

"Status!"

White kembali memeriksa status profilnya, untuk memastikan apakah memang benar kalau ia memiliki special skill 'Necromancy'.

Memang benar adanya. Kata 'Necromancy' berderet sempurna pada level 1 di daftar special skillnya. Tanpa berpikir panjang, ia segera menuju lemari dan mengambil buku panduan yang ia simpan di saku pakaiannya. Begitu ketemu, ia segera mencari bab Necromancer di buku itu.

"Necromancer adalah salah satu job dimana pemain yang memiliki job tersebut mampu menguasai ilmu hitam yang di sebut necromancy, yaitu memanggil dan mengendalikan jasad atau mayat yang sudah mati sebagai senjata dalam pertarungan."

Kedua alisnya saling bertautan. Jadi Necromancy itu satu-satunya ilmu yang dimiliki oleh pemain yang memiki job Necromancer. Tapi bagaimana mungkin seorang magician memiliki kemampuan Necromancy?

Padahal di bab 'Magician' tertulis jelas kalau seorang magician hanya dapat memiliki satu kemampuan elemental. Hanya ada lima kemampuan elemental yang ada di di game Secondary, yaitu air, api, tanah, angin, dan elemen petir. Sedangkan satu magician hanya bisa memiliki satu di antaranya. Apakah ada yang salah dengan sistem game Secondary? Kenapa kemampuannya malah melenceng jauh?

Kepalanya semakin pusing memikirkan ini semua. Ia kembali memasukkan buku panduan ke kostum serba putihnya dan kembali ia masukkan ke dalam lemari. Ia memilih untuk tidak terlalu ambil pusing dengan semua itu. Yang penting adalah lakukan dan nikmati.

"Log-Out!" seru White dengan lantang, menyusul suara 'buff'.

Beberapa saat kemudian, ia sudah kembali di tempat tidurnya di dunia nyata, sebagai Tenggara tentunya. Ia melepas konsol GS. Di letakkannya alat itu di atas meja dan melihat keadaan kamar yang sudah cukup terang.

"Pukul setengah tujuh," bisiknya lirih setelah menatap jam dinding kamarnya sambil menguap lebar. Hari ini hari Minggu, tak ada kegiatan pula. Tenggara mengambil napas dalam-dalam lalu dihembuskannya, mencoba untuk merasakan udara Minggu pagi, walaupun jendela kamarnya masih tertutup.

Ketika ia turun dari ranjang hendak membuka jendela kamar, mendadak ponsel di atas meja berdering. Tenggara cepat-cepat meraih ponselnya dan melihat rentetan huruf yang tertera di layar. Top.

"Halo, Top? Ada apa?" sapa Tenggara.

"Halo, Sayang. Bagaimana pagimu hari ini?"

Tenggara menyipitkan kedua matanya. "Tidak usah pakai nama panggilan yang aneh-aneh deh. Cepetan, kenapa kau tumben sekali menelponku pagi-pagi begini?"

Top terkekeh sebentar. "Hari ini tim basket sekolah bertanding dengan sekolah dari kota sebelah, SMA Santa Gabriel. Aku diberitahu kalau aku masuk tim inti setelah ada teman satu timku yang sedang sakit. Dan aku ingin mengajakmu. Apa kau mau ikut?" ajak Top.

"Benarkah? Memangnya pertandingannya di mana? Di sekolah?"

"Iya, seperti biasa. Memangnya mau dimana? GOR kota? Pihak sekolah tidak akan pernah mau repot-repot menyediakan anggaran hanya untuk pertandingan persahabatan seperti ini," balas Top di seberang telepon.

"Ya sudah deh. Boleh saja. Lagipula aku memang tidak punya acara pagi ini."

"Oke. Satu jam lagi aku ke rumahmu," kata Top.

Tapi Tenggara segera menambahi. "Tapi nanti siang jam dua belas, aku sudah harus ada di rumah."

"He? Memangnya kenapa? Kamu mau kemana jam dua belas?"

"Aku mau kumpul sama teman-teman satu timku di Secondary."

"Oya? Kamu sudah punya tim? Ngomong-ngomong siapa nama kamu di dalam game? Ras-mu? Job-mu?"

Tenggara mengerutkan hidungnya. Anak ini jadi mirip Reyori dan Jenna. Ia tidak ingin memberitahu jati dirinya di dunia game pada Top. Tapi mengingat bahwa Top yang membelikannya konsol GS, sepertinya ia tidak punya pilihan lain.

"Nanti saja aku kasih tahu. Yang penting kamu jangan terlambat datang kesini. Satu jam lagi pokoknya."

"Oke, Sayang. Sampai jumpa satu jam lagi," kata Top langsung mengakhiri pembicaraan, membuat Tenggara mencak-mencak kesal sendiri di tempatnya.

***

Baju sudah rapi, walaupun hanya mengenakan pakaian yang kasual. Badan juga sudah harum. Jam tangan, dompet, ponsel siap. Tenggara berkaca sebentar untuk merapikan rambutnya sedikit lagi.

Setelah selesai, ia segera keluar dari kamar menuju ruang tamu. Sambil berjalan, ia melihat jam tangannya. Top akan datang sekitar lima belas menit lagi.

Namun setibanya di ruang tamu, ia sedikit terkejut melihat kakak perempuannya sudah ada disana bermain laptop. Dan yang membuatnya terkejut adalah sosok laki-laki tampan berkacamata yang duduk di samping kanan kakaknya.

Bukankah Delmora sudah punya pacar yang sekarang bekerja diluar kota? Lantas siapa laki-laki itu? Tenggara jadi bingung. Dengan sedikit ragu-ragu, ia berjalan mendekat.

"Eh, jam segini sudah rapi banget. Kamu mau kemana?" tanya Delmora yang langsung membuat Tenggara menghentikan langkahnya dan tersenyum meringis pada kakaknya itu.

"Mau menonton pertandingan basket sama Top, Kak."

Delmora langsung saja menarik Tenggara untuk duduk di samping kirinya. "Aku ingin memberitahumu sesuatu."

(Bersambung...)

Secondary (boyxboy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang