Gedung basket SMA Tunas Emas, tempat pertandingan persahabatan antara tim basket putra SMA Tunas Emas melawan tim basket SMA Santa Gabriel. Tak hanya tim putra saja, tapi tim putri juga bermain. Bahkan tim putri akan bermain lebih dulu.
Dan ternyata banyak juga yang menonton pertandingan ini. Sekolah dari tim lawan juga membawa supporter mereka sendiri yang berteriak menyerukan kata-kata penyemangat untuk tim basket sekolah mereka. Tapi supporter SMA Tunas emas lebih banyak dan lebih menggema. Membuat atmosfer di gedung basket itu seakan-akan berubah menjadi ajang untuk pembuktian, tim basket mana yang paling bagus.
Tenggara baru saja masuk ke dalam gedung bersama Top.
"Kau cari tempat duduk. Aku mau ke ruangan ekskul basket dulu. Teman-teman tim basket putra semuanya sedang berada disana sekarang," kata Top lalu segera berlari keluar gedung meninggalkan Tenggara yang masih berdiri di tempatnya.
Akhirnya ia pun masuk ke dalam karena tidak punya pilihan lain. Tenggara naik ke tribun dan mencari-cari tempat duduk yang masih kosong. Ia naik ke bagian paling belakang dan paling atas sendiri.
"Tenggara!" panggil seseorang dari lapangan basket. Tenggara menoleh dan menemukan sosok Reyori yang tengah melambaikan tangan ke arahnya dari pinggir lapangan basket. Ia sedang bersama teman-teman tim basket yang lain. Tenggara balas tersenyum dan membalas lambaian tangan dari Reyori. Ia lupa kalau temannya itu adalah anggota tim inti putri. Dia jadi tampak sangat aneh jika rambutnya dikuncir kuda seperti itu. Mengingat kalau rambut bagian sisi kanannya di pangkas habis. Rambut Reyori lebih pantas digerai.
Tenggara kembali melangkah naik ke tribun paling atas yang memang lebih sepi. Ia langsung saja duduk di tempat yamg kosong sambil memandang dengan seksama ke arah lapangan.
Tampak di pinggir lapangan bagian selatan sudah berkumpul tim basket putri SMA Tunas Emas yang sudah bersiap mengikuti pertandingan dan sedang mendengarkan instruksi dari pelatih.
"Kau juga ke sini?" tanya seseorang secara tiba-tiba yang sudah berdiri di samping kiri Tenggara. Ia mendongak. Napasnya tercekat begitu mengetahui siapa yang sudah menyapanya barusan. Itu Eleazar.
'Mampus!' umpatnya pelan.
"Eh, iya. Aku diajak Top tadi. Mungkin kalau dia tidak mengajakku, aku sudah bermalas-malasan dirumah sekarang," jawab Tenggara. Eleazar hanya tersenyum. Senyumnya kembali mengingatkan Tenggara tentang masa kecil mereka.
Tanpa meminta ijin lebih dulu, Eleazar langsung duduk di samping kiri Tenggara. Dan yang membuatnya agak risih adalah Eleazar tidak memberi ruangan sedikitpun di antara tubuh mereka berdua. Paha dan pundak mereka saling bersenggolan satu sama lain, membuat Tenggara menggeser duduknya sedikit ke kanan.
Bau parfum dari badan Eleazar menyeruak di hidung Tenggara. Bahkan parfumnya masih sama ketika mereka kecil dulu. Tenggara menunduk. Perasaanya kembali kacau. Apalagi mengingat kemarin malam di pasar kuliner, Eleazar tampak menggandeng seorang wanita.
Tenggara cepat-cepat mengatur napasnya yang terasa mulai berat. Lebih baik hal seperti itu tidak usah dipikirkan dan dilupakan saja. Ia mendongakkan kepala dan melihat ke lapangan.
"Sikapmu berbeda daripada yang dulu," kata Eleazar yang tiba-tiba memulai percakapan dengan topik yang langsung dipahami oleh Tenggara sendiri. Tenggara menoleh memandang Eleazar yang tampak sangat santai sambil menatap ke arah lapangan. Wajahnya tampak lebih tampan jika dilihat dari samping. Apalagi hidungnya yang mancung.
Tenggara mengalihkan pandangan dari wajah Eleazar. "Sepertinya aku masih sama seperti aku yang dulu. Sikapku juga memang selalu seperti ini."
"Tapi bagiku kau sudah berubah. Tentu saja. Delapan tahun bukanlah waktu yang sebentar bagi seseorang untuk menunggu. Tapi kau harus tahu, kalau aku tetaplah aku yang dulu," kata Eleazar yang membuat Tenggara memutar kepalanya dengan cepat menghadap Eleazar, tepat pada saat laki-laki itu juga memandang ke arahnya.
"A-apa maksudmu?" tanya Tenggara dengan sedikit tergagap.
Belum sempat dijawab, tiba-tiba Top datang dan langsung duduk di samping kanan Tenggara.
"Maaf, kau sudah menunggu lama disini ya? Oh, ada Eleazar juga rupanya," kata Top. Tenggara menggeleng pelan. Ia langsung terdiam menunduk di tempatnya sambil memilin-milin jarinya sendiri.
"Iya. Aku tahu dari Reyori kalau hari ini ada pertandingan basket. Jadi aku ke sini daripada tidak ada kegiatan apapun," jawab Eleazar.
"Oh, begitu? Kau kesini sama siapa?" tanya Top.
"Sendirian. Memangnya mau sama siapa lagi?"
"Tidak sama pacarmu?" tanya Top yang kini terdengar sangat cerewet daripada Delmora.
Eleazar terkekeh. "Aku masih belum punya pacar sekarang."
Jawaban itu sontak membuat Tenggara dan Top terbelalak.
"Laki-laki setampan dirimu masih belum punya pacar?" goda Top.
"Kau sendiri memangnya sudah punya pacar?" balas Eleazar yang langsung membuat Top garuk-garuk tengkuknya sendiri sambil menggeleng pelan dengam senyum meringis.
Tapi Tenggara tak juga mengalihkan pandangannya dari wajah Eleazar. Apakah itu benar? Apakah Eleazar tidak punya pacar? Lalu siapa gadis yang bersamanya di pasar kuliner kemarin? Apakah itu bukan pacar Eleazar? Ataukah dia hanya menutup-nutupi status hubungannya dengan gadis itu supaya tidak ada orang yang tahu mengenai mereka?
Kepala Tenggara semakin pusing dengan puluhan pertanyaan yang menghantam kepala Tenggara dari segala sisi bertubi-tubi. Kalau benar Eleazar masih belum punya pacar, apakah Eleazar masih memikirkan Tenggara selama ini?
Namun beberapa saat setelah itu, suara seorang MC memberitahu kalau acara akan segera dimulai dengan penampilan aksi dance dan cheerleader dari masing-masing sekolah.
"Kamu kenapa? Tidak enak badan?" tanya Top melihat wajah Tenggara yang tampak pucat.
"Tidak apa-apa kok. Hanya perasaanmu saja kali," jawab Tenggara berbohong.
"Oh iya, ngomong-ngomong apa kau juga bermain Secondary?" tanya Top pada Eleazar.
"Tentu saja. Kenapa?"
"Apa namamu dalam game? Rasmu? Job-mu?" tanya Top.
"Namaku Mastrix, dari ras Elf, job-ku adalah Warrior," jawab Eleazar yang membuat seluruh tubuh Tenggara merinding mendengarnya.
Mastrix......
Elf......
Warrior.......
Tenggara menoleh secara perlahan. Ia mengamati wajah Eleazar yang tampan. Memang ia mirip sekali dengan Mastrix di dunia Secondary. Yang membuatnya berbeda, di dalam game, Mastrix memiliki rambut biru perak dan mata biru yang cerah, serta telinga runcing. Sepertinya Tenggara sangat kurang terampil dalam mengenali setiap orang di dunia nyata dengan dunia Secondary.
Jantungnya berdegup kencang. Mereka berdua berada dalam satu tim di dalam game.
"Benarkah? Aku juga Warrior, namaku Seergrowl, dari ras Beast, manusia setengah serigala," balas Top lalu memandang Tenggara.
"Bagaimana dengan Tenggara? Apa namamu di dalam game? Rasmu dan job-mu?" tanya Top yang langsung membuat Tenggara seakan tersudut.
Ia sudah berjanji pada Top untuk memberitahunya mengenai karakternya dalam game. Tapi kalau keadaanya seperti ini beda lagi urusannya. Apalagi Eleazar juga disini.
"Cepat katakan. Kamu sudah berjanji akan mengatakannya setelah kita bertemu," desak Top yang membuat Tenggara semakin kikuk.
Gawat! Benar-benar gawat!
(Bersambung...)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secondary (boyxboy)
AdventureBaru-baru ini sebuah konsol permainan yang sedang IN, release di Indonesia. Walaupun Tenggara tidak terlalu 'ngeh' dengan yang namanya games, akhirnya dia ikutan juga main game ini. Dan siapa sangka game ini ternyata begitu menarik. Bahkan game ini...