"Kalau soal nama tim, kita diskusikan belakangan saja, setelah semuanya lengkap enam orang anggota. Yang terpenting sekarang adalah kita cari dua orang anggota lagi yang memiliki job yang berbeda dari kita berempat," usul Laydrown.
Angela mengangguk. "Baiklah kalau begitu. Di tim kita sudah ada Warrior, Ninja, Priest, dan Magician. Satu penyerang jarak dekat, satu penyembuh, dan dua orang penyerang jarak jauh. Jadi kita butuh satu orang lagi penyerang jarak dekat dan satu orang lagi yang penyerang jarak jauh. Kalau bisa, jangan mencari calon anggota tim yang memiliki job yang sama dengan job kita," kata Angela.
"Jadi kita mulai mencari dari mana?" tanya Mastrix.
"Kita berpencar menjadi dua grup. Aku bersama Laydrown mencari penyerang jarak jauh, sedangkan White dan Mastrix mencari penyerang jarak dekat. Usahakan cari yang memiliki level tinggi," ujar Angela sambil mengeluarkan dua buah ikat kepala warna hitam yang masing-masing tertulis nama White dan Angela.
Angela memberikan ikat kepala bertuliskan 'Angela' pada White. "Ini ikat kepala telepati. Kita bisa saling berkomunikasi dengan benda ini. Sepasang harganya dua puluh ribu gill."
"DUA PULUH RIBU GILL???! Mahal sekali!!" seru White heboh sambil mengamati ikat kepala hitam bertuliskan nama 'Angela'.
"Memang mahal sih, soalnya tinggal sepasang ini di toko itu. Tapi jangan khawatir, aku masih punya cukup uang. Yang paling penting sekarang kita harus mencari dua orang anggota lagi untuk bisa ikut kompetisi itu," kata Angela sambil berdiri, diikuti yang lainnya.
"Baiklah kalau begitu. Aku akan ke barat bersama White mencari pemain penyerang jarak dekat," kata Mastrix sambil memandang White yang sedang memakai ikat kepalanya.
"Aku dan Laydrown akan ke timur. Mencari penyerang jauh," kata Angela.
Sebelum keluar ke depan penginapan, mereka berempat memeriksa barang-barang bawaan di tas pinggang mereka masing-masing, siapa tahu ada yang masih kurang ataupun senjata yang tertinggal di kamar. Setelah memeriksa koneksi telepati Angela dan White sudah berfungsi dengan baik, mereka berempat langsung memecah menjadi dua grup. Angela dan Laydrown jalan ke timur, sedangkan White dan Mastrix jalan ke selatan menuju perempatan terdekat, baru setelah itu mengambil jalan menuju arah barat.
"Di bagian barat Kota Bintang Jatuh ada Barak Monk," kata Mastrix sambil terus berjalan.
Jika untuk job Magician ada 'Kuil Magician', maka untuk job Monk dinamakan 'Barak Monk', yaitu tempat bagi para pemain pemula yang ingin mengambil job sebagai Monk atau petarung tangan kosong.
"Secondary Map!" seru White lalu muncul peta hologram di depannya. Tampak sebuah titik merah di peta itu yang tengah bergerak ke arah barat. Di peta itu tidak ada tulisan apapun mengenai bangunan-bangunan, baik kuil, barak ataupun yang lainnya. Melainkan hanya nama-nama kota dan garis perbatasannya.
"Tempatnya masih cukup jauh dari sini, hampir di tepi barat kota ini," kata Mastrix.
"Ha? Tepi barat kota? Jauh sekali!" balas White sambil terus berjalan melewati rumah-rumah dan beberapa orang yang berlalu lalang.
"Makanya aku tidak ingin memberitahu Angela. Pasti ia tidak akan setuju kalau kita ke sana," tutur Mastrix.
"Tapi kenapa harus mencari pemain yang memiliki job Monk? Kenapa tidak yang lain?"
"Tidak harus Monk. Kita cari sebisa kita saja. Kalau memang ada yang lebih kuat, kenapa tidak?" balas Mastrix sambil menampilkan senyum memikat. Tampak hampir sama persis dengan senyum Eleazar di dunia nyata.
White jadi ikut tersenyum. "Aku suka dengan senyumanmu," ujarnya tanpa sadar.
"Hm? Maksudmu?"
White terkesiap menyadari kelakuan bodohnya. "Oh? Eh! Um, anu... maksudku aku suka saat kau tersenyum, soalnya kau jarang sekali tersenyum," White mencoba beralasan sebisa mungkin.
"Benarkah? Kau suka saat aku tersenyum padamu?"
Kata-kata Mastrix benar-benar membuat wajahnya merah padam.
"Iya. Eh, maksudku..... sudahlah, lupakan. Tidak usah dibahas lagi," ia mencoba mengelak.
Mendadak, Mastrix berhenti di depan White dan menghalangi jalannya. Ia menunduk menatap wajah White yang merah pucat.
"Kau sakit ya? Atau sedang tidak enak badan?" tanyanya sambil menangkupkan telapak tangannya ke kening White. Wajah mereka sangat dekat membuat tubuh White diam membeku di tempatnya.
"Tidak. Mungkin hanya efek terkena cahaya matahari saja," tuturnya dengan alasan seadanya sambil menunduk. Ia tidak tahan jika memandang wajah Mastrix yang tampan dari jarak yang terlalu dekat. Bisa-bisa jantungnya meledak.
"Serius? Oke kalau kau memang tidak apa-apa. Tapi kalau kau sudah tidak kuat berjalan, kau bisa bilang padaku," kata Mastrix penuh perhatian.
White tersenyum mengangguk senang. Ia jadi semakin semangat dengan perkataan Mastrix yang tak lain adalah Eleazar. Tapi untungnya Eleazar belum tahu kalau White adalah Tenggara. White menghentikan langkahnya untuk mengeluarkan tongkat sihir putihnya. Jika dilihat lihat, tongkatnya seperti dibuat dari tulang, dengan bola kristal hijau gelap seperti jarum pentul yang meruncing ke bawah.
"Baiklah kalau begitu!" seru White sambil mengacungkan tongkatnya ke depan den memejamkan mata. Sesaat kemudian, tongkatnya bersinar cerah. Tanah di depan mereka bergetar dan mulai amblas.
Muncul cahaya kuning di sekitar tubuh White, tampak seperti angin yang muncul dari bawah kakinya yang membuat pakaiannya berkibar.
Pada saat yang sama, muncullah dua ekor kuda yang keluar dari bawah tanah di depan mereka. Bukan kuda kerajaan berbulu putih, namun itu adalah tulang kerangka kuda yang hidup dengan tubuh yang tersusun dari tulang-tulang mayat kuda, lengkap dengan pelananya.
"Setidaknya kita bisa tiba di sana lebih cepat," kata White riang setelah membuka matanya. Ia memanfaatkan special skill-nya, yaitu Necromancy untuk memanggil dua ekor kuda zombie itu.
Mastrix tersenyum kagum. "Keren sekali."
Mereka berdua segera naik ke atas pelana kuda dan langsung mengendarainya ke arah barat dengan laju sedang.
"Kau tahu? Tak banyak pemain yang mau mengambil job Necromancer. Orang-orang berpikir kalau Necromancer itu job yang menakutkan karena berhubungan dengan ilmu sihir hitam lah, kegelapan lah, mayat-mayat lah, ini lah, itu lah. Padahal kan tidak semenakutkan itu. Job Necromancer itu termasuk job unggulan. Dan dirimu, yang memilih job Magician, dengan segala keberuntunganmu mendapatkan special skill Necromancy," ujar Mastrix yang kedengarannya agak iri. Necromancy adalah ilmu sihir hitam yang dimiliki oleh pemain dengan job Necromancer.
"Lalu kenapa kau tidak memilih job Necromancer saja dulu?" tanya White. Mastrix tertawa hambar.
"Tidak. Aku memang lebih suka dengan job yang lebih mengandalkan teknik bertarung secara fisik. Makanya aku pilih Warrior."
Setelah itu, Mastrix tiba-tiba memandang ke arah depan dengan aneh dan langsung mempercepat laju kudanya.
"Mastrix, tunggu!" seru White mengikuti Mastrix dari belakang.
Dari jauh, tampak di depan ada sebuah padang rumput tepi hutan. Dan yang membuat White tercengang adalah seorang pemain wanita yang sedang di serang seekor binatang hitam tinggi besar yang memiliki wajah seperti kera. Wanita berpakaian serba kuning itu berlari pontang-panting menghindari serangan.
Mastrix sudah berada sangat jauh di depan. White sulit mengimbangi laju kuda zombie yang dinaikki Mastrix.
Wanita itu jatuh tersungkur setelah tidak sengaja tersandung kakinya sendiri. Ketika ia hendak bangun, binatang itu menggampar tubuhnya hingga terlempar beberapa meter. Ia tergolek lemas di atas tanah. Binatang itu sepertinya memiliki level yang sangat tinggi.
Dengan sigap, binatang itu merentangkan kedua lengan wanita itu ke samping dan menahannya.
"Toloooongg!!" teriaknya ketika binatang itu mulai membuka mulutnya lebar-lebar.
(Bersambung...)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secondary (boyxboy)
AdventureBaru-baru ini sebuah konsol permainan yang sedang IN, release di Indonesia. Walaupun Tenggara tidak terlalu 'ngeh' dengan yang namanya games, akhirnya dia ikutan juga main game ini. Dan siapa sangka game ini ternyata begitu menarik. Bahkan game ini...