Butuh 3 hari bagiku untuk memulihkan diri dari permak yang dilakukan oleh Nyonya Jamilah. Puting dan klirotisku tidak boleh disentuh. Sesuatu yang sebenarnya sangat menyiksa buatku karena aku berarti tidak dapat melakukan mastrubasi.
Luka di pantatku juga membuatku sangat tidak nyaman. Nyonya Jamilah berbaik hati memakaikanku perban namun tetap saja aku bisa merasakan sakit yang sangat setiap kali duduk dan berbaring.
Tapi satu hal yang kusyukuri adalah, aku akhirnya bisa bersiap untuk acara besar nanti. Setelah permak selesai, Ummi Nayla mengatakan kalau sudah siap untuk ditampilkan dan diresimkan menjadi budak.
Acara yang ditunggu-tunggu pun akhirnya tiba. Hari itu adalah hari sabtu jadi aku bisa fokus pada acara itu tanpa mempedulikan jadwal kuliah dan besoknya aku bisa bersitirahat full.
Acara itu diselenggarakan di asrama tempat tinggal kami. Dari siang, kami semua mempersiapkan diri dan juga tempat kami. Asrama itu dibersihkan sebersih mungkin. Semua barang di tata. Begitupun kamar kami. Semua ruangan juga dipaasang dengan pengharum ruangan terbaru.
Tepat setelah kami sh** is** akhirnya para tamu mulai berdatangan ke tempat. Sebelumnya aku mengira mereka adalah mahasiswa atau pria konglomerat. Namun yang datang rupanya jauh melebihi perkiraanku.
Yang datang rupanya para pria yang berasal dari kalangan bawah. Mulai dari tukang sapu jalanan, kuli bangunan, penjual keliiling, hingga pengemis. Mereka datang masih dengan pakaian yang mereka gunakan untuk bekerja. Mereka juga sepertinya bahkan belum mandi. Ada sekitar 30 orang yang datang ke tempat kami. Entah darimana Ummi Nayla bisa mengumpulkan para pria sebanyak itu.
Di bagian depan, Kak Rara dan Kak Iffah sudah siap menyambut. Mereka mengenakan jilbab hitam lebar yang disampirkan ke belakang sehingga tubuh polos mereka bisa terlihat dengan jelas. Sedangkan untuk bawahannya mereka mengenakan rok panjang dengan bahan tipis dan transparan yang dapat membuat orang-orang bisa melihat memek mereka meskipun secara samar.
"Selamat datang."sambut Kak Iffah dan Kak Rara bersamaan setiap ada pria yang masuk ke asrama kami.
"Wah, cakep banget budak di ini."ujar salah sau tamu yang dengan spontan meraih buah dada Kak Rara yang ranum.
"Terima kasih tuan."ujar Kak Rara sambil mendesah karena tokednya yang dimainkan dengan remasan tangan yang keras.
"Silahkan masuk tuan,"ajak Kak Iffah dengan senyum yang setia terpasang di wajahnya.
Semua tamu di giring ke ruang tengah yang sudah kosong karena semua meja dan sofa telah disingkirkan ke ruang lain. Di sana telah terhampar permadani merah yang mewah dengan beberapa bantal duduk berwarna putih yang nyaman.
Di sana juga ada Kak Nurul dan Kak Kamila dengan pakaian yang sama berlalu lalang membawa nampan berisi makanan dan juga minuman untuk dihidangkan pada para tamu.
"Silahkan minumannya tuan,"ujar Kak Nurul menawarkan es sirup pada salah satu yang baru saja duduk.
"Emmmppphhh....enak ini."ucap tamu tersebut menghirup isi sirup itu.
"Memang mantep budak di sini bro,"timpal salah satu kawannya yang menikmati kue sambil memainkan pantat dari Kak Kamila.
"Memang gak salah ya gkita nerima undangan ke sini,"ujar temannya mengangguk sepakat.
Para tamu terlihat sangat menikmati jamuan yang disediakan meskipun hanya sebatas es sirup dan juga beberapa kue kecil. Namun tentu saja bukan makanan atau tempatnya yang membuat mereka tersenyum bahagia melainkan layanan ekstra yang disediakan oleh para penghuni asrama.
Semua penghuni asrama mempersilahkan tubuhnya untuk digerayangi dengan tangan kotor mereka. Toked, mememk, bokong, sampai mulut semua menjadi sasaran bagi tangan-tangan nakal yang mungkin selama ini tidak pernah terpikir untuk bisa menjamah tubuh perempaun secantik para penghuni asrama di sini.
Setengah jam kemudian berlalu. Jam tepat menunjukkan pukul 8 malam. Di saat itulah tiba-tiba terdengar bunyi denting lonceng.
Semua suara langsung terbungkam. Dari pintu yang menghubungkan ruangan tersebut dengan dapur, keluarlah Ummi Nayla. Begitu anggun dengan gamis lebar berwarna hijau lengkap dengan jilbab lebarnya yang berwarna putih. Wajahnya yang cantik nampak sempurna menyembunyikan usianya yang telah menginjak paruh baya.
Namun bukan itu yang membuat semua orang terpana. Ummi Nayla berjalan beriringan dengan Kak Lita yang merangkak bagaikan anjing patuh. Bahkan di lehernya ada juga sebuah collar yang tersambung dengan rantai yang digenggam oleh Ummi Nayla.
Ummu Nayla tiba di ujung karpet. Di sana dia mengedarkan senyuman yang begitu ramah hingga semua tamu langsung terpukau begitu melihatnya.
Kak Lita mengambil posisi menyamping. Mempersilahkan Ummi Nayla untuk menduduki punggungnya karena kali ini dia berperan juga sebagai kursi pribadi dari Ummi Nayla.
"Selamat malam semua."sapa Ummi Nayla dengan suara penuh wibawa. Tidak terlalu keras ataupun pelan namun cukup untuk menyihir siapapun untuk mendengarnya dengan seksama.
Para tamu mengangguk. Nampak tak paham harus menjawab apa sapaan seperti itu.
"Bagaimana kabar para tamu sekalian?"
"Baik bu."jawab mereka serempak bagai anak sd yang ditanya oleh gurunya.
"Malam ini adalah malam spesial. Seorang perempuan baru saja menemukan jati dirinya kalau dia tak lebih dari sekedar alat pemuas nafsu kaum lelaki. Dirinya akhirnya sadar kalua kodratnya bukanlah menjadi seorang perempuan pemberontak melainkan budak nafsu yang berada di bawah kontol para lelaki."
"Cukup panjang memang perjalanan hidupnya. Dia dipenuhi dengan berbagai kebimbangan dan penolakan karena dunia dan moralitas semu ciptaan manusia telah menipunya mentah-mentah."
"Namun setelah dia melihat sendiri bagaimana tugas seorang perempuan sebenarnya dia mulai tersadar. Tak peduli bagaimanapun dunia dan umat manusia menipunya, itu tidak dapat mengubah kodrat asli sebagai seorang peremuan untuk hidup melayani nafsu lelaki."
"Akhirnya, beberapa hari yang lalu, dia telah mencapai sebuah keputusan besar dalam hidupnya. Dia memilih untuk meninggalkan semua norma yang selama ini membelenggunya dari kebahagaiaan hakiki dan memilih kembali pada hakikat dirinya sebagai pemuas birahi dari para lelaki."
Para tamu nampak tak paham dengan semua perkataan dari Ummi Nayla. Maklum saja mereka bukan berasal dari kalangan intelektual. Namun ajaibnya berkat pembayaan dan gaya bicara dari Ummi Nayla membaut perhatian mereka masih terpaku terhadap apa yang sedang dibicarakan oleh Ummi Nayla.
"Untuk menyambut kembalinya perempuan tersebut, acara ini dibuat. Acara ini tak hanya sebatas pesta birahi sebagaimana yang telah saya umumkan pada Anda semua. Acara ini memiliki nilai yang lebih dari itu. Acara ini bermaksud menjadi sebuah langkah awal baginya untuk mulai menapaki hidup baru sebagai sosok yang baru. Sosok budak yang melayani keperluan nafsu dan birahi para lelaki."
"Maka tanpa perlu berlama-lama lagi, mari kita sambut, Anita.!!!!!"
Semua orang secara serempak langsung bertepuk tangan diiringi dengan suit-suitan.
Dari pintu yang sama dengan yang dilalui oleh Ummi Nayla, aku melangkah masuk. Aku masuk mengenakna pakaian yang sama persis dengan Ummi Nayla berupa gamis hijau dan jilbab berwarna putih. Wajahku telah dirias sebelumnya membuat pesonaku semakin memikat siapapun yang melihatnya.
Aku tersenyum gembira melihat para lelaki yang bersorak kegirangan menyambut kedatanganku. Selama ini aku tidak pernah disambut dengan semeriah ini. Bagaimana bisa aku bodoh dan tak menyadari kalau untuk memberikan kebahagiaan pada orang-orang tersebut, yang perlu aku lakukan hanyalah menyerahkan tubuh dan pikiranku untuk memuaskan birahi mereka.
Aku kemudian berdiri di sisi kanan Ummi Nayla. Sejenak beliau menatapku dengan pandangan penuh kebanggan. Selayaknya seorang ibu yang melihat putri kecilnya kini telah menajdi seorang wanita dewasa yang sukses.
Ummi Nayla kemudian kembali mengalihkan pandangannya kepada segenap orang yang hadir di tempat ini.
"Baik semua, sebagai permulaan acara, Anita akan menari dan melepaskan semua pakaiannya. Tentu tidak termasuk jilbabnya demi menghormati keyakinannya yang mewajibkan jilbab untuk terus dipakai di depan ornag yang bukan mahram. Naumn buat hadirin sekalian, tidak perlu khawatir. Masih tersedia bagian tubuh lainnya seperti memek, toked, pantat, dan bagian yang lain secara bebas."
Para tamu langsung bersorak gembira membayangkan dapat menikmati bagian tubuhku yang lain secara bebas.
"Malam ini, saudari kita ini akan melepaskan keperawanannya. Sebuah simbol belenggu yan selama ini telah mengekang kebebasan dari para wanita untuk mendapatkan kenikmatan birahi. Maka, spesial malam ini, Anita akan melepaskan kepewaranannya pada salah satu daririn di tempat ini."
Semua orang semakin bersorak kegirangan membayangkan bisa merebut keperawanan dari perempuan alim sepertiku.
Ummi Nayla kembali mengangkat tangannya. Meminta perhatian dari semua orang."Untuk menentukan siapa yang akan menikmati keperawanan Anita, kita akan melakukan lelang. Silahkan berikan penawaran berapapun dari uang yang akan kalian miliki. Hasilnya kemudian akan kita sedekahkan."
Semua orang kembali bersorak. Beberapa langsung merogoh sakunya untuk melihat apakah ada uang yang mereka miliki.
"Baik sembari saya memandu acara lelang hari ini, saudari Anita akan mulai menari dan menanggalkan bajunya. Tawaran tertinggi yang disepakati sampai Anita bugil akan menjadi pemenanganya. Mengerti?"
"Ummi, saya Cuma punya 2 ribu rupiah. Apa boleh ikut lelang?"tanya salah satu tamu.
"Tentu boleh. Kita akan membuka harga dari 500 rupiah. Silahkan sebutkan penawaran kalian. Penawaran tertinggi akan bisa memiliki kesempatan untuk menikmati keperawanan Anita."
Semua orang mengangguk paham dengan penjelasan dari Ummi Nayla. Sementara itu, aku seketika terangsang karena keperawanan yang selama ini kujaga sepenuh hati bahkan dengan semua godaan yang kualami akan mulai dilelang di harga 500 rupiah. Sungguh murah harga keperawananku ini.
"Baik Anita, silahkan mulai menari."
Musik jedag-jedug segera diputar oleh Kak Iffah. Mendengar itu aku mulai melenggak lenggokan tubuhku seperti video joget ang beberapa kali aku tonton sebelumnya sebagai bahan refrensi untuk penampilanku malam ini.
"Baik hadirin sekalian. Mari kita buka penawarannya. Silahkan sebutkan penawaran kalian."
"Gopek!"sahut seseorang
"Iya 500 rupiah. Ada yang menawar lebih?"
"2000!"seru satu orang lain yang sebelumnya bertanya pada Ummi Nayla.
"2000 rupiah. Ada tawawan lain?"
"Gocap!"
"5000. Ada tawaran lain?"
Perang tawar menawar segera terjadi. Sementara itu, aku terlalu sibuk meliuk-liukan tubuhku mengikut musik dengan bas yang besar tersebut. Aku yang sebelumnya begitu musik jenis tersebut karena kuanggap menganggu pendengaran justru kini menjadi kenikmatan tersendiri bagi pendengaranku dan mampu menuntun gerakan jogetku.
Mendengar tawaran untuk keprawnaanku yang semakin naik membuatku semakin provokatfi. Aku mulai melepas resleting belakang jilbabku. Sesekali menariknya turun ke bawah untuk memperlihatkan bh ku yang berwarna biru cerah. Tak lupa aku memasang senyum menggoda untuk menyemangati para tamu untuk menawar lebih.
Tak cukup disitu, aku juga sesekali mempelrihatkan bokongku dan bahkan mendekatkannya ke wajah para tamu. Membiarkan tangan mereka yang nakal untuk mengelus dan menepuk-nepuknya.
"Ada yang menawar 15 ribu. Silahkan. Ada yang mau menawar 20 ribu?"tawar Ummi Nayla semakin semangat memancing para penawar.
"25 ribu!"sahut seseorang dengan penuh semangat usai menepuk pantatku.
"Wow 25 ribu. Baik. Ada yang bisa menawar di atas 25 ribu?"
Mendengar tawaran untukku yang telah puluhan kali lipat, aku mulai semakin berani. Aku melepaskan genggaman yang menahan gamisku sehingga gamis tersebut langsung terjatuh di kakiku. Kini aku hanya mengenakan jilbab, cd, dan bh.
Dengan tubuh yang kini setengah telanjang, aku semakin menggila. Goyanganku semakin mantap dan menantang. Kombinasi gerakan dada dan pinggul menambah kesan erotis yang semakin menonjolkan toked dan pantatku.
Seekali aku mendekat. Membiarkan tangan nakal tersebut yang berusaha untuk melucuti secarik kain yang menutupi auraku. Namun aku dengan genit menghindar. Membuat mereka semakin tergoda untuk memilikiku.
"Ok. Kita sudah ada di 40 ribu. 40 ribu. Ada yang bisa menawar lebih?"tanya Ummi Nayla semakin membakar suasana.
"45 ribu!!!!"seru satu orang yang bahkan langsung mengangkat tangannya yang tengah menggenggam uang.
"Ada 45 ribu!"Ummi Nayla semangat dan melirikku."Anita, enaknya kita kasih hadiah apa ini?"
Aku tersenym mendengar pertanyaan itu dan langsung meraih kaitan di bh belakangku. Dengan satu gerakan saja, aku langsung melepas bh tersebut dan melemparkannya ke orang tersebut. Tentunya orang yang berhasil mengambil bhku langsung berseru girang bukan kepalang.
"Ok. Tawaran tertinggi sekarang ada di 45 ribu. Silahkan. Apa ada yang bisa menawar 50 ribu. 50 ribu untuk mengambil keperawanan Anita."
Orang-orang mulai saling pandang. Mereka sepertinya tidak punya uang sebanyak itu di kantong. Nampak ekspresi kekesalan di wajah mereka karena tidak membawa uang lebih ketika datang ke sini.
"50 ribu!"tiba-tiba seorang pria mengangkat tangannya. Wajahnya nampak keriput dengan kulit hitam legam. Namun badannya terlihat tegap dan kokoh meskipun kurus kering.
"Wow. 50 ribu. 100 kali lipat dari harga awal."Ummi Nayla berseru takjub mendengar penawaran tersebut.
Aku tersenyum senang. Rupanya ada yang rela mengeluarkan uang sebanyak itu untuk keperawananku yang tidak ada harganya ini.
"Ok. Sudah 50 ribu. Ada yang bisa menawar lebih lagi?"tanya Ummi Nayla.
Tidak ada yang menjawab. Sepertinya mereka tidak punya uang sebanyak itu di kantong.
"Kita hitung mundur. 1....2.....3......ya. Terjual! Terjual untuk bapak yang di sana sebesar 50 ribu rupiah."
Semua orang bertepuk tangan menyambut penutupan lelang.
"Silahkan Anita, persembahkan dirimu untuk tamu spesial itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rahasia Asrama
RomanceSeorang mahasiswi baru diterima untuk tinggal di sebuah asrama perempuan. Dia tak sadar ada rahasia gelap penuh nafsu dari penghuni asrama tersebut