Bermata Biru

4.6K 230 3
                                    

"Dong wan-ah!" Panggilku ketika melihatnya di lorong kampus.
"Nona-tidak-kuat-minum sudah bisa jalan sendiri sekarang?" Aku tertawa mendengarnya.
"Maafkan aku. Kau tahu kan setelah tiga gelas aku tidak akan mampu berdiri. Terima kasih kau sudah mengantarku pulang. Kau memang pria sejati!"
"aku memang pria sejati. . Apa kau baru menyadarinya?" Ucapnya dengan gaya sok angkuhnya. "Kau boleh saja tidak sadarkan diri dan kugendong, tapi setidaknya kau bayar dulu minumnya setelah kau menengguk gelas yang pertama. Kau membuatku membayar semalam". Aku terkikik melihat ekspresinya. Dong wan sangat manis saat mengomel.
"Bagaimana kalo malam ini kita ke klub? Kita ajak yang lainnya. Aku yang traktir. Kali ini bawa kartuku agar kau percaya. Bagaimana?"
"Apa kau akan mengajak Seok Jin hyung juga?"
"Aku akan mengajaknya. Tapi kemungkinan besar dia tidak akan ikut. Kau tahu kan dia seperti apa?". Aku paling sebal jika ditanya seperti ini. Jin oppa tidak pernah mau ikut. Dia membuatku mandiri alias selalu sendiri di momen tertentu. Terkadang aku juga sedih tapi aku selalu tersenyum.
"Iya aku tahu. Jangan sedih. Masih ada aku Hye."
"Yah! Mengapa aku selalu berakhir dengan diantar pulang denganmu? Aku jadi takut kau akan melakukan sesuatu padaku ketika aku mabuk." Dia langsung menjitak kepalaku dengan sebal.
"Kau pikir aku mau mengantarmu? Aku terpaksa! Seharusnya aku mengantar noona seksi dan bermalam dengannya bukan denganmu." Aku hanya meringis dan menggosok kepalaku. Dasar Dong wan berotak mesum! "Di usia kita, hormon kelakianku sedang berproduksi dengan baik. Bukankah aku harus memanfaatkannya dengan baik?"
"Hentikan, wan-ah. Aku ingin muntah."
"Katakan saja padaku jika hormonmu sedang memberontak. Aku akan membantumu." Mendengar itu mataku mendelik padanya. Tapi dia hanya terkikik dan mencubit pipiku. Dasar mesum kau!!

-------------------------------------------------------------

"Kau menyusahkanku saja hye! Seharusnya tadi kita pergi ke lantai dansa saja dan biarkan aku yang minum. Baru sebentar di sini kau sudah mabuk begini. Kau tidak lihat banyak gadis seksi di sini?! Kau menyebalkan hye!" Omel Dong wan yang mungkin sekarang melihatku sudah mabuk di sampingnya. Meski aku tidak bisa menggerakkan badanku karena mabuk aku masih mendengar sayup-sayup suaranya. "Tunggu di sini aku akan ke toilet setelah itu kita pulang. Sialan! Bahkan yang lain belum sempat datang." Aku hanya berdehem menjawabnya.

Beberapa saat kemudian aku merasakan tubuhku melayang. Ah tidak! Mungkin sekarang Dong wan menggendongku.

Biasanya dia akan menggendongku di punggung tapi ini bukan seperti itu. Bridal style?? Masa bodoh.

"Berapa password pintumu?", pertanyannya membuatku berpikir, apa dia juga mabuk hingga lupa password pintu apartemenku?? Aku hanya menjulurkan tanganku dan memencet angkanya. " jadi itu 242424? mudah sekali." Aku menatapnya meski sedikit kabur dan baru kali ini aku sadar rambutnya berwarna coklat. Kapan dia mengecat rambutnya?

Dia tidak membaringkanku di tempat tidur tapi malah menyandarkanku di balik pintu masuk. Aku terhuyung-huyung tapi di memegangi pinggangku. Hari ini dia berbeda sekali. Penglihatanku masih kabur tapi dengan jarak sedekat ini aku dapat melihat matanya yang biru, hidungnya yang mancung, rahangnya yang kokoh, bibirnya yang merah dan kulitnya sangat putih atau pucat?? Dong wan sangat tampan malam ini. Bahkan Jin oppa lewat begitu saja. Inikah efek mabuk?

Dia meletakkan kedua tanganku untuk mengalung di lehernya dan menarik pinggangku agar semakin mendekat dengannya. Dia berbisik di depan mulutku dengan dahi saling menempel. "Apa kau sudah siap?" Dan seketika matanya berubah merah. Tangannya mengelus elus pinggangku dan salah satunya naik ke punggungku menimbulkan gelenyar panas.

"Dong wan-ah? Siap untuk apa?" Jawabku juga berbisik. Tapi jawaban yang kuterima adalah ciuman lembut kemudian kecupan yang selanjutnya berubah menjadi lumatan ringan. Aku ingin mendorongnya, tapi aku tak bertenaga. Ini tidak boleh Wan-ah! Dia menghembuskan nafas ke dalam mulutku. Seketika hawa di sekitarku menjadi panas, hanya kulitnya yang dingin.

Sekitar dua tiga menit menciumku, aku mendengar suara seseorang menekan password pintu apartemenku. Dong wan lalu melepas ciumannya. Seseorang masuk ke dalam apartemen.

"Mengapa kau pergi? Apa kau tidak tahu berbahaya pulang sendiri ketika mabuk malam malam begini?" Dong wan mengomel padaku. Mengapa Dong wan di sini, bukankah kita berdua tadi sedang. .berciuman? Dan sekarang aku sudah terbaring di tempat tidur.

"Maafkan aku Wan-ah. Aku tidak yakin bagaimana aku bisa sampai di sini. Aku pikir aku tadi bersamamu, aku bahkan mengira kau. . ." Aku menggantungkan ucapanku. Sepertinya mabukku menghilang digantikan dengan rasa khawatir, "iyaa mungkin tadi aku berjalan sendiri. Maafkan aku yaa?"

Dong wan malah menatapku heran, "apa terjadi sesuatu?" Ceritakan padaku."
"Tidak ada."
"Ini aneh. Kau sudah tidak mabuk lagi?" Andai dia tahu aku sadar karena tadi-aku-habis-berciuman-dengan-seseorang-yang-entah-bagaimana-dan-dimana-sekarang-yang-aku-kira-dirimu.
"Ini karena kau masuk ke sini dan mengagetkanku."
"Tsk! Ya sudah aku pulang dulu. Tahu begini aku tidak akan buru-buru kemari. Aktifkan ponselmu jangan membuatku jauh-jauh kemari!" Suaranya nyaring sekali di dalam apartemenku yang kecil. Aku mengambil bantal dan melemparkan padanya.
"Tidak ada yang menyuruhmu!"

Setelah kepulang Dong wan aku tidak dapat memejamkan mataku. Aku menelfon Jin oppa mungkin dia belum tidur, apalagi kami belum berkomunikasi seharian ini. Setelah aku menelfon berkali-kali dia tidak mengangkatnya, mungkin sudah tidur. Tapi tak lama ada pesan masuk.

From: Seok Jin Oppa
Sudah malam.

ahh baiklah. Selamat malam.

-------------------------------------------------------------

"Sialan. Aku harus menunggu bulan purnama selanjutnya". Orang itu mengeluarkan smirk lagi di tempat yang sama seperti kemarin.

I FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang