Kebenaran.

2.6K 210 5
                                    

Aku refleks menolehkan kepalaku ke kanan. Air mataku jatuh. Tubuhku gemetaran dan jantungku berdegup kencang. Ini tidak masuk akal. Aku harus berhadapan dengan psikopat. Aku tidak tahu harus menyebutnya apa. Sesari tadi aku tidak paham dengan apa yang dikatakannya. Astaga! Matanya berubah merah. . . . Apa mungkin pria yang di atas tubuhku ini bukan manusia biasa? Sungguh. . . Aku ingin berteriak tapi aku terlalu takut bahkan lidahku sudah kelu.

Reaksi yang aku dapat dia malah menciumi sepanjang garis rahangku sebelum akhirnya ponselku berbunyi. Aku mohon jangan hanya menelfonku tapi siapa pun datang lah dan tolong aku.

"Mantan kekasihmu menelfonmu." Dia bangkit dan menyerahkan ponselku. Nada bicaranya yang datar menakutkanku. "Berhenti menangis dan katakan padanya untuk tidak mencarimu lagi, atau aku akan membuatnya menyesal." Tanganku kaku, aku tidak dapat meraih ponselku dari tangannya. Aku hanya diam terpaku menatap mata merahnya dengan air mataku yang masih mengalir. "Kau tidak mau mengangkatnya? Baiklah. . ."

Dia menyentuh layarnya dan menjawab telfon meski dia juga sedang menatapku sambil menghapus air mataku.
"Kim Seok Jin-ssi? Maaf. Kau bukan lagi pacar Han Ji Hye. Dia akan menikah denganku secepatnya. Kalau kau berani mencarinya lagi mungkin kau akan mati sia-sia." Dia menutup telfonnya dan tersenyum padaku. Kini matanya sudah berubah menjadi biru kembali. Air mataku semakin deras meski tidak ada senggukan tangisan dari mulutku. Terdengar bunyi ponselku lagi berkali-kali, itu pasti Jin oppa. Setelah sekian lama akhirnya ponselku mati karena kehabisan baterai. Tak ada lagi suara dering telfon.

Di luar dugaanku. Dia memelukku. Pelukan yang sangat hangat. Tubuhku masih bergetar. Tangannya meraih puncak kepalaku dan mengelus rambut hitamku.
Tiga menit.
Lima menit.
Sepuluh menit.
Lima belas menit.
Terdiam seperti ini membuatku berhenti menangis dan tubuhku tidak lagi gemetaran. Ada perasaan nyaman dan hatiku menghangat. Aku dapat mencium wangi maskulinnya. Merasakan kulit dinginnya. Aneh. Kulitnya sangat putih alias pucat dan dingin.

"Kau sudah tenang?" Tanyanya tanpa melepas pelukannya,"aku tidak akan menyakitimu. Aku sudah bilang itu padamu. aku akan berhenti di sini malam ini. Jika kau sudah siap, datanglah ke kantorku secepatnya. Aku akan memberikan penjelasan. Sekarang makan lalu beristirahatlah. Dan . . . Kau harus ingat, kau sudah tidak ada hubungan dengan pria lain selain aku. Kau mengerti?"

Aku mendorong tubuhnya pelan, lagi-lagi aku menatap ke mata birunya. "Jin oppa. .kami sudah dua tahun bersama. Mengapa aku harus meninggalkannya?" Air mataku menetes lagi.
"Sstt. . .jangan menangis lagi, Hye. Kau makanlah dan beristirahat kita tunggu sampai kau siap."
"Sekarang. . Sekarang saja, tuan Cho." Meski sebenarnya aku sangat takut, dia mungkin adalah psikopat, tapi jika aku salah bisa jadi dia juga bukan manusia biasa. Dia bisa menyakitiku dan orang sekitarku kapan saja. Tapi aku harus menanyakan alasannya ketika ada kesempatan.

"Kau yakin?" Dia mengelus pipiku sekaligus menghapus air mataku. "Aku sudah katakan kita sudah layaknya bertunangan karena kita berciuman ketika bulan purnama. Sebenarnya malam itu seharusnya kita bercinta dan menjadi pasangan. Tapi aku melewatkannya karena adan Kim Dong wan yang mengganggu."
"Mengapa kita harus melakukan itu? Maksudku mengapa kita harus menjadi pasangan? Sebenarnya siapa kau?"
"aku tahu kau menyadarinya, hanya kau yang dapat melihat perubahan warna mataku meski aku sudah menggunakan mantra agar orang lain hanya melihat warna coklat seperti manusia biasa. Aku juga belum bisa menutupi kulitku yang dingin. Tapi setidaknya aku tidak kesana kemari dengan taringku."
"Ta. . Taring??" Aku bergidik. Taring? Aku tak salah dengar kan?
"Ya. Aku vampire jadi aku punya taring. Tapi tenanglah, kau manusia. Aku tidak akan mengubahmu sebelum kau yang minta." Tubuhku rasanya lemas. Jadi dia vampire? Meski bukan psikopat tapi tetap saja. . .
"Kau bersungguh-sungguh?"
"Aku ingin menunjukan taringku, tapi aku khawatir kau akan pingsan." Benar saja, aku sudah hampir pingsan sejak pertama melihatnya di apartemenku apalagi aku melihat taringnya nanti.
"Apa yang. . .ahh maksudku, mengapa aku? Aku manusia biasa. Mengapa tidak sejenismu?"
"Sejenisku?" Dia tertawa. Lalu berhenti tiba-tiba." Semua sudah ditakdirkan bahwa setiap tiga ratus tahun akan ada perkawinan antara keturunan vampire murni dan manusia. Dan selamat, kau dan aku adalah salah satu yang beruntung."
"Beruntung katamu?" Aku membuang nafas kasar seakan aku tidak percaya dia menganggap hal ini sebagai suatu keberuntungan.
"Aku dan kau harus secepatnya bersama. Karena ini tidak hanya tentang perkawinan semata. Kita harus memberikan keturunan pada klanku segera. Jika tidak, klanku tidak akan mempunyai keturunan, yang selama ini menjaga manusia akan digantikan klan lain yang ingin dominan terhadap manusia. Kau tahu maksudku kan?"
"Aku tidak mengerti, mengapa manusia? Mengapa tidak dengan manusia lainnya?"
"Karena kami menjaga manusia, maka dari itu perjanjiam dibuat antara manusia dan vampire. Lagipula vampire dengan vampire tidak bisa menghasilkan keturunan kecuali dibantu oleh iblis. Maka dari itu, keturunan vampire yang dibantu oleh iblis selalu ingin dominan terhadap manusia." Mendengar penjelasannya daritadi kepalaku semakin pusing. Yang aku pikirkan selain mengapa aku bisa terjebak dalam situasi ini adalah bagaimana Jin oppa sekarang.

I FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang