Degup jantungku.

2K 158 1
                                    

Punggungnya lebar meski tidak hangat karena tubuhnya dingin meski begitu hatiku yang hangat. .ah tidak, tapi suhu tubuhku juga menghangat karena digendongnya. Sangat nyaman.

"Hye?"
"Hm?"
"Kau . . Sudah bisa menerima takdir kita?" Tanyanya dengan suara rendah seakan berhati-hati.
"Aku tidak tahu. Bagimana denganmu?"
"Aku juga tidak tahu." Lalu kami terdiam lagi selama beberapa menit.

"Maaf kalau aku memperlakukanmu dengan buruk." Katanya, dan aku membeku mendengarnya. Cho kyuhyun meminta maaf karena perlakuannya? Dia benar-benar aneh.

"Waoow!!" Ini kata pertama yang aku ucapkan saat tiba di sini. Di depan kami ada sungai kecil dengan air yang jernih. Alirannya berasal dari air terjun kecil yang tingginya hanya 5 meter di sebelah kiri kami. Di seberang sana sekitar 6-7 meter di depan kami ada pemandangan yang luar biasa, tentu masih ada pohon-pohon besar, hanya ini berbeda, lebih indah, kesannya menyejukan bukan seram, rumput hijau nan luas dan beberapa bunga tumbuh di sana sini. Sepertinya Cho kyuhyun sudah menyiapkan banyak hal di sini. Ada sebuah tenda di sana. Tidak hanya itu, meja dan kursi kecil, kayu-kayu bakar, dan peralatan kemah lainnya. Ternyata dia ingin mengajakku berkemah. . . Aku tersenyum senang dengan apa yang aku lihat sekarang. Aku tahu dia bangga dengan apa yang telah dia persiapkan, tapi dia tetap dengan gayanya yang dingin dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa, padahal aku sedang tersenyum padanya karena aku berterima kasih dan senang dengan yang dia berikan.

"Terima kasih, tuan Cho Kyuhyun." Ucapku padanya, tapi dia tidak membalas. Aku semaki geli dengan tingkahnya yang sok dingin itu.
"Ayo kita ke sana." Dia berjalan di depanku menyusuri bebatuan untuk menyeberang, aku mengikutinya dan sesekali dia memegangiku agar tidak terpeleset.
"Harusnya kau memberiku celana training bukan dres cantik seperti ini."
"Memangnya kenapa? Kau tidak suka??"
"Tidak, aku suka suka suka sukaaa sekalii!!" Dia memalingkan wajahnya, aku tahu dia tersenyum sekarang, lihat saja telinganya merah.

"Apa yang pertama akan kita lakukan?" Tanyaku ketika kami sudah sampai di seberang.
"Kita akan memancing, kemudian kita membakarnya untuk makan malam. Aku juga sudah menyiapkan daging untuk kita bakar juga."
"Bagaimana dengan ramen? Heii . . . Berkemah tidak menyenangkan kalau tidak makan ramen!"
"Aku tahu. Aku membawanya. Nanti kita membuatnya bersama-sama." Jantungku mulai dag dig dug mendengar kata 'kita membuatnya bersama-sama'. Padahal hanya kata-kata simple.

Kami mulai memancing dalam diam, tapi sebenarnya dalam hatiku senang. Tempat ini sangat indah, dan aku berada di sini sebagai kejutan dari Cho Kyuhyun.
"Tuan Cho Kyuhyun, mengapa kau mengajakku ke sini?" Tanyaku memecah keheningan.
"Tempat ini sangat indah bukan? Berbeda dengan hutan yang beberapa hari ini kau lihat. Ini adalah tempat di mana keluarga kami sering berlibur. Aku ingin mengajakmu ke sini agar kau dapat menikmatinya juga."
"Iya. Sangat indah. Baru kali ini aku melihat air sungai yang sangat jernih dan berkilauan seperti berlian. Apa di dalamnya ada berlian sungguhan?" Tanyaku dengan wajah bodoh. Dia terkikik mendengar pertanyaanku. Aku tahu di sana tidak ada berlian, aku hanya ingin bercanda agar dia tidak bersikap dingin terus. "Kalau ada sungguhan, aku ingin mengambil dan membawanya pulang lalu aku buat cincin berlian." Kami berdua akhirnya tertawa.
"Kalau begitu masuklah ke air dan cari berliannya." Ya ampun, dia sangat tampan kalau tersenyum dan tertawa seperti itu. Jantungku dag dig dug lagi dan wajahku memanas.

Sepertinya kami tidak berbakat memancing, kami hanya mendapat satu ikan berukuran sedang selama hampir tiga jam memancing. Kami tertawa mengetahui kenyataan ini.

"Apa kau mau pergi sana?" Tanya Kyuhyun ketika membereskan peralatan memancing sambil menunjuk ke aras air terjun.
"Kau tidak lihat aku tidak bawa baju ganti. Dan apa ini? Kau lupa memberiku dress??"
"Kemarilah." Ajaknya ke samping tenda, di sana ada beberapa tas. Dia membuka salah satu tas dan menujukan isinya padaku. "Aku sudah membawa baju ganti untukmu." Mataku membulat ketika melihat isinya.
"Mengapa semuanya dress?"
"Kau boleh pakai kaosku kalau tidak suka."
"Jinja?! Jangan tarik kata-katamu setelah ini." Dia terkikik lagi. Sepertinya mood kami benar-benar baik hari ini.

Lalu kami benar-benar menuju ke bawah air terjun, tapi aku masih memakai dressnya. Airnya tidak begitu deras dan ada bebatuan di bawahnya sehingga kami bisa menapaki dan duduk di bebatuan. Kami bermain air hingga kami basah kuyup kadang kami masuk ke dalam air dan menarik yang lain.

"Tuan cho!! Hei. . .!! Jangan menarikku, aku tidak bisa berenang."
"Baiklah. Kita istirahat dulu ya." Lalu kami duduk di bebatuan di bawah curuk air terjun sehingga tidak banyak air yang jatuh di atas kami.
"Hye, jangan panggil aku tuan Cho lagi." Dia menatapku dengan wajah dan rambutnya yang basah. Dia sangat, ahh . . benar-benar tampan.
"Lalu, apa Cho Kyuhyun? Atau Kyuhyun saja?"
"Oppa. Kyuhyun Oppa."
"Kau bukan oppaku." Aku memutar bola mataku.
"Kalau begitu mulai sekarang aku oppamu." Aku tertawa mendengarnya. Itu sangat memaksa kan?
"Kau tidak bisa disebut oppa."
"Wae?"
"Kau terlalu dingin dan kaku seperti ahjussi." Kemudian dia menarikku dengan cepat dan menempelkan bibirku dengan bibirnya tanpa sempat aku menutup mataku, kami saling menatap ketika itu terjadi. Hanya beberapa detik kemudian dia melepaskan ciumannya dan tangannya dari lenganku.
"Bagaimana? Apa aku sudah hangat dan menyenangkan untuk jadi oppamu?" Dia mengatakannya di depan wajahku dengan wajahnya yang di buat-buat imut. Jantungku bergemuruh. Ya ampun! Wajahku pasti merah sekali sekarang. Aku bahkan menahan nafasku sejak ciuman tadi.

Aku tidak menjawab, aku buru-buru memalingkan wajahku dan turun dari bebatuan tempatku duduk. "Aku akan mulai memasak untuk makan malam." Tapi aku salah berpijak karena buru-buru dan masuk ke air yang cukup dalam. Aku gelagapan di dalam air. Untung kyuhyun sigap masuk dan mengangkatku ke daratan.

"Yah!!! Apa kau tidak tahu itu bahaya?!" Dia berteriak padaku tapi juga memelukku dengan sangat erat. Aku memang masih kaget saat itu, tapi aku seperti tidak sadar dengan apa yang terjadi. Aku sibuk menenangkan degup jantungku. Apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku? Perlahan aku membalas pelukannya. Bukan menjadi tenang, tapi semakin cepat dan keras degup jantungku. Aku melepas pelukanku dan pelukannya kemudian berdiri dan berlari ke tenda. Apa dia mendengarnya?? Tidak. Dia tidak mendengarnya. Tapi pendengarannya sangat tajam! Tidak! Ahh . . . Bagaimana kalau dia mendengarnya?

Aku mendengar dia berteriak tapi aku tidak menghiraukannya.
"Yah!! Ji hye-ah!! Kau mau kemana?? Haishh. . . .!!"

I FallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang