Chapter 12

595 96 22
                                    

"FERREL/ZEAN" teriak seorang pria dan wanita bersamaan dan mendekat ke arah Ferrel yang sedang berdiri di depan Zean. tanpa sengaja Ferrel juga melihat seorang gadis yang berjalan di belakang kedua orang tersebut, dan langsung paham kalau gadis itu lah yang sudah melapor apa yang sedang terjadi sekarang. Ferrel hanya dapat mendengus kasar karena kesenangannya dirusak oleh gadis yang melapor tersebut.

"Ferrel mundur sekarang, atau aku hukum kamu." ucap wanita itu sambil berkacak pinggang dan menatap tajam Ferrel. Ferrel hanya menatap remeh wanita itu dan tersenyum smirk. "Kamu merusak kesenanganku sayang, Shani Victoria Natio. Dan semua ini pasti ulah kamu kan Azizi Viola Harlan Natio. Kamu yang melaporkan kejadian ini kepada dua orang ini." Zee yang mendengar ucapan Ferrel barusan langsung bersembunyi di belakang sang ayah, dan mengangguk pelan tanpa berani menatap Ferrel.

Tanpa memperdulikan Shani, Sean, dan Zee di sana, Ferrel langsung menendang wajah Zean, yang saat itu dalam posisi terduduk. "FERRELLINO DANENDRA TAMARA JAYAWARDHANA, HENTIKAN AKSI KAMU SEKARANG JUGA. ATAU..." "atau? Atau apa pak tua. Apa yang ingin kau katakan?" ucap Ferrel dengan remeh sambil mengangkat Zean dengan cara menjambak rambutnya. Melihat itu Sean tidak dapat berkata apa-apa lagi, karena apabila dia sampai mengatakan hal yang berlebihan kepada lelaki di depannya ini, akan berakibat fatal bagi hubungan baik keluarganya dan keluarga Ferrel.

Sean tidak ingin kejadian ayahnya terulang kembali, dan akan membuat hubungan yang sudah sejauh ini membaik, tiba-tiba menjadi hancur karena anak laki-lakinya itu. Ferrel langsung melihat ke arah Sean dengan tangan yang sudah bersiap meninju wajah Zean, seakan-akan memberikan kode apakah boleh meninjunya. "Lakukanlah nak, buat anak itu mengerti arti kekuatan yang sebenarnya." ucap Sean dengan nada tegas dan membuat Shani dan Zee terkejut bukan main dengan penuturan sang ayah. "Papi, maksud papi apaan? Rel jangan lakukan Rel, dia adik aku, kamu beneran mau mukul dia?" ucap Shani tapi di hiraukan oleh Ferrel yang sedang bersiap akan memukul Zean

Ferrel langsung meninju wajah Zean sebanyak 5 kali tanpa ampun dan ia berhenti sejenak, lalu melihat wajah Zean yang sudah memerah. Shani dan Zee yang melihat itu langsung maju untuk melerai apa yang dilakukan Ferrel, tetapi langsung di tahan oleh Sean. "papi apa-apaan sih ngelarang aku buat ngelerai Ferrel. Zean itu anak kamu loh pi, bisa mati dia kalo terus-terusan di pukul Ferrel." "papi tau Shan, tapi biarkan calon suami kalian berdua bersenang-senang terlebih dahulu, apabila sudah melewati batas papi yang akan turun tangan untuk menghentikannya. Dan yang paling penting tidak ada di antara mereka semua yang kekuatannya hampir setara dengan Ferrel."

Mendengar apa yang dikatakan oleh Sean barusan langsung membuat Zee dan Shani kebingungan. "Tunggu, kok papi bisa ngomong kek gitu? Emang Ferrel sekuat apa pi?" tanya Zee dengan wajah kebingungan, tetapi tidak dijawab oleh Sean dan itu membuat Zee menjadi kesal. Sean hanya tersenyum menatap putri keduanya itu dan kembali menonton Ferrel yang masih setia memukul wajah Zean.

Ferrel memberhentikan pukulannya dan mendekatkan wajahnya ke arah Zean. "lu liat tuh, bahkan papi lu sendiri gak peduli gw mukulin lu, malah dia mendukung hal itu dengan alasan agar lu tau perbedaan kekuatan gw sama lu." zean hanya dapat mengangguk lemah dengan kesadaran yang sudah diambang batasnya. "Sekarang untuk pengakhiran gw bakal membuat lu tertidur untuk selamanya." saat ferrel akan memukul Zean lagi dengan sekuat tenaga, ia tiba2 ditahan oleh Sean. hal itu membuat Ferrel berdecak malas dan melepaskan jambakan pada rambut Zean. Zean langsung pingsan ditempat karena kehabisan tenaga.

"Sepertinya kau sangat bersenang-senang saat memukul anak laki-laki ku bocah." ucap Sean. "yaaa begitulah pak tua, kau yang menyuruhku untuk membuat ia babak belur, dan membuat ia sadar akan perbedaan kekuatan yang sangat jauh antara dia dan aku. Apakah kau tidak senang dengan itu?" tanya Ferrel sambil menatap Sean. "tidak, aku sangat senang kau memberikan pelajaran untuk anak kurang ajar ini, tetapi caramu ini sudah terlalu berlebihan. Untung saja anakku hanya pingsan saja, dan bagaimana jika anakku mati ditanganmu? Apakah kau akan bertanggung jawab mengenai hal ini?" ucap Sean dengan nada dingin.

Ferrel yang mendengar itu hanya dapat mendengus kesal dan memutar matanya malas. Ferrel langsung melancarkan tinjunya tepat di wajah Sean, tetapi berhasil ditahan dengan telapak tangan oleh Sean, walau dampak dari pukulan itu cukup berefek. Tak memberikan waktu untuk bernafas kepada Sean, Ferrel langsung melancarkan Axe kick dari atas yang membuat Sean terkejut dan dengan cepat menangkis tendangan itu dengan kedua tangannya.

"Akhhh" ringis Sean karena merasakan kebas pada tangan kirinya yang menjadi sasaran pertama tendangan Ferrel. "Kenapa pak tua? Merasakan sakit di tanganmu?" ejek Ferrel dengan senyuman remeh di wajahnya. "Aku menyerah, dasar bocah sialan kau. Berani-beraninya mempermalukan aku yang seorang kepala sekolah, di depan para murid-muridku. Kurang ajar kau." ucap Sean sambil merangkul Ferrel dan mengusap kasar rambut bocah itu.

"Hehehehehe, piss om. Ya lu sih tiba2 nyetop gw, jadi gak selesaikan gw seneng-senengnya." balas Ferrel sambil melipat tangan di dadanya. "Yaudah sih, om minta maaf ya. Lain kali kita sparing aja mau gak?" tanya Sean sambil menaik turunkan alisnya. "Gas aja aku mah om, tapi kalo kalah jangan nangis yaaa." ledek Ferrel dengan muka tengilnya. "Dih gak bakal aku nangis cuma gegara di pukul sama bocah ingusan kek kamu, pokoknya kalo om belum berhasil mukul kamu sekali aja, rasanya belum puas." balas Sean. "hahahahaha, sa ae lu tua." balas Ferrel sambil memukul pelan punggung Sean.

Para siswa yang melihat kedekatan kepala sekolah dan Ferrel dibuat terkejut bukan main. Bagaimana bisa seorang anak baru, bisa menjadi teman bahkan sangat akrab sampai berani memukul dan merangkul sang kepala sekolah, juga sang kepala sekolah menanggapi itu seperti bukan hal yang serius.

"Wanjay keren banget lu bro, keknya udah bestie banget nih sama pak kepsek." ucap Olan sambil merangkul Ferrel. "Ia dong, sama camer harus bestie ya gak bro." mendengar apa yang dikatakan oleh Ferrel, Sean hanya dapat menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya saja. "Dasar bocah, gak habis pikir saya sama kamu Rel" ucap Sean dan hanya di balas cengiran oleh Ferrel. "Kayaknya cuma sampe sini aja deh, kamu bisa cengengesan anak muda." "maksud om gimana?" tanya Ferrel bingung. Sean langsung menunjuk ke arah depan dan langsung diikuti oleh Ferrel. "Tu liat aja sendiri. Kayaknya bakal ada perang dunia sih abis ini."

Ferrel yang paham dengan apa yang dikatakan oleh Sean, hanya bisa bergidik ngeri, saat melihat Christy yang menghampirinya dengan wajah datar dan dingin. Shani juga ikut menghampiri Ferrel dengan wajah dingin dan datarnya, sambil mengajak Zee yang mengekorinya dengan wajah menunduk, serta Gita, Kathrin, Flora, dan Marsha. "GWS bro gw izin ke Indah dulu ya Rel" ucap Daniel meninggalkan Ferrel, Sean, Jesper dan Olan. "eh, Niel tunggu gw. Maaf ya bro gw mau ke tempat Jess dulu, soalnya masalah yang tadi belum kelar hehehe." ucap Olan langsung melenggang pergi. "Eh gw mau ke tempat Febi ya Rel, semangat bro lawan 7 singa betina dewasa." lanjut Jesper kemudian pergi menyusul Olan dan Daniel.

"Punya temen gak ada support-supportnya, emang anjing lu pada ya. Awas aja tunggu pembalasan gw lu bertiga." guman Ferrel sambil menatap tajam ke tiga temannya itu yang terkekeh melihat wajah kesal Ferrel. "Semangat ya anak muda, saya nanti hanya akan diam saja, karena ini merupakan urusan pribadi kamu dan mereka bertujuh." tutur Sean dengan sedikit terkekeh. "Diam lah pak tua, aku sedang memikirkan skenario apa yang akan aku lakukan sekarang." balas Ferrel yang sedang menyusun rencana di dalam kepalanya dengan keringat dingin yang sudah menetes di wajahnya.

"Eh kalian, ada apanih rame-rame ke sini?" ucap Ferrel sambil menampilkan cengiran tanpa dosanya. PLAK... BUGH... "auchh, pasti sakit itu." ucap Daniel dan langsung di angguki oleh Olan dan Jesper yang menonton drama Real Life di depan mata mereka. "Aghh, shhh, sakit banget anjir. Maksud kamu apa sih Chris mukul sama nampar aku tiba-tiba gini?" tanya Ferrel dengan nada kesal karena ditampar dan dipukul perutnya oleh Christy. "Keren kamu kayak tadi hah?" tanya Christy dengan nada tinggi dan Ferrel hanya dapat diam sambil menatap gadis di depannya itu. "Keren kamu mukulin anak orang smpe babak belur gitu, trus gak sadarin diri dan masuk rumah sakit? Keren kamu kayak Gitu Ferrellino Danendraaaa?" Lanjutnya sambil berteriak di depan wajah Ferrel.

TBC

tipis-tipis dulu yaaa

soalnya lagi kosong hehehe 

jangan lupa vote yaaa

semangat!!!

Race and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang