بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.🪷🪷
Tanpa mereka ketahui ternyata Rafael juga mendengar obrolan keduanya. 'aira di teror, kenapa bisa?' batin Rafael. Biru melihat Rafael dan menepuk pundak adik sepupunya.
"El, ayo kita balik!" Ajak Biru, Rafael menganggukkan kepalanya. Akhirnya keduanya pergi dari area kampus dan masuk kedalam mobil lalu pergi meninggalkan kampus.
Aira dan Maura sekarang pergi menuju rumah dinas, dengan menaiki taxi online. "Ra, kamu baju-bajunya udah di rumah dinas?" Tanya Maura.
"Alhamdulillah udah, tadi ibu mertua aku yang bawain ke rumah dinas. Hmm tapi ma, aku takut banget sama teror itu udah dua kali tahu" ucap Aira yang masih merasa sangat takut.
Karena saat di kampus Aira mendapatkan pesanan dari ibu mertuanya bahwa semua barang-barang Aira sudah berada di rumah dinas.
"Alhamdulillah, kamu tenang Ra jangan takut. Nanti kita obrolin ini sama suami-suami kita." Ucap Maura yang diangguki oleh Aira.
Lalu sekitar tiga puluh menit mereka sampai di rumah dinas, mereka berdua turun dari taxi online dan membayar taxi online nya.
"Ini rumah dinasnya yang mana ya ma, aku ngga tahu lagi' ucap Aira melihat sekitar karena terlalu banyak rumah dinas yang di tempati oleh para Pia.
"Hmm iya sih, gini aja kamu masuk aja ke rumah aku aja sama suami aku. Yuk!" Ajak Maura, Aira tersenyum menganggukan kepalanya.
Akhirnya mereka berdua masuk kedalam rumah, Aira duduk di ruang tamu sedangkan Maura masuk kedalam kamar untuk ganti baju.
'rumah dinas ini khusus untuk para prajurit AU dan para Pia, indah ya. Kayak komplek tapi bagus banget' batin Aira.
Ting...tong...
Suara bel rumah Maura berbunyi, Aira berdiri dari duduknya "tamu?" Gumam Aira lalu berjalan kearah depan kamar Maura.
Aira mengetuk pintu kamar Maura, "Maura di depan sepertinya ada tamu" ucap Aira.
"Tolong bukain aja Ra mungkin kurir soalnya aku beli paket." Ucap Maura dari dalam kamar.
"Oke ma" ucap Aira.
Lalu Aira berjalan menuju pintu dan membuka pintu rumah, Aira terdiam karena tidak ada orang sama Sekali "kok ngga ada orang?" Ucapnya pelan, bicara sendiri.
Aira keluar rumah, melihat kearah kanan dan kearah kiri namun tidak ada orang sama sekali. "Aneh banget masa orang jahil." Gumam Aira.
Aira berbalik badan ingin kembali masuk kedalam rumah "akkhhh!!" Jerit Aira terkejut saat membaca tulisan di jendela rumah Maura yang berwarna merah.
MATI ATAU TINGGALKAN ARSEN!
Mendengar teriakan Aira, Maura terkejut dan langsung keluar kamar berlari keluar rumah menghampiri Aira. "Ada apa Ra?" Tanya Maura.
"I-itu" ucap Aira dengan tangan menunjuk kearah jendela gemetaran. Maura melihat kearah jendela dan terkejut.
"Astaghfirullah! Siapa ini yang ancam kamu Aira??" Tanya Maura begitu terkejut.
Aira menggelengkan kepalanya, Aira takut sekali dengan teror ini,sudah tiga kali Aira dan suaminya di teror seperti ini.
Maura membawa Aira masuk kedalam rumah mendudukan Aira di sofa menyodorkan segelas susu taro kesukaan Aira diatas meja agar aira merasa tenang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir {On Going}
Teen Fiction"Aku memang menikah dengan anaknya, tapi Aku bukan menantu yang diinginkan oleh ibunya." Ucap Aira. Aira Zahra Nadira Al-Fatih, anak dari Ghani Hanan Al-Fatih dan Radha Rahmah Admaja itu berusia 19 tahun, baru lulus SMA dan lanjut kuliah, Sedang kul...