بسم الله الرحمن الرحيم
.
.
.
.🪷🪷
Pagi harinya....
Hari ini Aira tidak ke kampus karena tidak ada jadwal, dengan memakai sarung santri putri dan baju berwarna putih dan jilbab senada dengan sarung santri putri berwarna hitam.
Aira sedang menyapu halaman pondok pesantren dengan sapu lidi sambil bersholawat, sesekali santri dan santriwati yang lewat menyapa Aira dengan sopan dan ramah, begitupun Aira menyapa mereka dengan sopan dan ramah.
"Selamat pagi Ning Aira" sapa seorang santriwati.
"Wa'alaikumussalam pagi juga" Aira tersenyum.
"Ning Aira kapan tunangan, calon Ning Aira tentara ya" ucap santriwati tersebut, Aira tersenyum manis.
"Hush nggak sopan nanya gitu" ucap santriwati yang lain dan pamit pergi dari hadapan Aira.
Aira terdiam raut wajahnya jadi sedih, Aira duduk di lantai teras depan rumahnya. Aira lupa kalo ternyata satu pondok pesantren tahu Aira akan segera bertunangan.
Jika Aira membatalkan rencana pertunangan nya maka Gus Ghani pasti malu, karena anak tunggalnya gagal bertunangan.
"Apa keputusan kemarin salah ya" Gumamnya melamun mengingat kejadian kemarin.
Sedangkan di tempat lain, Lettu Arsen yang sedang latihan tidak fokus sama sekali karena Lettu Arsen malah memikirkan ucapan Aira.
Lettu Arsen duduk diatas rerumputan yang hijau, membaringkan tubuhnya diatas rerumputan matanya menatap langit biru.
'Semakin tidak ingin memikirkan Aira malah kepikiran astaghfirullah, Allahuakbar' batin Lettu Arsen.
'Saya akan menemui kamu malam ini bersama kedua orang tua saya Aira, saya tidak ingin kehilangan restu Abi dan umi kamu karena kejadian kemarin' lanjutnya dalam hati.
Radha melihat putrinya yang sedang melamun, Radha sebagai seorang ibu tahu apa yang di fikirkan putrinya lalu Radha menghampirinya dan duduk di sampingnya.
"Terkadang sayang, apa yang kamu ucapkan saat sedang marah tidaklah baik, sampai amarah kamu reda kamu baru merenungi ucapan kamu kepada Arsen" ucap Radha duduk di samping putrinya.
Aira melihat kearah Radha sang ibu, rasanya Aira ingin menangis karena telah menyesali ucapannya, namun Aira menahannya "Aira menyesalinya umi" ucap Aira matanya berkaca-kaca.
Radha tersenyum memeluk putrinya dari samping, Aira mulai menangis dengan suara yang pelan "kamu tahu tidak dimana tempat latihan Arsen?" Tanya Radha sambil mengelus-elus kepala putrinya.
"Tahu umi, emangnya kenapa?" Tanya Aira menghapus air matanya.
"Bagaimana kalo siang ini kamu temui Lettu Arsen ketempat latihan di temani umi sambil membawa makan siang untuk Arsen sebagai tanda kamu minta maaf. Kamu masak makanan untuk Arsen" ucap Radha memberi ide.
Aira melepaskan pelukannya "emang boleh? Tapi umi Aira kan tidak pandai memasak seperti umi" ucap Aira.
Radha tersenyum "nanti umi ajari Aira masak makanan" ucap Radha.
![](https://img.wattpad.com/cover/379384058-288-k110994.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Takdir {On Going}
Novela Juvenil"Aku memang menikah dengan anaknya, tapi Aku bukan menantu yang diinginkan oleh ibunya." Ucap Aira. Aira Zahra Nadira Al-Fatih, anak dari Ghani Hanan Al-Fatih dan Radha Rahmah Admaja itu berusia 19 tahun, baru lulus SMA dan lanjut kuliah, Sedang kul...