Kisah tentang seorang korban yang diperlakukan tidak adil oleh dunia.
Dijauhi, dibully, dikucilkan.
"Tuhan, apakah aku berdosa membunuh bajing*an yang akan menodaiku? Apakah kau juga berfikir aku salah, tuhan?" Batin Ellena.
Seorang malaikat yang en...
Saat aku terbangun aku sudah dipasangi infus, plester luka. Sedangkan marvin kini duduk disamping ranjang rumah sakit sembari menundukan kepalanya tertidur dan menggengam erat tangan kananku dengan kedua tangannya
"Marvin?" Ucapku lemah namun dia masih tertidur, mungkin kecapean kali ya nggendong gw sampe ke rumah sakit. Perlahan aku mengusap lembut rambutnya dengan tangan kiri ku "makasih,marvin..." gumamku padanya saat dia kasih tidur sembari menggenggam tangan kananku.
Aku menatapnya yang sedang tertidur, wajahnya....ya....lumayan lah ya, tampan. Hidungnya mancung, bulu matanya yang lentik saat tertidur, struktur wajahnya yang tampan, dan...aku melirik ke bibir merah alaminya yang tipis, terlihat sangat sehat, lembut dan sangat....kissable...
Seketika aku menggelengkan kepalaku, anjir. Gw mikirin apa sih, bibir marvin?! Yang bener aja. Bisa-bisanya gw mikirin soal kissab-stop. Mikir apaan si gw.
Merasa tanganku yang bergerak perlahan marvin bangun dari tidurnya dan tersenyum menatapku yang sudah bangun. "Ellena...."dia tersenyum melihatku sudah siuman dan saking senangnya dia memelukku.
"A-akh, sakit bego" ucapku padanya saat dia memelukku erat, marvin yang mendengarnya langsung melepaskan pelukannya dan menatapku hangat. "M-maaf, aku lupa" ucapnya sambil terkekeh menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Malah cengengesan lagi" gumamku kesal melihat marvin, marvin hanya tersenyum sembari memberiku seglas air, "nih, minum dulu. Takut kamu dehidrasi",ucapnya padaku.
Saat gw minum air dari segelas air yang marvin kasih, di tersenyum dan menyelipkan rambut yang ada di wajahku ke telingaku supaya ngga nge-ganggu aku minum. setelah habis, baru aku kasih ke marvin dan dia menaruh gelas yang kosong itu ke meja disampingnya.
"Lu ngga balik sekolah?", tanyaku melihat marvin yang masih memakai pakain olahraga sekolah. "Engga, aku dah izin guru" jawabnya.
"Ya setidaknya lu ganti lah vin, emang ngga panas pake baju olahraga gitu?" Tanyaku melihatnya, "terus tas kita yang dikelas gimana?",Tambahku.
"Tenang, aku dah minta tolong gibran sama azka buat gosend tas kita kerumah sakit ini, bentar lagi dateng" jawabnya lembut.
"Ck, ngeribetin lu. Dah sanah lu pulang aja, ada yang jagain gw entar", ucapku sembari mengambil handpon uang ada di nakas samping kasur rumah sakitku. Marvin mengangkat alisnya bingung "siapa?".
"Azzam", jawabku hendak menelfon dia namun marvin malam memegang tanganku sebelum aku memencet tombol telfon, menatapku dan berbisik. "jangan...aku juga bisa nemenin kamu kok", ucapnya sembari menatap mataku dalam-dalam, berharap aku tak menelfon mantanku itu.
"Jangan ya?", ucapnya lagi sembari tersenyum dimenatapku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.