twenty

201 32 0
                                    

Typo bertebaran



Happy reading...

Malam itu, suasana asrama Tirta Langit terasa lebih riuh dari biasanya. Jam menunjukkan pukul tujuh lebih, delapan remaja penghuni asrama sedang berkumpul di ruang tengah, sibuk berdiskusi tentang rencana mereka pergi ke pasar malam. Sesuai aturan, mereka harus kembali sebelum pukul 12 malam, tapi itu tak mengurangi antusiasme mereka. Malam ini, pasar malam yang tak terlalu jauh menjadi tujuan mereka untuk melepas penat.

"Aku sama Kevan!" seru Jiandra, penuh semangat. Ia bahkan mengangkat tangannya, seolah memastikan tak ada yang protes.

"Adik kecil,Stop call me kevan,Ingat perjanjian siang tadi," sahut Kevan sambil menaik-turunkan alisnya dengan ekspresi sok keren.

Jiandra mendengus. "Kenapa harus repot amat sih."

Langit, yang sedari tadi hanya memperhatikan dengan senyum tipis, akhirnya angkat bicara. "Kenapa harus sama Kevan, Ji? Kan bisa sama Abang." Nada suaranya terdengar santai, tapi ada sedikit nada menyindir di ujung kalimatnya.

"Karena gue lebih ganteng dan mempesona. Udah jelas itu alasan paling logis," Kevan menyahut cepat, sambil mengibaskan rambutnya seolah sedang syuting iklan sampo.

"Dih, pede banget lo," Langit memutar matanya, memandang Kevan dengan tatapan sinis. "Jia, lo sama Abang aja, biar Kevan sendirian."

Namun, Jiandra menggeleng cepat. "No, no. Sama Abang itu udah kayak naik roller coaster. Alias ngebut banget! Gak bisa aku." Ia mengangkat kedua tangannya, seolah menyatakan penolakan total.

Langit mencoba membela diri. "Gak bakal ngebut, Ji. Kan gue—"

"Sudah cukup, Langit Bumantara. Jiandra cuma mau sama gue," potong Kevan cepat, mengangkat tangan seperti seorang raja yang baru saja memenangkan perang. Sebelum ada yang bisa menyela, ia langsung menarik tangan Jiandra dan melangkah menuju pintu. "Bye-bye, losers!" serunya sambil melambaikan tangan dramatis.

Sisa penghuni asrama hanya bisa melongo melihat tingkah Kevan. Langit, yang paling kesal, mendengus pelan. "Sumpah, gue heran kok ada manusia modelan kayak gitu."

"Ada,Dan sayangnya, itu Kevan," balas Cleo sambil terkekeh.

---


Setelah tiba di garasi tempat kendaraan, mereka mulai membagi kelompok. Kevan dengan Jian, Langit dengan Naufal, Juna dan Zidan, serta Cleo dengan Arkan. Suasana penuh semangat menyelimuti mereka, tapi tetap saja ada bumbu-bumbu kekacauan khas anak muda.

Masing-masing sudah duduk di motor masing-masing, hingga Zidan tiba-tiba angkat bicara.
"Gue mau ikut Cleo sama Arkan, bonceng tiga biar seru!" ujarnya dengan antusias.

"Yaudah, sini naik," sahut Arkan tanpa ragu. Zidan pun dengan semangat turun dari motornya dan berjalan menghampiri Cleo dan Arkan.

"Gapapa kan, Jun?" tanya Zidan pada Juna, merasa sedikit nggak enak hati. Tapi, bukannya marah, Juna malah kelihatan senang.
"Baguslah, gue jadi sendirian," ucap Juna sambil tersenyum puas.

Melihat itu, Naufal langsung memotong. "Kalau gitu, Juna ikut sini aja."

"Ogah, gue mau bawa motor sendiri!" sahut Juna cepat.

Haunted dormitory✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang