-CHAPTER 08-
(Luka)-
Nayra duduk sendirian di ruang tamu, mencoba menonton televisi untuk mengalihkan pikirannya. Suasana rumah sunyi, hanya suara televisi yang memecah keheningan. Namun, ketenangan itu berubah menjadi kecemasan ketika ia mendengar suara langkah kaki yang tidak stabil di depan pintu.
Pintu terbuka, dan Davian masuk dengan langkah sempoyongan. Botol minuman keras tergenggam di tangannya, dan matanya tampak merah karena mabuk. Nayra membeku di tempat, tubuhnya menegang saat melihat suaminya yang tidak stabil mendekat ke arahnya.
"Nay..." Davian memanggil dengan suara yang berat dan serak. Ia terus berjalan, semakin dekat ke arah Nayra yang perlahan mundur, tubuhnya gemetar.
Saat jarak mereka hanya tinggal beberapa inci, Davian meraih pipi Nayra dan membelainya lembut. Wajahnya begitu dekat hingga Nayra bisa merasakan aroma alkohol yang menyengat dari napasnya. Ia memejamkan mata, berharap semua ini hanya mimpi buruk yang segera berakhir.
"Cantik," ucap Davian dengan nada yang rendah tapi jelas.
Kata itu terasa seperti cambukan bagi Nayra. Ia tidak tahu apa yang sedang terjadi dalam pikiran Davian, tapi ketakutannya semakin memuncak. Dengan segala keberanian yang ia kumpulkan, Nayra mendorong Davian menjauh sekuat tenaga.
Davian terhuyung beberapa langkah ke belakang, tapi bukannya marah, ia malah tertawa kecil, suaranya berat dan menakutkan.
"Lo takut sama gue, Nay?" tanyanya dengan nada mengejek, lalu meneguk lagi minumannya.
Davian berhasil meraih lengan Nayra sebelum ia sempat kabur. Dengan kasar, ia menarik Nayra hingga tubuh kecil itu berhadapan langsung dengannya. Mata Nayra membulat, penuh ketakutan. Tubuhnya gemetar hebat saat ia mencoba menarik lengannya dari genggaman Davian, namun sia-sia.
"Kak... jangan...," suara Nayra bergetar. Ia menggenggam perutnya dengan tangan yang bebas, melindungi bayi di dalam kandungannya.
"Kakak boleh benci aku... tapi tolong, jangan sakiti anak aku. Aku mohon."
Davian menatap Nayra dengan sorot mata dingin, lalu pandangannya turun ke arah perut Nayra yang membulat. Rasa benci terlihat jelas di wajahnya. Tanpa berkata apa-apa, ia mencengkeram kuat pipi Nayra, memaksa wajahnya menghadap ke arahnya.
"Lo pikir gue peduli sama lo... atau anak lo itu?" gumam Davian dengan suara rendah namun penuh kebencian. Botol minuman keras di tangannya ia angkat, berusaha mendekatkannya ke bibir Nayra.
"Minum, Nay. Ayo, MINUM!"
Nayra memberontak sekuat tenaga, menggeleng-gelengkan kepala untuk menghindari botol itu.
"Nggak! Kak, tolong!" Tangannya mencoba mendorong botol itu menjauh, tapi Davian lebih kuat.
Tubuhnya bergetar, air mata mengalir deras dari matanya. Ia berjuang mati-matian untuk melindungi dirinya dan bayinya. Namun, genggaman Davian di pipinya semakin kuat, memaksa Nayra untuk membuka mulut.
"Lo minum sekarang, atau gue bakal bikin hidup lo lebih parah dari ini!" ancam Davian dengan suara menggema.
Davian semakin frustrasi karena Nayra terus memberontak, menolak dipaksa meminum minuman keras. Kemarahannya meledak. Dengan mata yang merah penuh emosi, ia mengayunkan botol kaca kosong di tangannya dan memukulkannya ke kepala Nayra tanpa ragu.
CRAKK!
Suara botol pecah memenuhi ruangan, diikuti oleh suara jeritan kecil dari Nayra. Ia terhuyung, tangannya secara refleks memegang kepala yang kini berdarah. Darah segar mengalir menuruni wajahnya, menetes ke lantai.

KAMU SEDANG MEMBACA
NAYRA
Teen FictionSebuah insiden mengharuskan kedua pasangan siswa dan siswi yang masih duduk di bangku SMA untuk menikah. Nayra masih tidak menyangka jika kejadian hari itu langsung membuat kehidupannya berubah 180 derajat. Davian laki-laki asu yang membuat Nayra m...