10. Rencana

1.5K 143 27
                                    

Pembantu Shirei membukakan pintunya. Dia mempersilahkan kami masuk.

"Dari tadi Shirei seperti sedang berbicara pada seseorang di dalam kamarnya. Saat saya mengetuk pintu kamar Shirei, namun tidak ada balasan apapun" kata pembantunya Shirei. Aku segera berlari menuju kamar Shirei. Yang lainnya mengikutiku dari belakang.

Saat aku ingin mendobrak pintu kamar Shirei, Miko menarik tanganku dan menahannya.

"Biar aku yang mendobraknya" kata Miko. Aku tersenyum, lalu Miko mendobrak pintu kamar Shirei.

Dan... terlihatlah pemandangan Shirei sedang dicekek lehernya oleh seorang perempuan memakai masker... Astaga!

"Kuchisake Onna" kata Aiko dan Kate berbarengan.

"Jauhi dia!" Kata Miko. Seketika Kuchisake Onna melepaskan tangannya dari leher Shirei. Aku menarik Shirei dan memeluknya. Anak itu terlihat sangat ketakutan.

Kuchisake Onna mendekati Miko. Menyeret gunting besar yang ia bawa sehingga terdengar suara gesekan antara gunting besinya dengan lantai.

'Watashi kirei'? Tanya perempuan itu pada Miko. Miko terdiam. Aku memandang Miko. Saat Miko menatapku, aku menggelengkan kepalaku padanya. Aku mengisyaratkan agar tidak menjawab pertanyaannya.

"Aku tidak ingin melihat kalian terbunuh disini. Perempuan itu memintaku untuk ikut kerumahnya. Biarkan aku ikut dengannya dan kalian selamat" kata Shirei. Aku menggeleng.

"Kalau kau ikut dengannya, justru kau yang akan celaka" kataku.

"Perempuan itu memang awalnya menginginkanku. Tapi karena kalian berniat untuk menolongku, nyawa kalian jadi terancam. Biarkanlah aku ikut dengannya" kata Shirei. Aku menggeleng lagi.

"Tidak, Shirei. Kau masih kecil...".

"Bukankah yang dia inginkan adalah anak kecil sepertiku?" Tanya Shirei. Jleb. Apa yang harus aku lakukan?

"Menjauh darinya! Aku akan ikut bersamamu" kata Shirei. Shirei berdiri. Menjauhiku dan mendekati perempuan itu. Semua terlonjak kaget.

Perempuan itu tertawa pelan. Tawanya.... adalah tawa yang jahat.
Lalu perempuan itu menarik tangan Shirei, dan membawa Shirei pergi hingga menghilang dari pandangan kami semua.

"Kenapa kau biarkan anak itu merelakan dirinya untuk perempuan jahat itu?" Tanya Miko padaku. Aku menggeleng.

"Aku sudah melarangnya, sungguh. Sudah dua kali aku mengatakan tidak. Tapi, Shirei tetap memaksakan diri" kataku. Miko mengacak-acak rambutnya.

"Kita susul perempuan itu" kata Miko.

"Kau gila? Perempuan itu sangat berbahaya buat kita" kata Kate.

"Nyawa Shirei yang lebih bahaya sekarang! Apa kalian mau melihat dia tewas begitu saja di tangan perempuan jahat itu?" Tanya Miko. Aku, Kate, Aiko, dan Seiko menggeleng.

"Kita selamatkan Shirei sekarang" kata Miko.

"Tapi kita tidak tau kemana perempuan itu membawa Shirei" kata Seiko.

"Kemana lagi kalau bukan rumah menyeramkan itu? Kita kesana sekarang" kata Miko.

"Tidak. Kita atur rencana dulu" kataku. Semua terdiam. Semua memikirkan rencana untuk menyelamatkan Shirei, sekaligus menghancurkan perempuan itu.

"Bagaimana kalau sekarang kita pegang alat tajam masing-masing. Kita kerumah misterius itu sekarang. Menyelamatkan Shirei dan anak anak lain yang belum terbunuh. Usahakan agar alat tajam yang kalian bawa itu benar benar tajam. Aku akan mengalihkan perhatian Kuchisake Onna. Dan kalian menyelamatkan semua anak kecil yang ada" kata Miko. Aku menggeleng.

"Bagaimana jika kau yang terbunuh?" Tanyaku.

"Tidak apa apa. Asalkan semua anak kecil selamat. Dan jika aku memang terbunuh, aku minta untuk kalian tidak memikirkan tubuhku nanti. Kalian bunuh Kuchisake Onna. Kimi, kau ingat apa yang dibicarakan Meri saat itu? Tusuk jantungnya!" Kata Miko.

"Tidak! Aku tidak mau kau celaka! Kau tidak mengerti, Miko. Aku belum siap untuk kehilanganmu" kataku.

"Kenapa?" Tanya Miko.

"Karena...." Aku menundukkan kepalaku. Tidak! Aku tidak akan membiarkan Miko terbunuh.

"Aku tau apa yang ingin kau ungkapkan. Dan asal kau tau, bahwa aku juga mencintaimu. Lebih dari rasa cintamu kepadaku. Aku jatuh cinta padamu sebelum kau jatuh cinta padaku. Aku yang terlebih dahulu mencintaimu" kata Miko. Miko mendekatiku. Aku berdiri. Miko memegang kedua pundakku dengan kedua tangannya. Lalu, setelah itu dia beralih dan memegang dahuku.

"Aku tidak mau kehilanganmu" kataku.

Miko mengelus pipiku. Lalu mengelus puncak kepalaku.

"Aku hanya ingin membunuh Kuchisake Onna. Dan menyelamatkan semua anak kecil yang ada di rumah misterius itu" kata Miko.

"Tapi aku tidak mau kau terbunuh" kataku.

Cup,

Miko mencium keningku. Lalu, dia memelukku.

"Percayalah padaku. Aku akan usahakan agar kita semua selamat" kata Miko. Aku menangis dalam pelukannya. Aku benar benar tidak mau kehilangan dia. Dia, Miko. Laki laki yang aku cinta dan aku sayang.

Salahkah aku jika aku mempertahankan seseorang yang aku cinta?

"Aku mencintaimu, Miko" kataku.

"Aku mencintaimu juga, Kimi. Jauh sebelum kau mencintaiku" kata Miko. Lalu, aku melepaskan pelukannya. Miko menghapus air mataku.

"Oh ya ampun, aku serasa seperti menonton sinetron" kata Aiko.

"Hiks..hiks... mengharukan sekali sinetron kali ini" kata Kate sambil menangis bombay. Hmm... nangis pura pura maksudku(?).

Aku menimpuk wajah Kate dan Aiko dengan bantal yang ada di atas kasur Shirei.

"Berisik! Seperti tidak pernah merasakan jatuh cinta" kataku. Kate dan Aiko pun tertawa. Dan Seiko pun juga ikut tertawa.
Miko merangkulku.

"Ikuti rencanaku. Aku akan mencari perhatian Kuchisake Onna dan kalian selamatkan anak anak kecil yang ada disana" kata Miko.

"Tidak. Aku ikut bersamamu" kataku.

"Tapi..."

"Tidak ada alasan, Miko. Aku akan tetap ikut bersamamu. Kate, Aiko, Seiko, kalian yang akan selamatkan anak anak kecil yang ada disana. Dan biarkan aku dan Miko yang mencuri perhatian Kuchisake Onna" kataku.

Semua mengangguk. Dan kita semua pergi ke dapur untuk mengambil alat tajam seperti pisau, gunting, dan... pembantu Shirei memberikan sebuah golok. Dia berpesan agar kita berhati-hati.

***

Aku, Miko, Kate, Aiko, dan Seiko sedang di perjalanan menuju rumah misterius itu. Karena ini malam hari, suasana disini sangat mencekam. Dingin dan gelap.

Seketika, Miko menggenggam tanganku. Lalu, laki laki itu merangkulku.

*bersambung*

Hai, gimana? Hmmm... Author butuh pendapat nih. Menurut kalian, lebih enak cerita ini segera di selesaikan atau dibikin sedikit panjang lagi? KOMENnya ya guys.

Jangan lupa VOMMENT. Author akan lanjut setelah ada 50+ votes, dan setidaknya 10+ komentar.

Arigatou,

24 Juli 2015

Kuchisake OnnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang