7. Dimensi Lain

2K 161 11
                                    

Entahlah. Aku tidak tau dimana diriku sekarang. Gelap, sepi, sunyi, dingin, dan suasana yang mencekam kini dapat kurasakan.
Cekikikan suara perempuan terdengar begitu jelas. Ada apa ini?

Aku seperti berada di sebuah lorong. Entah tempat apa ini, tapi aku yakin bahwa sekarang aku sedang tidak berada di dunia nyata.

Aku melangkah maju menyusuri lorong ini. Semakin aku melangkah maju, bau anyir seperti.... darah, semakin tercium. Aku penasaran. Sedangkan aku mendengar cekikikan seorang perempuan.

Hingga pada akhirnya aku menemukan sebuah pintu yang tertutup rapat. Aku mendengar suara perempuan di dalam. Aku mengintip dari lobang kunci pintunya.

Aku dapat melihat seorang perempuan duduk didepan meja rias, menatap dirinya di cermin. Sedangkan di tangan kanannya, terdapat sebuah pisau yang ia genggam dengan erat. Tak lama, dia menjilati pisau itu, hingga ujung pisau yang tajam itu menggores lidahnya. Kulihat darah menetes perlahan. Aku mengernyit. Perempuan bodoh. Dia dapat menyelakakan dirinya jika seperti itu.

Kulihat wajahnya.... cantik. Sangat cantik. Rambutnya indah. Perlahan dia mengelus pipinya dengan lembut.

'Mungkin ini akan sedikit sakit....' kata perempuan itu.

Trasshh! Tiba tiba perempuan itu merobek mulutnya hingga hampir mengenai telinganya. Perempuan itu menganga, dan darah mengalir deras dari mulutnya.

Astaga. Rasanya aku ingin berteriak saat itu.

'Aku memang cantik. Tapi tidak dengan sekarang' katanya sambil membuka lebar mulutnya.

Prakk,,

Tiba tiba pintu terbuka begitu saja, dan spontan aku langsung terjatuh di lantai. PEREMPUAN ITU MELIHATKU.

Perempuan itu tersenyum. Senyum yang menakutkan.

'Selamat datang...' kata perempuan itu.

"Tempat apa ini?" Tanyaku. Perempuan itu melangkah maju. Maju mendekatiku.

'Dimensiku...' kata perempuan itu.

Dimensi? Jadi? Aku sudah masuk ke dimensi lain, dan bertemu perempuan jelek ini?

"Menjauh dariku..." kataku.

'Tidak sebelum kau berubah menjadi seperti diriku...' kata perempuan itu. Perempuan itu makin lama makin mendekatkan dirinya padaku. Dan mendekatkan pisau yang ia pegang ke arahku.

'Ada kata kata terakhir?' Tanya perempuan itu dengan senyum mengerikannya. Aku menggelengkan kepala. Perempuan itu mendekatkan pisaunya ke arahku, dan....

Bruggg,,,

Aku mendorongnya hingga ia terjatuh. Aku bangkit. Aku berdiri dan memegang knop pintu. Keluar dari ruangan itu, dan.... tunggu. Aku mengunci pintu itu dan segera berlari. Perempuan itu masih mencoba untuk membuka pintu itu. Dan aku terus berlari.

Entah kenapa, seketika lorong ini menjadi panjang. Aku terus berlari kencang, tapi sepertinya aku belum sampai di tempat awal aku sampai disini.

'Ahaa. Jangan lari kau' kata perempuan itu.

Astaga! Dia berhasil meloloskan dirinya. Dan sekarang dia mengejarku.

Sumpah! Mengapa lorong ini menjadi begitu panjang ketika aku dikejar oleh perempuan itu? Aku merasa sudah berlari sangat jauh, tapi tetap saja aku tidak menemukan ujung dari lorong ini.

Trrassh!

Sesosok anak kecil tiba tiba saja muncul dihadapanku. Mulutnya robek, kepalanya sudah hampir terputus. Astaga, kurasa anak kecil ini korban dari hasil pembunuhan perempuan itu.

Kuchisake OnnaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang