"Gendong, Tanteee.." Putri menjulurkan kedua tangannya ketika kubuka pintu belakang. Putra turun dengan loncat ala superhero.
Ketika aku menutup pintu belakang, sosok itu tertangkap sudut mataku. Aku masih menimbang-nimbang apakah aku akan mengatakan kalau anak yang sedang bersamaku adalah keponakannya. Tapi.. aku mendadak ragu. Bukankah kemarin aku sudah mengibarkan bendera perang?
Aku hendak melangkah namun tertahan oleh Putra yang berdiri persis di sampingku. Aku mengikuti kemana matanya terfokus. Di sana, beberapa meter di depan sana, Lutfi juga sedang mematung. Kini tatapannya beralih menatap Putri yang berada di gendonganku. Apa ia menyadarinya?
"Tanteee ayuk.. aku pengen eskrim sekarang." Rengekan Putri membuyarkan tatapan Lutfi.
"Ayo Putra." Aku berpura-pura mengabaikan Lutfi yang sekarang entah kenapa masih berdiri di tempatnya.
"Om tadi siapa Tante?" Tanya Putra ketika aku menurunkan Putri di sofa ruang tengah.
"Tetangga Tante, tuh rumahnya di sebelah." Aku melangkah ke dapur, mengambilkan sekotak besar eskrim.
"Kamu kenal? Atau pernah lihat?"
"Pernah tapi lupa, Tan." Putra berusaha mengingat tapi gagal.
"Nanti kalian juga tahu. Nah, ini eskrimnya." Kutaruh kotak eskrim di atas meja. Putri sudah loncat turun dan menyambar sendok. Putra juga melakukan hal serupa.
Aku meraih ponselku dan mengetikkan beberapa kalimat untuk kemudian kukirim untuk Lutfi.
Anak2 mbak Salma ada di sini. Kamu mau main bareng mereka? :)
Sedikit berdebar aku menunggu balasan. Lima menit berlalu dan belum ada pesan masuk. Aku menyingkirkan egoku sementara. Anak-anak ini berhak mengenal Om-nya. Begitu juga dengan Lutfi, ia berhak merasakan betapa hangatnya anak-anak ini.
Satu pesan masuk. Aku menggeser layar.
Lo bilang apa ke mereka?
Aku menghela napas sebelum mengetikkan balasan.
Gk bilang apa2. Aku mau ajak mereka jln2 ke mall. Mau ikut? :)
Aku menaruh ponsel dan mengalihkan pandangan ke dua anak yang sedang menyendok eskrim di depanku.
Tunggu 10mnit lg. Gue ksitu.
Tanpa sadar aku tersenyum.
Aku beralih mengambil kotak tisu ketika melihat Putra dan Putri selesai makan eskrim. Dengan hati-hati aku menyeka bibir mereka dengan tisu berikut tangan.
"Ada yang mau ngajak jalan-jalan hlo." Seruku girang. Putri tampak membulatkan mata. Putra sudah loncat-loncat senang. Mungkin selama ini mereka jarang jalan-jalan karena Mbak Salma sibuk. Lihat, bahkan mereka tidak bertanya siapa yang akan mengajak jalan-jalan. Aku tertawa melihat tingkah mereka. Tiba-tiba saja Putri lompat menghambur ke arahku dan membenamkan wajah di perutku. Aku menoleh dan Lutfi sedang berdiri kaku di sana.
"Om-nya baik, Sayang. Ayo kenalan dulu. Nggak gigit kok." Aku membujuk agar Putri mau menyingkir dari tubuhku.
"Om mau ngajak kita jalan-jalan, ya?"
Di luar dugaan, Putra bahkan sudah menghampiri Lutfi dan memeluk satu kakinya. Lutfi merunduk, "Iya. Memangnya kamu mau jalan-jalan kemana?" Suaranya melunak. Aku terharu mendengarnya.
"Pokoknya yang banyak mainannya Om!" Putra merentangkan kedua tangannya untuk menggambarkan betapa banyaknya. Lutfi terkekeh pelan.
"Kamu namanya siapa?" Lutfi mengelus kepala Putra. Aku meleleh melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double L
RomanceJust open, read, and create your own imagination. How this story spread, it depends on your way.