17. We Can't Be

136 26 30
                                    

"Sudah kubilang jangan ganggu istriku. Kau sudah berjanji!"

Taehyung membawa Hyewon ke kamar lamanya, sebelum ia membeli rumah pribadi, Taehyung menempati salah satu kamar terbesar di rumah ayahnya. Kamar ini sudah bertahun-tahun kosong, tetapi saat Taehyung masuk bersama Hyewon barusan, seperti yang ia duga kamar ini masih terawat dengan baik.

"Memangnya kapan aku janji?" Hyewon menatap sekeliling, kamar ini mewah, dirancang bergaya eropa, tapi bagian yang paling mengagumkan adalah ranjangnya, terlihat seperti tempat tidur pangeran. Hyewon tertarik oleh itu dan langsung mendudukkan diri di tepi kasur, menatap Taehyung yang masih berdiri di dekat pintu yang baru saja dikunci.

"Aku yang bodoh kembali berurusan denganmu."

"Karena memang kita ditakdirkan bersama."

Hyewon terkejut karena setelah itu Taehyung meninju pintu, suaranya kencang sampai Hyewon cuma berani diam di tempat. Hyewon agak terpaku dan takut, karena sikap kasar seperti itu mengingatkannya pada sang ayah yang suka main tangan.

"Hyewon pergilah menikah, cari pria lain," kata Taehyung setelah beberapa detik mereka hening.

Ada perasaan sesak di hati Hyewon, pun ia segera beranjak memeluk Taehyung yang sedang membelakanginya. Pria itu tidak menolak ketika Hyewon datang mendekapnya dari belakang, di balik punggung Taehyung yang lebar Hyewon hampir menangis.

"Tidak mau."

Taehyung hendak melepas tangan Hyewon yang melingkar di perutnya, menerima reaksi itu justru Hyewon menguatkan dekapannya sampai Taehyung hanya bisa menaruh tangannya di atas tangan Hyewon. "Aku akan segera punya anak, Hyewon. Tolong jangan ganggu aku."

Taehyung lelah bersikap sinis pada Hyewon, cara itu rupanya tidak berhasil membuat wanita itu melupakannya. Pun, untuk pertama kali setelah mereka putus ia melantunkan nada lembut untuk Hyewon. "Anakku akan segera lahir, dia laki-laki."

Hyewon cemberut, air matanya jatuh tanpa sadar membasahi pakaian Taehyung. "Apa kau sudah melupakan semua kenangan kita?" Hyewon bernada sendu, mencoba membawa Taehyung pada kenangan mereka sebelum Sujin datang.

"Aku sudah melupakan semuanya."

Hyewon menggeleng. "Kau bohong."

"Hye...."

Itu dia, Hyewon merindukan Taehyung memanggil namanya dengan cara seperti itu. "Kita sudah cukup dekat untuk tahu satu sama lain."

Taehyung menghembuskan napas, membiarkan Hyewon menggali kenangan mereka. Sekilas, Taehyung langsung membayangkan kedekatan mereka di masa lalu. Mereka cukup sering berbagi cerita, berbagi penderitaan, terkesan akrab walaupun hubungan mereka bukan sesuatu yang romantis.

"Apa ayahmu masih suka memukulmu?"

Hyewon menangis sekali lagi, terharu karena berhasil mencairkan hati Taehyung. Buru-buru ia mengusap air matanya, mencari posisi nyaman pada tubuh Taehyung yang liat dan tegap. "I-iya. Seperti yang sudah kau tau. Dia masih sama."

Memutar tubuh akhirnya Taehyung mendapati Hyewon dalam keadaan menyedihkan, dari luar orang-orang beranggapan Hyewon adalah wanita gila. Awalnya, Taehyung pun beranggapan begitu saat pertama kali wanita itu kembali dari Jamaika. Pada akhirnya, Taehyung tahu Hyewon punya penderitaan yang mirip sepertinya. Taehyung pernah dipukul oleh ayah, dan ibu tirinya, Hyewon mengalami hal yang serupa bahkan berlanjut sampai dewasa. Taehyung mungkin sedikit lebih beruntung karena ayahnya sudah tidak pernah memukulnya lagi sejak ia tumbuh dewasa, sebab Kang Taeho tahu Taehyung yang sekarang sudah memiliki tenaga untuk membalas pukulan. Berbeda dari Hyewon yang tumbuh sebagai anak perempuan dalam lingkungan patriarki.

Senoparty Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang