"T-tuan Muda anda yakin?"
Sambil menarik dasi, Taehyung mengiyakan. "Aku malas sekolah hari ini," ia muak acap kali ikut ulangan matematika, sementara Hyun Naree si ibu tiri menuntutnya dapat nilai sempurna. Memangnya siapa wanita itu? Sampai-sampai ikut campur dalam urusan sekolahnya. Ia tidak harus patuh pada Hyun Naree.
"Nyonya akan marah besar nanti." Si sopir resah di kemudi oleh keputusan bocah remaja itu, menuruti si Tuan Muda memang tugasnya, tetapi sang Nyonya rumah jauh lebih menakutkan. Ia tidak mau dipecat atau bahkan yang lebih buruk diusir tanpa uang pesangon.
"Aku mau ke warnet."
"Tapi Tuan Muda harus sekolah."
"Tidak mau, belok ke kiri sekarang!"
Dengan terpaksa si sopir menurutinya, jika Hyun Naree tahu Taehyung tidak sampai ke sekolah maka tamatlah dirinya. Semua orang tahu jika Taehyung adalah bocah pembangkang karena begitu membenci ibu tirinya. Melayani putra bungsu keluarga Kang jauh lebih sulit, tetapi bagusnya Kang Taeho menjanjikan gaji yang lebih besar sebab tahu kelakuan Taehyung yang nakal.
"Jangan khawatir, jemput aku di jam pulang sekolah, di sini." Taehyung turun dari mobil, ia bicara setelah kaca mobilnya diturunkan.
Si sopir cuma mengangguk pasrah. "Saya akan berjaga di sini." Sambil matanya mencari-cari lahan parkir di sekitar warnet.
Taehyung memberengut, benci jika waktu bersenang-senangnya diganggu. Akhirnya, ia membuka dompet mengambil banyak uang dari sana. "Tip untuk paman, pergilah, jangan ganggu aku."
Melongo oleh jumlah uang itu, tentu si sopir tidak mau melewatkan bonus dari Tuan Mudanya. "Baik, Tuan Muda."
Nah, bagus. Sekarang Taehyung bebas bersenang-senang.
Ia masuk ke dalam warnet, terkejut karena dirinya bukan satu-satunya anak yang bolos sekolah. Ada sekolompok pelajar asik bermain game lengkap dengan sumpah serapah mereka. Pun ia langsung menyewa seperangkat monitor di sebelah bilik anak laki-laki bermata sipit, menutup telinga dengan headphone dan membuka situs dewasa.
"Orang gila mana yang nonton porno di warnet?" Komentar tetangga di bilik sebelah-si remaja bermata sipit setelah beberapa menit ia berada di sana.
"Siapa bilang aku nonton? Aku sedang menyalin." Taehyung mencopot flashdisk, dan menunjukannya pada si anak bermata sipit, kalau dilihat-lihat sepertinya mereka seumuran.
"Boleh aku minta?"
Taehyung mendecak. "Aku tidak yakin selera kita sama, aku lebih suka yang berdada besar."
"Ayolah, aku minta linknya kalau begitu."
"Hei, bocah! Berapa usiamu?"
Mengangkat kepalanya sombong bocah itu menjawab. "Namaku Jimin, aku pimpinan di kelompok ini. Kami semua kelas 2 smp."
"Mereka semua temanmu?"
"Ya, kami satu kelas."
"Bagus, dan aku kelas 3 smp. Kau belum boleh nonton porno." Taehyung ikut menyombongkan diri.
Jimin, bocah itu punya kulit putih dan pipi bulat, terlihat lucu saat tersenyum. Penampilannya seperti preman sekolah, celana robek-robek di bagian lutut dan kemeja sekolahnya dibiarkan keluar dari ban pinggang. "Aku tidak naik kelas dua kali, jadi pasti aku lebih tua."
"Kau luar biasa, Hyungnim."
Jimin menilai penampilan Taehyung, membaca namanya yang tertulis di seragam sekolah. Penampilannya jelas terlihat berbeda. "Kang Taehyung? Kau pasti anak orang kaya."

KAMU SEDANG MEMBACA
Senoparty
FanfictionPada pertemuan pertama mereka Sujin langsung mengerti bahwa Kang Taehyung tertarik padanya, hal demikian juga dirasakannya. Tetapi sayangnya Sujin masih terlalu awam untuk tahu siapa pria itu, tanpa sadar keterlibatannya dengan Taehyung membuat Suji...