Tujuh - Mar.. Martha?

5.1K 231 0
                                    

"Ini yang terakhir kali." Ucapku dingin dan menaiki motornya dengan cepat.

Sedangkan Andra masih melirikku dari sudut bahunya tanpa berkata apa-apa.

Ia tampak sedang menimbang-nimbang untuk berkata sesuatu yang aku yakin itu sangat tidak ingin kudengar.

"Jadi ngantar gak sih, Ndra?" Aku memukul bahunya pelan. Bukan maksud apa-apa, hanya ingin cepat-cepat sampai ke apartemen.
Andra hanya mengangguk dan melajukan motornya.

Sejujurnya, aku tak berharap banyak dengan kemunculan Andra yang tiba-tiba. Bahkan Emmie yang biasanya kehadirannya akan langsung kusadari kini hilang semenjak kabar gagalnya pertunangan mereka tersebar. Juga Sesill yang biasanya akan selalu menjadi paparazi Emmie sudah menyerah dengan keberadaannya yang tidak jelas.

"Lid, kamu mikirin apa? Dari tadi diam aja." Andra melirikku sekilas lalu kembali melihat jalanan.

"Gak ada."

Aku hanya menjawab seadanya. Kami sedang di atas motor, apa dia berharap kami akan berbincang-bincang atau curhat-curhatan?

Tak lama kemudian kami sampai di depan apartemenku. Aku langsung turun dan berterima kasih padanya tanpa menatapnya sedikitpun. Namun, ia langsung mencekal tanganku.

"Lid.. Kamu kenapa?" Aku mendengar nada keputusasaan saat ia berbicara.

Aku melepaskan cekalannya dan mengusap pergelangan tanganku.

"Aku tidak ada apa-apa." Aku menjawabnya dan masih tidak menatap matanya.

Ia menghela napas kasar.

"Persetan dengan masa lalu, Lidya!"
Andra menarik tengkukku dan menciumku. Aku membelalakkan mataku terkejut. Aku langsung mendorong dadanya dan memberontak. Jelas bukan ini yang kuminta darinya. Ini benar-benar pelecehan!

"Lepaskan Andra!" Pekikku disela-sela ciumannya. Namun ia masih melakukan perbuatan bejatnya.

"Argghh!" Andra berteriak tiba-tiba. Aku langsung mundur dan menjauh darinya dan aku merasa punggungku menabrak sesuatu. Ku dongakkan kepalaku dan mendapati unknown Doctor sedang menatap Andra tanpa ekspresi.

Aku langsung bergeser dan menatap Andra. Rupanya Giselle menggigitnya tadi!

Astaga!

Aku langsung berlari dan melihat keadaan Andra.

Apakah Giselle sudah diberi vaksin? Atau Andra akan terkena rabies?
Sungguh aku benar-benar panik sekarang!

"Andra apa kau baik-baik saja? Astaga, aku bukan Dokter!" Aku langsung menghampiri dia-unknown doctor itu.

"Kau dokter bukan? Cepat tolong Andra, jangan-jangan ia akan terkena rabies!" Aku menarik tangannya kearah Andra.

Ia-unknown doctor-itu masih menatap Andra tanpa ekspresi.

"Kumohon! Periksa dia!" Ucapku setengah memohon padanya.

"Dia tidak apa-apa. Dia hanya akan merasa kesakitan biasa. Lagi pula Giselle sudah diberi vaksin." Ucapnya dan ia pun berlalu. Masuk kedalam apartemen dengan Gissele.

Aku menatapnya heran. Apa dia sakit? Apa dia benar-benar kelainan jiwa? Bagaimana bisa ada seorang dokter sedingin dia?
Aku memusatkan perhatianku ke Andra yang kini sudah berdiri sambil mengelus kakinya.

"Apa kau baik-baik saja?" Aku khawatir. Tentu saja. Dimana sisi kemanusiaanku jika aku tetap membiarkan Andra kesakitan disana?

Andra hanya mengangguk pelan dan mencoba berdiri. Melihat gelagat Andra yang tampak kesulitan itu, akupun berinisiatif membantunya.

DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang