Delapan - Berkenalan. Secara Resmi

5.6K 247 5
                                    

Aku melirik jam tanganku dengan gusar. Aku sudah menghabiskan waktu 15 menit untuk sampai ke apartemen. Ini bukan salahku! Salahkan saja jalanan Jakarta yang susah lepang itu!

Begitu sampai di depan apartemen aku langsung berlari dan masuk ke dalam lift yang pertama kali terbuka. Sambil merutuk dalam hati, aku melirik jam tanganku. Sungguh aku takut jika Mami akan marah nanti. Karena kemarahan Mami bisa mengakibatkan perang dunia ke-III.

Aku langsung berlari ketika pintu lift terbuka.

Dan yang kutemui di depan pintu apartemenku hanya pot bunga kesayanganku.

Sebenarnya Mami ke apartemen siapa?

Segera ku dial nomor telepon Mami. Untunglah Mami langsung menjawab di dering kedua.

"Mami dimana sih? Aku udah di apartemen." Ucapku.

"Yaudah, kamu kemari aja. Apartemen nomor 24 ya sayang."

Tut.. Tut.. Tut

Mami langsung menutup sambungan telepon!

Aku langsung mencari-cari apartemen nomor 24 yang disebutkan Mami tadi. Mengingat disini cuma ada tiga apartemen dalam satu lantai, berarti kalau tidak salah Mami masih di lantai ini. Aku langsung melihat sekitar dan mendapati angka 24 bertengger di depan pintu apartemenku.

Sepertinya aku pernah masuk kesana..

Aku langsung menepuk jidatku begitu sadar Mami ada di apartemen siapa.

Unknown doctor!

Segera aku berlari dan mengetuk pintunya. Namun, setelah di ketukan kedua aku sadar jika apartemennya difasilitasi bel dan intercom.

How stupid I am!

Segera ku tekan tombol belnya dan tak lama kemudian dia-unknown doctor-membuka pintunya.

"Hai." Sapaku.

"Masuklah." Ia masih menatapku dengan tanpa ekspresi.

"Tapi sebelum itu, apa aku mempunyai masalah denganmu? Kenapa kau menatapku begitu?" Aku tidak sanggup dengan tatapannya. Sungguh!

"Ya kau punya. Sekarang masuklah."

Aku langsung menghentakkan kakiku sebelum masuk. Dia benar-benar gila!

"Lidya, kenapa kau lama sekali? Mami sudah dilirik pria-pria tampan dari tadi." Mami menghampiriku dan menepuk lenganku pelan.

"Mana bisa cepat Mi. Tadi ada urusan. Lagipula kenapa Mami bisa ada disini?" Aku langsung menatap Mami dan unknown doctor itu bergantian.

"Kamu ini ya! Mario banyak cerita tentang cueknya kamu. Dasar anak jaman sekarang. Kamu seharusnya minta maaf sama Rio, udah mukulin pake buku kamu terus ngira dia maling." Ucap Mami sambil melipat tangannya di dada.

Dari mana Mami tahu? Jangan-jangan unknown doctor ini curhat lagi ke Mami!

"Ih Mami tahu dari mana? Unknown doctor yang ngasih tahu, ya?"

"Unknown doctor?" Mami mengernyit heran dan menatap dia-unknown doctor-dengan dahi berkerut.

"Kami tidak pernah berkenalan secara resmi. Bukan begitu?" Aku mengangkat sebelah alis mataku dan menatap unknown doctor itu dengan tatapan menantangku.

Sedangkan dia hanya balas menatapku sambil nyengir. Tingkahnya benar-benar kekanakan!

"Oke, baiklah. Bantu Mami mengangkat koper disana. Mami mau ngomong sama kamu." Mami menatapku marah dan berjalan dengan santainya ke arah apartemenku. Sedangkan aku masih menatap dia dengan tajam.

DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang