Kudengar helaan napas Andra yang berhasil membuat jantungku berdetak lebih cepat.
Ini kenapa jantung kayak ngajak berantam ya?
"Lid, aku tahu kenapa kamu bersikap kayak gini. Tapi memang kamu berhak untuk menghindariku. Tapi semua itu kan masa lalu, Lid." Aku mengerutkan dahiku begitu mendengar dua kata yang ia ucapkan tadi.
Masa lalu.
Aku mendengus kesal. Mudah ya baginya bilang itu masa lalu.
"Lid, kamu ngomong dong. Masa diam aja?"
Aku masih memutar-mutar kedua ibu jariku. Mencoba untuk meredam emosi yang mulai terbakar ini.
"Lid.. Apa aku seperti radio rusak disini?" Ia memaksaku dengan mengoyangkan lengan kananku.
"Bukan gitu ndra. Aku cuma heran aja sama kamu. Bilang itu semua masa lalu kayak enggak ada hubungannya sama sekarang aja. Pas kamu tunangan sama Emmie aku cuma bisa pasrah. Terus kamu muncul dan menyapaku seperti gak terjadi apa-apa! Dari mana kamu tahu jika masa lalu tidak ada hubungannya dengan sekarang?" Aku menatapnya dengan gemas.
Ia hanya terdiam begitu mendapat serangan verbal dariku. Matanya tampak gusar dan bingung mendengar ucapanku.
"Kurasa kamu sudah sadar ndra. Aku pergi dulu." Akupun berdiri dan pergi meninggalkannya yang masih terdiam.
Entahlah.
Namun, aku masih berusaha menolak semua maksud dari kemunculan Andra yang masih ambigu itu.
***
Aku berjalan lemas begitu keluar dari lift apartemen yang sudah ketempati selama 3 tahun ini. Kurasa semua saraf di otakku sudah tegang dan bersiap-siap untuk putus.
Apakah penderitaanku untuk menyusun skripsi belum cukup?
Begitu aku sudah sampai di depan pintu apartemenku, aku mendapati dia-unknown doctor-sedang berusaha menggendong empat ekor anjing yang astaga! Mereka besar sekali!
"Apakah kau hanya ingin melihati saja atau mau menolong?" Suara berat milik unknown doctor itu membuatku sadar.
"Oh?" Hanya oh.
"Bisakah kau tidak bodoh untuk sehari saja? Lihat! Demon sudah lepas! Cepat tangkap dia!" Ia memerintahku untuk menangkap Demon? Siapa Demon? Setahuku Demon itu saudara laki-laki Stefan Salvatore!
"Siapa Demon?"
"Anjing itu! Cepat tangkap!"
Akupun langsung mengikuti arah pandangannya dan sadar ada anjing-yang tidak ku ketahui jenis apa-berusaha melepaskan tali pengikatnya. Aku langsung mengejar anjing itu. Tanpa pikir panjang aku menarik tali pengikatnya yang berhasil membuat anjing itu kesakitan. Setidaknya itu yang ku lihat dari tingkahnya.
"Aku dapat!" Aku langsung teriak dan berbalik untuk melihat unknown doctor itu. Namun nihil! Dia sudah tidak ada di sana.
Kurasa ia sudah masuk ke dalam apartemennya. Aku mendekat dan mendorong pintu apartemennya yang tidak tertutup itu perlahan.
"Halo? Apa kau di dalam?" Aku mulai memasuki apartemennya sambil membawa Demon.
Aku masih melihat-lihat apartemennya yang di dominasi warna silver dan grey itu dengan takjub. Bagaimana bisa ia memiliki apartemen yang rapi dan berkelas seperti ini? Sedangkan aku memiliki apartemen yang luar biasa sederhanya.Oh iya apartemenku ada di kelas economy.
"Apa kau akan membawa Demon ke dapurku?" Aku mendelik kaget-lagi-begitu suara berat itu terdengar tepat di sampingku.
![](https://img.wattpad.com/cover/17767867-288-k547745.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Doctor
RomanceLidya Kusuma, seorang mahasiswi tingkat akhir yang sedang dihadapkan dua pria yang jelas berbeda karakter. Masih berusaha tidak terjerat lagi di masa lalunya. Namun, itu saja tidak cukup. Kehadiran Dokter yang menjadi tetangganya cukup membuatnya te...