The Elder Scroll V: Skyrim [The end of Journey]

142. Tyranny of the Sun (15)

Di dunia kematian yang gelap dan sunyi, seorang kesatria wanita bernama Senaka telah menjelajahi tanah yang tandus dan penuh dengan kesengsaraan selama bertahun-tahun. Ia memiliki tujuan yang kuat, yaitu untuk dapat kembali melihat dunia yang pernah ia tinggalkan.

Senaka memiliki kenangan yang indah tentang dunia yang pernah ia huni. Ia ingat bagaimana sinar matahari yang hangat menyinari wajahnya, bagaimana bunga-bunga yang indah berbunga di taman, dan bagaimana suara burung-burung yang merdu bernyanyi di pagi hari.

Namun, usaha Senaka untuk kembali melihat dunia tidaklah mudah. Ia harus menghadapi banyak rintangan dan tantangan yang membuatnya hampir menyerah. Ia harus melawan monster-monster yang ganas, menghadapi labirin-labirin yang rumit, dan mengatasi kesulitan-kesulitan yang tidak terduga.

Tapi Senaka tidak pernah berhenti untuk terus berusaha. Ia memiliki kegigihan dan tujuan yang kuat, dan ia tidak akan menyerah sampai ia mencapai tujuannya. Ia terus berjalan, terus berjuang, dan terus berusaha agar ia dapat kembali melihat dunia.

Suatu hari, setelah bertahun-tahun berjuang, Senaka akhirnya menemukan sebuah jalan yang menuju ke dunia lewat fenomena Tyranny of the Sun. Ia sangat gembira dan bersemangat, dan ia tidak sabar untuk melihat kembali dunia yang pernah ia tinggalkan.

Namun, ketika Senaka mencapai dunia, ia tidak dapat melihatnya dengan matanya sendiri. Ia telah menjadi terlalu lemah dan tidak dapat menahan cahaya dunia. Tapi ia masih belum menyerah. Ia mencari cara lain untuk melihat dunia, dan akhirnya ia menemukan sebuah cara.

Senaka menemukan adik perempuannya yang masih hidup di dunia. Ia meminta adik perempuannya untuk membantunya melihat dunia, dan adik perempuannya dengan senang hati membantu.

...

Senaka: ☺️

Sena: a..aku punya saudara kembar..? sejak kapan...
Senaka: tidak ada yang memberitahukan kamu tentang ini?
Sena: tidak ada...
Senaka: mm...

Senaka: ibu meninggal saat melahirkan kita berdua, karena kejadian itu ayah jadi membenciku...
Sena: membencimu? tapi aku yang lahir belakangan, kan?
Senaka: benar, tapi ayah menyalahkan semuanya padaku

Senaka: apa kamu tidak ingat saat kita mulai tumbuh besar, saat kita bermain-main di taman bunga yang indah?

Senaka: semua kenangan itu, apa kamu tidak mengingatnya?

Sena hanya menggelengkan kepalanya.

Sena: aku tidak ingat pernah melakukan itu

Senaka: jahat sekali, mereka menggunakan sihir cuci otak padamu
Sena: eh...?

...

Senaka: dan pernah saat itu terjadi insiden yang mengerikan...

Senaka duduk di kursi yang entah muncul dari mana, lalu tiba-tiba suasana ruangan menjadi adegan di masa lalu saat ia menceritakannya.

Sena: ...?

Senaka: saat kita sedang asik bermain hutan bersama ayah, kamu mengejar anak rusa hingga sampai ke tepi jurang. aku mengejarmu secepat mungkin...

...

Sena: hei! jangan lari terus, kembalilah!

Senaka: ..! Sena! jangan pergi ke sana!

Sena: kembali ke sini, rusa!

...

Senaka: kamu tidak mendengarkan perkataan ku dan masih saja mengejarnya

Senaka: tanpa kamu sadari, kamu sudah berada di tepi jurang

...

Sena: hiah!

Ia melompat untuk menangkap rusa tersebut.

Senaka: !!... Sena!

...

Senaka: namun semuanya sudah terlambat, kamu sudah hampir terjatuh. aku berusaha memanggil ayah namun ia tidak kunjung datang...

Senaka: aku memegang tanganmu agar tidak terjatuh, tapi aku juga tidak bisa menahannya lebih lama lagi...

...

Sena: ah..! kakak, tolong!
Senaka: gh! bertahanlah...!
Sena: *look down... kyaa.. tolong aku..!
Senaka: jangan melihat ke bawah!

Senaka: ayah!! kemarilah...!!

Sena: kakak...

...

Senaka: dengan sisa tenagaku, aku menarikmu ke atas... itu memang berhasil, tapi sekarang malah aku yang terjebak di tepi tebing tinggi

Senaka: aku melihat ayah sudah datang, tapi bukannya menarikku ia malah membiarkanku bergelantungan di sana dan bergegas membawamu pergi

Senaka: hatiku merasa sangat hancur saat ayah pergi meninggalkanku... tenagaku juga sudah mulai habis, aku terjatuh dari atas tebing yang tinggi...

Krack...

Sena: !!

...

Senaka: iya, saat itu juga aku tewas

Senaka: ayo kita pindah~

Ia mengulurkan tangannya untuk membawa Sena ke adegan selanjutnya.

Sena: kita mau kemana?
Senaka: ikut saja denganku