Membangun rumah tangga memang tidak mudah seperti yang orang-orang gaungkan. Banyak masalah, kendala dan ujian yang mungkin harus di hadapi setiap hari, baik itu dalam rumah tangga yang baru di bangun atau yang sudah lama sekalipun.
Namun semua bisa di hadapi jika satu sama lain saling berkontribusi, tapi jika hanya satu yang berusaha, itu sama saja membuang-buang waktu seumur hidup dengan orang yang salah.
Ingat, seumur hidup itu lama, jadi waspalah dalam memilih pendamping, karena jika mendapatkan orang yang tidak sejalan, hanya akan menambah beban pikiran.
Hinata membuka pintu kamarnya dan mendesah lelah, menatap kedepan dengan pandangan nanar, lagi-lagi dirinya harus melalui masalah ini. Sudah ribuan kali Hinata mencoba berdamai, mencari cara dan memaafkan, namun pria itu masih sama, tidak berubah sedikitpun. Suaminya itu akan meminta maaf, namun setelah itu mengulanginnya kembali.
Apa dirinya anggap Hinata hanya manekin yang tidak bernyawa? tidak punya perasaan, makanya selalu disakiti tanpa ampun seperti ini berulang kali.
Hinata lelah, ingin rasanya menangis saja dan pulang kerumah ayahnya di kota seberang, membawa anak-anak dan meninggalkan Naruto disini. Biarkan pria itu melakukan apapun yang dirinya mau, selagi tidak terlihat di mata kepala Hinata, dirinya tidak peduli.
Menarik napas dalam, sungguh kesabarannya sudah habis. Orang bilang cobalah untuk tenang dan menarik napas dalam, hadapi semua dengan kepala lapang dan tenang. Hinata menggeleng, tidak, sekarang dirinya sudah tidak bisa lagi untuk tenang, Hinata ingin mengamuk dan mengamuk, memuntahkan semua kekecewaan yang telah menumpuk dalam hatinya.
Menghentakan kaki kesal dan melangkah keluar, waktu sudah menunjukan pukul delapan pagi, dirinya harus memasak sarapan dulu untuk anak-anaknya, ah untuk suami jahatnya juga tentu saja. Mungkin akan jadi kali terakhir Hinata memasak untuk pria itu.
Pikirannya bercabang, berkutat pada pisau dan talenan, tapi semua hal itu tidak mampu mengalihkan sakit hatinya pada suaminya beberapa waktu lalu.
"Sayaaaaaanggg" Naruto memanggil istrinya, dia tadi ke kamar, tidak ada Hinata disana, sedangkan anak-anak sudah harum dan wangi di ruang depan, sibuk bermain dengan puzzle dan lego.
Ternyata istri cantik nan seksinya itu tengah di dapur. Dengan riang langkahnya membawa ke arah Hinata, dan langsung memeluk wanita cantik itu dengan manja dari belakang.
"Lagi bikin apa, cintanya mas..?" Kecupan manja bertubi-tubi juga di hadiahi untuk sang bidadari hati, di pipi, di dahi di leher dan terakhir di bibir, ah rasanya hidup Naruto lengkap dan sempurna, punya bini bohay nan aduhai, sepasang anak yang sehat dan terawat, uang banyak, pekerjaan stabil. Bagai menang lotre rasanya.
Hinata hanya diam, tidak menggubris, pisau di tangan di penggangnya erat-erat, karena takut benda tajam itu bisa menempel di tangan sang suami yang tengah memeluknya rapat.
"Harum bangeeett sih kamu sayang, ganti parfum ya..?" Naruto masih sibuk membaui leher istrinya, bahkan sampai bahu dan ketiak wanita itu. Mengendus dan mengelus, mendusel bak kucing yang tengah cari perhatian.
Hinata masih diam, tidak menggubris
"Sayang, nanti mami kesini, katanya kangen anak-anak. Kita kencan yuk, mumpung mami bisa jagain abang Bolt dan Hima." Naruto sudah tidak sabar ingin mengajak keluar istrinya, kalau bisa staycation berdua gitu, mau coba gaya baru. Kalau di rumah kurang leluasa, si bontot Himawari masih tidur sama mereka soalnya.
Walaupun sudah beranak dua, istrinya itu masih kenceng dan rapat, membuat Naruto ketagihan terus, Hinata punya body bak gitar spanyol, berisi pas tidak bikin bosan, badanya ginuk-ginuk bagai bayi masih bulanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Drabble Trouble
Fiksi PenggemarHanya berisikan ke random-an otak udang ini Naruhina Drabble
