( A )
********
Senin pagi Hinata sudah rapi, bukan mau bekerja, tapi tujuannya kali ini ke kantor Imigrasi.
Mau ngapain emang? Mau ngapain lagi kalau bukan ngurusin paspor lamanya yang bakal mati bentar lagi.
Memang sial, bisa-bisanya hanya kebagian jadwal di senin pagi, jam delapan pula. Ah sudahlah
Bermodal paspor lama dan tanda pengenal, kata orang-orang cukup itu syaratnya, dengan percaya diri dari rumah ingin menyambangin Imigrasi yang sialannya lagi kebagian di Jakarta selatan.
Coba bayangkan, senin pagi ke Jaksel pula? Jangankan kesana, membayangkan saja sudah bikin pusing kepala. Maaccceettttt.
Tadi mau kesana pake ojek online saja, tapi setelah dipikir ulang, mending pake motor sendiri biar hemat. Alhasil bermodalkan hp di tangan dan aplikasi maps seadanya, dengan berani Hinata melaju kesana.
Tau apa yang labih sialnya lagi? Ya, dirinya itu buta arah, walaupun sudah dengan maps, masih saja muter-muter, bahkan sampai muterin jembatan semanggi beberapa kali, Ini mah namanya sialan kuadraattt .
Dengan sedikit panik karena takut di tilang polisi pagi juga, alhamdulillah akhirnya bisa sampai juga dirinya di kantor Imigrasi itu.
Di depan sudah ada bapak-bapak petugas yang berdiri mengarahkan, Hinata memperlihatkan berkas-berkas yang di perlukan
"Bukanya bentar lagi mbak, jam delapan tepat ya. Bisa duduk dulu"
Bapak petugasnya mengrahkan dan menyuruhnya untuk duduk menunggu duluan.
Dengan senang hati Hinata duduk di ruang tunggu sebelum buka dan namanya di panggil. Lumayanlah, biar bisa tarik napas dulu habis kesasar tadi dan touch-up dikit biar makin cantik, kan nanti mau di foto-foto buat paspor baru.
Untungnya Hinata dapat no antrian paling awal, jadi tidak perlu menunggu lama, namanya langsung di panggil untuk ke loket no pertama, "No antrian A001, Hinata, silahkan ke konter no 1" Begitu katanya
Kembali merapikan rambut dan kemeja, Hinata masuk ke dalam dan menuju konter pertama, disana sudah ada mas-mas petugasnya.
"Pagi, mbak Hinata?" Sapa petugasnya dengan senyum ramah, 'tumben kali ini Hinata dapat yang ramah, pas waktu bikin awal dulu malah dapat yang jutek, cakep sih, tapi bikin ilfil' ehhh, kok curhat.
"Pagi pak, benar" Hinata masih berdiri, tunggu di silahkan duduk
"Silahkan duduk" Baru deh Hinata duduk, biar sopan gitu nggak main nyelonong bae
"Biar saya liat berkas-berkasnya mbak" Hinata menyerahkan amplod kuning ke tangan sang petugas, masih muda, mungkin sepantaran abangnya. Jujur, mana ini petugas cakep lagi, proporsi tubuhnya juga, woow. Terlihat dari cetakan daging dada di baju seragamnya.
Apa rahim Hinata angett? Jawabnya, 'TENTU'
Etdahh sadar Hinata, jiwa jonesnya meronta-ronta.
"Jadi mbak Hinata mau pengajuan untuk E-paspor ya?" Sang petugas sibuk membolak balik barkas yang barusan Hinata serahkan
"Benar pak, untuk E-paspor"
Petugas itu mengangguk, bisa Hinata liat di bagian dadanya tertulis nama Naruto.U'
U nya apa ya? Apa Untuk-ku ? Buju buset, sudah kemana-mana pikirannya
"Boleh kita mulai foto dulu mbak?"
"Ya boleh pak"
"Ok, duduk tegap, liat ke kamera, kupingnya di liatin ya mbak, sama poninya bisa di benerin dikit"
KAMU SEDANG MEMBACA
Drabble Trouble
FanfictionHanya berisikan ke random-an otak udang ini Naruhina Drabble