MANIAC

130 23 7
                                        

Hinata mondar mandir di depan pintu apartementnya, masih setengah hati antara keluar atau tidak, pergi ke Kantor atau tidak hari ini. Hinata masih ragu.

Alasannya karena beberapa hari ini Hinata merasa tengah di ikuti, ada yang menguntiti, seakan ada yang mengawasinya saat masuk atau keluar rumah.

Menarik napas dalam, membaca doa dalam hati dan dengan tekat tidak ingin bolos kerja lagi, akhirnya sang dara meraih handle pintu dan membukanya, melangkahkan kaki keluar.

Sampai di luar pintu, Kepala gadis itu berputar, melihat kiri dan kanan koridor apartement yang sepi.

Aman, sepertinya tidak ada yang mencurigakan.

Hinata berjalan ke arah lift sebelah kanan, kamarnya berapa di lantai dua belas, jadi tentu saja harus menaiki tabung besi itu untuk sampai ke bawah, tidak mungkin Hinata harus menuruni tangga. Bisa kehabisan napas dan mati mengenaskan sia-sia.

Gadis itu masuk ke dalam tabung besi, menekan tombal tutup setelah itu menekan tombol G. Tapi tiba-tiba pintu lift itu terbuka kembali, namun tidak ada orang yang masuk atau siapapun di luar.

Ah mungkin pintunya memang tengah error saja.

Lagi, Hinata menekan tombol tutup, masih berpikir positif. Namun lagi-lagi tabung besi itu terbuka tidak berapa lama. Seakan ada yang sengaja menekan dari luar, agar pintu itu tetap terbuka.

Tubuh Hinata membeku, bulu kuduknya berdiri. Hinata tidak berani melongok ke luar, tidak siap menerima kenyataan kalau benar ada seseorang yang tengah mengerjainya diluar sana.

Maka dengan terus berdoa dalam hati, Hinata kembali menekan terus tombol tutup, menekan berulang kali dengan cepat dengan perasaan takut. Dan beruntung pintu itu bisa kembali tertutup.

Tapi hal yang membuat kaki Hinata lemas, kenyataan bahwa seseorang melewati pintu liftnya tidak lama setelah pintu itu tertutup sempurna. Hinata bisa melihat, orang itu berpakaian serba hitam. Dari postur tubuhnya yang tegap dan tinggi, terlihat seperti seorang laki-laki.

Gadis itu bersandar di dinding lift dengan gemeteran. Apa yang akan terjadi jika dia keluar dan mengecek tadi?

Gila, ini sudah tidak benar. Hinata makin yakin bahwa yang dirinya rasakan beberapa hari ini bukan hanya ilusi. Nyatanya memang ada yang tengah menguntitnya.

Apa yang orang itu ingingkan? Apa yang dia mau?

Hinata merasa selama ini tidak memiliiki musuh sama sekali. Dia bahkan kurang bergaul, hanya dirumah seharian kalau tidak pergi bekerja.

Di kantor juga Hinata seorang pribadi biasa-biasa saja. Tidak banyak bicara tapi tidak pendiam juga. Tidak suka mencari keributan atau sampai melukai hati seseorang.

Jadi orang itu siapa?

Hinata baru bisa bernapas lega saat Lift itu sampai di lantai bawah, lantai ground dimana lobby tempat orang berlalu lalang masuk dan keluar.

Di lobby ini perasaan Hinata mulai tenang, tentu pria itu tidak akan bisa berbuat macam-macam padanya. Namun satu yang menjadi pertanyaan Hinata. Jika pria itu bisa mengikutinya selama ini, tentu saja pria itu juga memiliki kunci akses bukan?

Apakah pria itu juga tinggal di gedung apartement ini?

.

Hinata melangkahkan kakinya ke pintu keluar. Menunggu taksi online pesanannya yang akan datang beberapa menit lagi.

Selama menunggu Hinata masih menimbang, apakah harus pindah dari apartement ini atau pulang kembali ke rumah ayah dan ibu yang berjarak cukup jauh dari kantornya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Drabble TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang