Morning Kiss

1.5K 107 3
                                    

Kicauan burung pagi membangunkan aku dari tidur lelapku yang panjang. Cahaya matahari menerpa wajahku, yang memang sudah bewarna kuning langsat. Rasanya tubuhku sakit semua, tanganku tidak bisa digerakkan dan rasanya sangat sempit dan sesak.

Aku membuka mataku paksa, Aku sekarang berada didalam kamar yang ku kenali bersama Luka akhir-akhir ini, Luka tidak mau sekamar dengan Rey. Karena Rey menolaknya dan akhirnya aku membiarkan Luka tidur bersamaku, maksudku tidur di dalam kamar ku tapi tidak satu ranjang. Ranjangnya terpisah.

Aku melihat lagi tubuhku sekarang, aku menggunakan piyama tidur bewarna hijau dengan celana pendek dan bajunya yang lumayan memperlihatkan leher dan bahuku. Aku melihat posisiku sekarang

1 detik...

2 detik...

3 detik...

"AAAAAAAAAAAAHHHK..!!." aku menjerit sekuat-kuatnya, bagaimana tidak, dua cowok yang lumayan populer berparas tampan sedang menjadikan kedua tanganku sebagai bantal dan tubuhku seperti guling dan yang lebih heboh lagi, mereka tanpa baju alias bertelanjang dada. Otot-otot mereka terlihat jelas membuat wajahku merona karenanya. Oh tidak, apa yang kupikirkan.

"Hm hm." Rey berguman tidak jelas dan masih memelukku dengan kepalanya ada dilekuk leherku. Sedangkan Luka hanya tetap diam dan mempererat pelukannya ditubuhku.

"Hoi...! Kalian berdua, BANGUNN!" aku berteriak sekencang mungkin agar mereka bangun. Namun mereka hanya menutup telinga mereka dengan salah satu tangan mereka dan kemudian memeluk tubuhku lagi.

Aku benar-benar sudah ngak bisa nahan lagi. "keluarlah." Aku membaca mantraku kemudian tubuhku mengeluarkan serbuk biru dan hijau. "lempar mereka." Ucapku geram. Dust yang mengelilingi tubuhku memadat dan kemudian mengembang membuat kedua pria yang terlelap terlempar dari tubuhku. Luka terlempar ke lantai sedangkan Rey terlempar ke dinding karena kasur ku dekat dinding. Tentu saja, damage yang aku berikan tidak kuat karena aku sudah mewanti-wanti bagaimana cara menggunakan serbuk milikku, dengan buku dan juga Roxy yang mengajariku. Setelah aku berhasil menguasai dasar-dasar kekuatan dustku, Roxy pamit undur diri. Katanya sih mau pulang ketemu Ratu.

"Kau apa-apaan sih, Gin." Luka mengusap pantatnya yang terasa sakit, dan kelihatannya Luka sedikit kesal karena aku lempar.

Rey yang terlempar kedinding terjatuh kembali kekasur, Rey mengusap punggungnya. "Gin, itu sakit tahu." Rey menggerutu kearahku.

Aku mencoba untuk bangkit dan berusaha duduk. Namun apa daya tanganku yang terlentang mati rasa dan juga bajuku urak-urakan. Kemudian poseku yang lumayan. Ah lupakan kalimat yang terakhir. Aku tidak bisa bangkit dari posisiku, karena darah tidak mengalir ke kedua tanganku ini, karena dihimpit oleh kepala Luka dan Rey. Luka yang tahu bahwa aku kesulitan mendekatiku, dengan cara merangkak naik kekasur dan melihat kearahku, ketika dia sudah tidak jauh dari tubuhku yang tidak bisa bergerak. Luka tersenyum kearahku, senyum tipis yang mengukir wajahnya.

"Hm, kau tidak bisa bergerak Gin." Luka mengambil sejumput rambut panjangku, masih dengan senyum tipisnya.

"Luka, jauhkan tanganmu dari Gin." Rey menarik kasar tangan Luka yang menyentuh rambutku lembut.

Luka hanya melihat Rey sekilas, sekarang aku melihat Luka mengaktifkan kekuatan intinya. Matanya sudah merah terang menyala. Dan juga aku melihat Rey, matanya hijau dengan dedaunan yang mengelilingi tubuhnya.

Rey masih memegang tangan Luka dan menatap mata Luka dengan mata hijau nya.

"Rey, kau bisa mengaktifkan kekuatan inti?" tanyaku kepada Rey disela keheningan yang melanda. Sebenarnya aku sangat gugup karena dua lelaki bertelanjang dada ada didekatku. Luka yang menungging seakan-akan ingin melahapku, dengan Rey yang duduk didekat tubuhku.

Devil In My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang