Perhatianmu

1.1K 34 13
                                    

Seluruh siswa-siswi yang ada di sekolah itu kini tengah disibukkan dengan Ujian Semester 2. Untuk sejenak, mereka melupakan masalah asmara mereka demi hal yang satu ini. Bahkan udah gak asing lagi terdengar bagi mereka yang punya pacar, melakukan break sebentar terhadap hubungan mereka.

Mungkin cuma Andi-lah satu-satunya siswa yang gak kenal kata belajar selama ujian. Bahkan, apa jadwal ujian untuk hari ini, esok, maupun lusa dia tak tau. Tapi, dia selalu bisa menjawab soal dengan tenang, santai, dan tentu saja benar. Selesai mengerjakan soal selalu paling awal, namun dia gak segera mengumpulkan lembar jawabannya. Melainkan menyebar jawabannya kepada teman-teman yang lain terlebih dahulu.

Seminggu sudah mereka melewati masa-masa terberat bagi mereka itu (kecuali Andi). Wajah ceria, nafas lega, hingga teriakan bahagia, terpancarkan lewat raut wajah mereka. Ujian telah selesai, namun seluruh siswa tetap wajib datang ke sekolah, untuk melihat hasil ujian mereka. Remedial atau tidak. Walau mereka dibebaskan untuk melakukan apa saja di sekolah, seperti diam di kelas, pergi ke ruang musik, perpustakaan, main bola, ke kantin, dan semacamnya.

Zaki seperti biasanya menyalurkan bakat di lapangan basket bersama teman-teman ekskulnya yang lain. Andi, menghabiskan waktu sambil nongkrong di kantin dan di kelas, menghabiskan hari dengan membaca buku. Buku ini baru saja dibelinya tadi malam, dan dia merasa harus menghabiskan bacaannya dengan sesegera mungkin. Jika dia mulai terlena dalam keasikannya ini, biasanya dia tidak akan menghiraukan orang di sekitarnya. Sisi sosialis dan humorisnya mendadak hilang, berganti dengan dia yang pendiam. Seperti ada Andi yang lain ; berkelamin ganda. Eh...berkepribadian ganda..

Rian? Sekarang lagi ngebetnya pengen dapetin hatinya si Nina. Dia menghabiskan waktu kosong dengan main ke kelas Nina. Misinya kali ini adalah mendapatkan nomor handphone Nina. Tapi gak kunjung berhasil.

"Apaan sih lo. Risih gue kalau diginiin terus." Nina nyolot,wajahnya terlihat tidak suka.

"Please dong. Minta nomor handphone doang kok. Sesudah itu gak bakalan lagi deh gue kayak gini." Rian memelas, sambil sesekali mencolek lengan Nina. Nina dengan refleks berkali-kali menepis tangannya.

Keesokan harinya lagi, Rian mencoba lagi, walau Nina tetap bersikeras. Sampai tiga hari berturut-turut, Nina akhirnya luluh juga. Luluh karena muak lebih tepatnya.

"Nih.. Awas lo kalo macem-macem!" kata Nina seperti tidak ikhlas.

Rian tersenyum, dihantui kesenangan dan digentayangi kebahagiaan atas keberhasilannya.

Nina sebetulnya udah kangen banget sama Andi. Ingin jumpa tapi terkendala. Ingin ketemu tapi malu-malu. Entah kenapa kakinya serasa berat untuk melangkahkan kaki ke kelas Andi. Dia ragu untuk bertemu, sebab dia gak punya alasan sebagaimana halnya pada saat dia disuruh menyampaikan amanah ayahnya kemarin.

***

Diselimuti kabut rindu di suatu sore yang syahdu dalam kamar yang sendu, Nina terus-terusan memandang display handphone-nya yang tertera nomor handphone Andi. Ingin rasanya dia menelpon, tapi selalu ragu. Akhirnya setelah sekian lama bergelut pada kebimbangan, Nina memutuskan untuk meng-sms Andi saja. Nina memberanikan diri untuk mengajak Andi hangout malam ini.

To: Andi
Hey jelek :p
Kamu mau gak ntar malem nemenin aku jalan-jalan? Kabarin secepatnya ya, aku suntuk nih.

Satu menit berlalu..

Dua menit...

Hingga tiga puluh menit, nada sms masuk belum juga terdengar dari handphone Nina.
Nina hanya bisa bersabar dan berdebar.

*Brooot* --> Ceritanya bunyi hape Nina. Bukan kentut ya. ;)

Buru-buru dibukanya sms yang baru saja masuk tersebut.

Friendshit and RelationshitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang