Andi sedang duduk termenung saat dipayungi langit sore yang dibiasi oleh semburat jingga. Ufuk barat terlihat indah. Hembusan semilir senja begitu tentram. Tubuhnya memang berada di teras rumahnya, tapi tidak dengan pikirannya. Otak telah membawanya ke dalam pemikiran yang mendalam mengenai sesuatu yang dia sendiri tidak begitu paham. Cinta.
Dua sahabatnya/teman dekatnya sudah mendapatkan kupu-kupu yang indah. Dan dia, masih saja bermasalah dan terhambat dalam metamorfosisnya.
Dia merasa kisah percintaan dua temannya seolah memberi sugesti positif dan pesan moral. Dia coba menggali apa pesan yang tersembunyi di balik semua itu.
Andi menatap biasan cahaya jingga senja seraya berkata, "Aku...akan segera tau."
Keesokan harinya, di sudut kelas XI IPA A
Terlihat jelas dia tengah keasikan dalam kesendiriannya di tengah keramaian kelas yang tidak dihiraukannya. Di tangannya secara lancar pensil itu menggores-goreskan coretan kecil penuh arti yang mungkin hanya diketahui oleh dirinya apa isi dari catatan yang dia buat itu. Bahkan teman sebangkunya, Amanda saja tidak bisa melihat apa yg ditulisnya.
Guru fisika yang berdiri di depan kelas tidak ada artinya ketika ia masuk ke dalam dunianya sendiri. Sesekali ia tersenyum sendiri menatap coretan yang dibuatnya. Kebahagiaan yang berbeda dengan yang dirasakan kedua sahabatnya. Konsentrasinya seketika buyar ketika suara lantang itu memanggil namanya.
"Andi...Kenapa kamu senyum-senyum sendiri di belakang?!!" Guru Fisika itu menegurnya dengan suara lantang dan mencekam.
Kekagetan begitu mendebarkan memecah keasikannya. Lebih baik diam, pikirnya.
"Sekarang, coba kamu kerjakan soal di depan ini..!!!" Bentak si tua bangka itu.
Andi mengeluh santai. Kemudian berjalan ke depan kelas dengan langkah gontai. Senyuman kecil penuh kesombongan disebarkannya pada tiap langkah dirinya berjalan.
Sejenak matanya menatap keras soal yang ada di hadapannya kini. Tanpa mengernyitkan kening sedikitpun, ia menyelesaikan soal dengan mantap.
"Ya.. jawabannya benar." Tua bangka itu terlihat kecewa melihat mangsanya berhasil melepaskan diri dari terkamannya lagi. Lagi? Ya...Lagi. Ini sudah kesekian kali.
Entah bagaimana sosok berbadan kurus dan berkulit agak gelap ini selalu bisa menjawab pertanyaan yang diberikan secara mendadak kepadanya sedang ia tidak pernah memperhatikan. Tidak hanya itu, dia juga selalu diberi shock therapy saat tengah belajar Matematika, Biologi, Kimia, dan pelajaran aneh lainnya. Dia selalu menyelesaikan apa yang disuguhkan dari balik bingkai kacamata berlensa minus tiga berwarna hitam yang dipakainya.
Siswa yang terbilang pemalas ini seringkali membuat guru kesal. Tapi ketika dia menunjukkan kemampuannya, kekesalan guru itu mendadak habis. Kecemerlangan pemikiran-pemikirannya seringkali membuat orang terkesima. Logika-logika sederhana yang merupakan kemampuan khusus adalah senjata ampuh kesukaannya.
Kemampuan penyelesaian sosial dengan teknik ketenangan dalam berpikir yang luar biasa memang selalu membuatnya menyelesaikan tiap masalah yang dihidangkan di depan kedua matanya. Dia memang si jenius sosialis dan juga akademis. Tapi selalu gagal di masalah asmara yang kata orang terasa manis...
Setelah puas membuat si tua bangka fisika itu terheran-heran, Andi berjalan menuju tempat duduknya. Amanda, yang merupakan teman sebangkunya langsung memarahinya.
"Lo sih.. Kalau dia nerangin pelajaran, ya jangan lo abaikan. Si bangka itu kalau marah sadis banget, tau gak?"
"Santai aja santai... Lagian ngapa sih lo sok nasihatin gue. Peduli banget deh kayaknya. Jangan-jangan lo suka sama gue ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendshit and Relationshit
HumorKisah tentang perjuangan seorang jomblo 'nyaris' abadi dalam masalah percintaan. Ditulis dengan serpihan humor dan sedikit rasa romantis di dalamnya. Cukup menarik untuk menjadi bacaan ringan. Enjoy!