"Termenung dalam kamar dan berpangku di atas kesedihan membuatku mampu merasakan keheningan. Keheningan membuatku mendengar dan merasakan segalanya. Mendengar suara hujan sambil merasakan kesedihan, misalnya. Aku tau, tak akan ada yang bisa menemani kesedihan, termasuk tiap tetesan hujan yang jatuh dari bongkahan awan." --Zaki
"Entahlah...Aku tak tau apa yang aku rasakan sekarang. Di suatu sisi, aku melihat dirimu punya sesuatu yang spesial dan mampu membuatku jatuh hati padamu. Namun, di sisi lain aku butuh sosok yang bisa memberikan perhatian dan menjadi penghancur kejenuhan. Dan itu adalah dia. Bukan kamu." --Nina
"Sepertinya aku tidak bisa melanjutkan metamorfosis. Aku terlalu asik dengan hobiku akhir-akhir ini. Tapi jauh di dalam hati ini aku sangat peduli padamu, dan... semacam ada ganjalan yang membuatku menunda pengutaraan isi hatiku. Tapi tenanglah, sebetulnya aku selalu mengagumimu dalam diam, menangisimu dalam sunyi, dan merindukanmu dalam keramaian." --Andi
***
"Gue udah gak tahan lagi kalau gini terus. Sebenarnya mau dia apa sih? Kayaknya mending udahan aja deh."
"Entahlah..akhir-akhir ini Aini emang berubah deh Zak."
"Gatau lagi deh gue, Nin..."
"Ngomong-ngomong soal berubah, dia juga berubah drastis deh kayaknya semenjak kita udah naik ke kelas XII. Apa mungkin dia jadi rajin belajar karena fokus buat UN ya?"
Zaki tau siapa yang dia maksud. Temannya itu, temannya yang sekarang sedang menggoreskan coretan-coretan sederhana di dalam buku catatan kecil yang selalu dia bawa kemana-mana. Tak ada satupun yang mengetahui apa yang tertulis disana. Tak satupun.
Yang jelas apa yang ada disana bukanlah sebuah catatan untuk belajar. Zaki tau, Andi bukanlah tipe orang yang seperti itu.
"Gue ke tempat Andi dulu ya, Nin.." Ujar Zaki seraya berjalan jauh meninggalkan Nina untuk memberi tau Andi akan sesuatu.
Ditepuknya pundak Andi pelan, guna menyadarkan Andi dari gemelut keasikan yang sejak tadi, "An..Lo kapan dong mau meruntuhkan hati Nina?"
"Maksud lo apa?" Jawab Andi sambil menutup catatan kecil miliknya.
"Tembak dong dia...!"
"Gue? Gak pantes sama dia. Ntar adanya dia malu lagi punya pacar kayak gue."
"Hei. Lo gak boleh ngelepasin kesempatan begitu aja."
"Kesempatan apanya?" Andi masih bingung.
Dalam pikiran Zaki, kesempatan itu adalah bahwa Nina udah punya rasa yang sama juga ke Andi. Entah mengapa, saat itu Zaki belum mengungkapkan kebenaran itu pada Andi.
"Ntahlah, gue gak ngerti jalan pikiran lo. Apabila nanti ada sesuatu yang gak lo inginkan terjadi, lo buka ini." Zaki menyodorkan sebuah flashdisk. Andi menerimanya, dan tidak bertanya apa isinya.
***
Bulan demi bulan berlalu. Ujian Nasional hanya tinggal seminggu lagi. Semua orang panik bukan main, dan seperti biasanya si 'dia' gak pernah merasakan panik. Ia tetap santai, sebagaimana biasanya. Ujian Nasional tak sedikitpun menggentarkan hatinya. Tapi aneh, ada satu hal yang membuat pikirannya kacau akhir-akhir ini. Hal itu adalah 'kedekatan' yang tidak pernah dilihat sebelumnya. Kedekatan antara siapa? Antara Zaki dan Nina.
Zaki selalu curhat tentang Aini kepada Nina, meski sekarang hubungan mereka sudah berakhir dengan tanpa sebab. Nina, selalu saja mencurhatkan luapan cintanya kepada Andi yang gak pernah ditampung olehnya. Mereka berdua selalu curhat di sekolah, dimana saja. Di kantin, di kelas saat istirahat, yang jelas tiap ada kesempatan, mereka berdua. Tanpa sadar perilaku mereka ini telah menyinggung hati dua insan yang disana, Andi dan Aini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendshit and Relationshit
HumorKisah tentang perjuangan seorang jomblo 'nyaris' abadi dalam masalah percintaan. Ditulis dengan serpihan humor dan sedikit rasa romantis di dalamnya. Cukup menarik untuk menjadi bacaan ringan. Enjoy!