-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Andi...? Hei Andi???" teriak Nina sambil menguncangkan tubuh Andi.
"Ah, iya???" sahut Andi yang tampaknya kebingungan.
"Kamu kenapa?" tanya Nina lagi.
Andi tak menjawab. Sejak beberapa menit lalu, Andi kelihatannya melayangkan pikirannya entah kemana. Tubuhnya memang berada di sini, di home theater di rumah kesayangannya, namun pikirannya seperti berkelana jauh. Sejak tadi matanya menerawang jauh ke depan.
"Kamu kenapa, Ndi?" tanya Nina kembali dengan raut wajah yang tampak cemas.
"Aku...aku udah ingat semuanya Nin." Jawab Andi sambil menatap mata Nina dalam-dalam.
"Ingat apa, Ndi?"
"Ya.. aku ingat. Aku ingat tentang semuanya. Kamu benar, aku pernah naksir kamu.."
Nina tersenyum, "Syukurlah, kamu sudah ingat semuanya."
"Tapi, Nin. Tentu saja aku juga ingat kenangan pahit itu." Jelas Andi pelan. Nina mengernyitkan dahinya. "Ya, kamu jadian dengan Zaki ya Nin?" Ungkap Andi pelan.
Nina tidak menyahut.
Andi melanjutkan, "Aku akhirnya ingat, kenapa aku melupakan kalian semua. Aku memang sengaja melupakan kalian. Melupakan kenangan itu. Sebab, aku gak mau terus-terusan dihantui kenangan buruk itu, Nin..Itu alasannya..."
Ada keheningan panjang setelah percakapan ini.
Setelah keduanya sama-sama menghela nafas panjang, Nina angkat bicara."Baguslah jika kamu ingat semuanya, Ndi. Jadi, aku gak perlu menceritakan panjang lebar lagi. Aku ingin menjelaskan sesuatu."
"Menjelaskan apa?"
"Menjelaskan alasan kenapa aku mati-matian pengen ketemu kamu setelah sekian lama kita berpisah. Menjelaskan kebenaran di balik kisah masa lalu kita dulu."
Nina membetulkan posisi duduknya menjadi lebih nyaman. Duduk berhadapan dengan Andi. Tatapan mata yang menyipratkan kejujuran. Andi pun sudah siap mendengarkan.
"Kamu benar. Aku jadian dengan Zaki waktu itu. Tapi, kami jadian tidak benar-benar jadian seperti apa yang kamu pikirkan, Ndi..."
Andi mengangguk. Menggerakkan tangannya sehingga telapak tangannya menengadah ke langit-langit rumah, seperti memberi isyarat agar Nina terus melanjutkan penjelasannya.
"Iyaa... Aku jadian dengan Zaki gak tulus pakai hati. Aku jadian dengannya murni hanya untuk menghilangkan luka akibat patah hati."
"Patah hati? Pada siapa?" Andi bertanya. Raut wajahnya terlihat heran, dan penuh rasa penasaran.
Nina tersenyum. Mengangkat jari telunjuknya ke hadapan Andi dan berkata, "Kepadamu.."
Deg..
Jantung Andi mendadak berdegup kencang. Angin berhembus dan mampir ke belakang lehernya, membuat bulu kuduknya merinding. Darahnya berdesir. Andi tidak bisa berkata apa-apa."mmm..maksud kamu?" Andi mencoba berbicara. Jelas sekali tampak kekakuan dan kegugupan dari caranya berbicara.
"Kamu tau? Aku dulu juga naksir kamu. Dan kamu, gak pernah mau jujur untuk mengungkapkan rasa itu. Aku frustasi, dan terpaksa mencari pelarian hati."
Nina tersenyum lega. Matanya yang jernih menatap mata Andi dalam-dalam, jauh sekali. Kelegaan terpancarkan dari wajahnya, sebab dia telah berhasil mengungkapkan hal yang tak pernah bisa diungkapkan sejak lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendshit and Relationshit
HumorKisah tentang perjuangan seorang jomblo 'nyaris' abadi dalam masalah percintaan. Ditulis dengan serpihan humor dan sedikit rasa romantis di dalamnya. Cukup menarik untuk menjadi bacaan ringan. Enjoy!