...
"Apaa? Andi bodoh! Lo emang gak ada berubahnya ya dari dulu! Gue Nina. Masa' lo lupa, lo kan pernah naksir gue.."
"Oh iya iya iya... Nina.. Gue naksir lo?"
"Lah iya kan? Dulu pernah? Anak-anak juga udah tau kok..."
"Gue? Pernah naksir lo?" Andi masih kaget dengan pernyataan Nina yang blak-blakan.
Nina mengangguk. "Heran deh kenapa lo bisa lupa kenangan indah SMA kita." Kali ini Nina menggeleng-geleng.
"Ta..tapi gue rasa gue gak pernah naksir lo deh kayaknya.."
"Laah. Kalau lo gak percaya lo tanya aja tuh sama temen semaho lo, sahabat larva lo! Atau jangan-jangan lo udah lupa juga ya dengan dia?" Nina begitu berapi-api.
Andi yang dari tadi tengah menyetir mobil, semakin gak bisa berkonsentrasi. Nyaris sudah dua kali dia hampir menyerempet kendaraan di sebelahnya. Dan berkali-kali pula Nina berteriak-teriak ketakutan dan memaki-maki Andi. Yap... Pikirannya tengah kacau. Semua karena Nina, dan tentu saja teman 'semaho'-nya yang dibilang oleh Nina tadi.
Sesampainya di rumah minimalis kebanggaannya, Andi seperti mendapat ilham. Tentu saja mengenai sahabat maho yang diceritakan Nina tadi. Sementara itu, Nina sedang asik mengagumi rumah kebanggaannya itu.
"Gilaaak. Rumah lo keren banget. Beda. Beda banget malah sama orang yang punya." Nina berdecak kagum menatap rumah Andi dari luar. Tentu saja, desain eksterior dan interiornya dibuat oleh arsitek terkenal asal Italy, Giampaolo Imbrighi.
Seakan tak peduli dengan pujian sekaligus cemoohan Nina terhadap rumah dan dirinya, Andi mencoba membuka percakapan kembali yang tadi sempat terhenti.
"Nin.. Gue ingat sekarang. Sosok yang terlupakan itu, Zaki bukan?" Andi menatap mata Nina serius.
"Yep. Nah lo ingat tuh. Gue yakin, jangankan gue, semua anak-anak angkatan kita pasti ingat dengan Zaki. Dengan lo juga. Secara, orang bilang kalian berdua itu adalah Dua sejoli dan dua sahabat yang saling mengisi, apalagi lo berdua adalah sosok terkenal di satu sekolahan."
Lagi-lagi...
Perkataan Nina sukses membuat Andi bergeming, berhenti sejenak untuk berpikir. Mengingat-ingat lagi semua masa lalunya. Perlahan tapi pasti, kenangan-kenangan itu muncul, seperti slide-slide foto yang saling bergantian. Potongan-potongan kenangan itu tampak jelas sekilas, seperti senyuman, candaan, hinaan, cemoohan...
Ya... Dia ingat.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Langit seperti sedang bahagia pagi itu, cerah. Sama seperti wajah anak-anak cewek di SMA itu yang sedang menatap pangeran berkuda putihnya sedang dalam peluh di bawah sengatan matahari pagi. Teriakan penyemangat tak henti-hentinya mereka kumandangkan. Tak lain dan tak bukan hanya untuk pangeran mereka bersama, Zaki.
Pagi ini ada pertandingan Basket persahabatan di sekolah mereka melawan SMA tetangga. Zaki adalah sosok yang paling disorot saat itu. Dia memang anak baru. Tapi pesonanya mampu mengalihkan hati cewek-cewek yang melihatnya. Wajar saja, dia punya fisik yang kuat dan berisi, ditambah wajah yang lumayan ganteng, terlebih lagi permainan dia dalam basket sangat menonjol. Terbukti, dia adalah satu-satunya anak kelas sepuluh yang mampu masuk di line up tim inti. Akurasi shoot-nya luar biasa, speed dribblenya tak tertandingi. Tak heran bila dia menjadi pujaan hati cewek-cewek di satu sekolahan tanpa terkecuali.
Teriakan mereka masih saja berkumandang, tepat saat Zaki berhasil menambah skor melalui tembakan 3 points nya. Tak ada satupun wajah anak cewek yang gak senyum-senyum bahagia sendiri. Berbanding terbalik dengan wajah anak laki-laki yang cemberut penuh iri dan cemburu. Apalagi mereka yang punya pacar, memergoki pacarnya sedang berteriak-teriak mendukung Zaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendshit and Relationshit
ComédieKisah tentang perjuangan seorang jomblo 'nyaris' abadi dalam masalah percintaan. Ditulis dengan serpihan humor dan sedikit rasa romantis di dalamnya. Cukup menarik untuk menjadi bacaan ringan. Enjoy!