Perkiraan Ocha benar! Shaina mengendarai motornya gila-gilaan tepat ketika keluar dari gerbang sekolah. Airmatanya mengalir deras. Deru mesin dan knalpot motor matik yang sudah dimodifikasi itu membuat telinga sakit setiap kali Shaina menambah kecepatan motornya. Dia tidak tahu harus kemana.
“Urusan Shella itu berarti urusan gue juga! Secara dia itu cewek gue-sekali-lagi-cewek-gue,”
Kata-kata Esa itu terus membayang dan menggema dalam otaknya. Kata-kata itu menegaskan bahwa Esa benar-benar serius dengan Shella. Shella cewek paling menyebalkan —menurut Shaina— yang kerjaannya mencari masalah dengannya. Dia sudah sangat lelah, sampai puncaknya tadi. Dia sangat marah ketika Shella dengan sengaja menyakiti sahabatnya yang dalam keadaan tidak normal seperti itu. Secara tidak langsung Shella bisa saja mematahkan kaki Ocha —untuk kedua kalinya—dengan memasang tampangwatados dan tidak mau meminta maaf pula! Lengkap dengan sikap angkuh dan sombongnya yang khas.
Dia mulai memasuki kawasan yang sepi. Hanya ada satu, dua kendaraan yang berseliweran. Hal itu membuat Shaina semakin menambah kecepatan motornya. Shaina memekik dan menarik rem yang langsung membuat bunyi berderit. Tepat! Sangat tepat, kalau kurang beberapa detik saja dia tidak menarik rem, bisa saja terjadi tabrakan yang akan membuat nyawanya dan nyawa pengendara motor sport beberapa meter di hadapannya melayang. Shaina turun dari motornya tanpa menurunkan standar motornya yang membuat motor itu terguling di aspal. Dia membuka helmnya dan menghampiri si pengendara motor yang memotong jalannya tiba-tiba dan hampir membuatnya terbunuh.
“Turun lo!”teriak Shaina.
Sang pengendara motor yang juga mengenakan seragam putih-abu itu membuka helm dan turun dari motornya, namun tidak seperti Shaina. Dia terlebih dahulu menurunkan standar motornya, dan motor sport itu masih bertengger dengan gagahnya.
Shaina terkejut melihat orang itu. “Elo! Ngapain elo ngelakuin hal kaya tadi! Elo mau bunuh gue!”serbu Shaina.
Cowok itu mengerutkan keningnya. “Apa?! Elo yang niat ngebunuh diri elo sendiri! Apa yang ada di pikiran elo sampe bawa motor kaya setan begitu?!” Cowok itu berbalik marah pada Shaina.
Shaina diam. Dia menunduk, mengatur nafasnya. Dia hampir lupa kapan dia bernafas normal semenjak dia meninggalkan sekolah tadi. Dia jadi bertanya pada diri sendiri. Kenapa dia bersikap seperti orang kesurupan begini? Karena Shella menyakiti Ocha? Atau karena dia cemburu?
“Na! Elo kenapa, sih?! Elo engga mau deket sama gue karena gue dulunya pembalap illegal yang sering kebut-kebutan di jalanan! Tapi sekarang, elo yang ngebut-ngebutan seenaknya. Nyalip truck lah! Sampe masuk diantara dua bus yang lagi jalan kenceng! Elo sadar engga sih! Dimana otak elo!”kata Rehan sambil menunjuk kepalanya sendiri.
Shaina tetap diam. Dia berbalik menuju motornya. Dia ‘membangunkan’ motornya dan menurunkan standarnya. Shaina mengamati body motornya yang lecet-lecet. Rehan sukses dibuat termangap. Sejauh yang dia ketahui, dia baru melihat cewek yang ‘membangunkan’ motornya sendiri, dengan kedua tangannya dan tanpa bantuan! Rehan langsung menghampirinya dan berdiri di sampingnya.
“Na, elo engga mau cerita sama gue? Apa yang dilakuin Esa sama ceweknya itu, sampe bikin elo kaya gini?” kata Rehan lebih tenang sekarang.
Tuh, kan! Ceweknya lagi ceweknya lagi! Susah amat bilang nama Shella aja! Seolah mau negasin amat kalo mereka itu pacaran!
“Gue lagi pengen sendiri, Han.” Shaina menyentuh pundak Rehan. “Gue bakalan baik-baik aja.” Shaina menaiki motornya dan memakai helm, dia bersiap pergi dari tempat itu.
“Na… Please jangan ngebahayain nyawa elo sendiri.”
“Gue janji, gue akan pulang dengan selamat.” Shaina membuka kaca helmnya. “Demi elo…”
KAMU SEDANG MEMBACA
Shaina De Amore
Dla nastolatków-Semuanya jatuh cinta. Aku jatuh cinta, kau jatuh cinta, dia jatuh cinta dan mereka juga jatuh cinta. Tapi apakah kita masih akan saling jatuh cinta jika salah satu dari kita pergi dan menghilang? Apakah kita akan tetap seperti itu sementara hal itu...